Parlemen Inggris Soroti Pengambilan Organ Paksa oleh Rejim Tiongkok

Anggota parlemen di Parlemen Inggris mendengar bukti dari para peneliti terkemuka pada 17 April tentang pengambilan organ paksa di Tiongkok.

Para peneliti mengumpulkan bukti yang menunjukkan bahwa organ-organ secara paksa diambil dari para tahanan nurani di Tiongkok dan kemudian dijual untuk keuntungan dalam skala “industri.”

“Ini ribuan dari ribuan orang yang dipaksa untuk menyerahkan, dengan tidak rela, organ-organ mereka,” kata anggota parlemen Jim Shannon, yang menjadi pemandu pembicaraan tersebut dengan anggota parlemen Fiona Bruce di gedung parlemen.

“Di ruangan hari ini, Anda memiliki partai Konservatif, DUP, Buruh dan lain-lain yang akan memegang posisi sebagai sesama rekan di rumah,” katanya. “Kita semua ngeri, benar-benar ngeri tentang apa yang terjadi.”

Di antara sembilan pembicara tersebut adalah nominasi Nobel Perdamaian Ethan Gutmann, mantan Sekretaris Negara Kanada (Asia-Pasifik) David Kilgour, dan Benedict Rogers, Wakil Ketua Komisi Hak Asasi Manusia Partai Konservatif.

Penelitian oleh Gutmann, Kilgour, dan pengacara hak asasi manusia David Matas, menemukan bahwa pasokan utama organ yang dipanen adalah dari para praktisi Falun Gong, sebuah latihan meditasi tradisional Tiongkok yang berlandaskan ajaran moral dengan prinsip-prinsip sejati-baik-sabar, yang telah dianiaya oleh rezim Tiongkok sejak tahun 1999 dan hingga kini masih berlangsung.

“Organ vital mereka, termasuk ginjal, hati, kornea dan jantung, disita secara tidak sukarela untuk dijual dengan harga tinggi, kadang-kadang untuk orang asing, yang biasanya menunggu lama untuk sumbangan sukarela organ-organ tersebut di negara asal mereka,” catat laporan tahun 2006 oleh David Matas dan David Kilgour.

Laporan tersebut menemukan bahwa orang-orang Uyghur, Buddha Tibet, dan beberapa orang Kristen rumah juga menjadi korban.

Transplantasi-transplantasi dari orang-orang yang secara sukarela menyumbangkan organ tubuh mereka dan dari tahanan terpidana mati tidak berhasil menjelaskan jumlah total transplantasi yang terjadi di Tiongkok. Di Tiongkok ada larangan budaya untuk menyumbangkan organ, dan sistem donasi organ sukarela masih dalam tahap awal.

Menurut para peneliti, praktisi Falun Gong yang ditahan secara ilegal tetapi kemudian keluar dari Tiongkok hampir semuanya berbicara tentang pengalaman yang sama: mereka menjalani tes darah dan organ diperiksa ketika mereka berada di kamp kerja paksa. Menurut para peneliti, ini bukan karena alasan kesehatan, karena mereka adalah korban penyiksaan, tetapi sebuah tes untuk menilai apakah organ mereka cocok untuk dipanen.

“Sampai Anda mulai membaca laporan-laporan dan penyelidikan-penyelidikan dengan semua bukti tersebut, saya tidak berpikir Anda dapat memahami betapa seriusnya itu,” kata ketua acara tersebut, Becky James, yang merupakan salah satu pendiri Bristol Against Forced Organ Harvesting (Bristol Menentang Pengambilan Organ Paksa).

Bristol kembar dengan Guangzhou, sebuah kota di Tiongkok yang memiliki beberapa rumah sakit yang terlibat dalam pengambilan organ, menurut para peneliti.

“Ini sangat mengerikan, orang dapat dengan mudah berpikir itu tidak benar.”

tranplantasi organ
Mantan Menteri Luar Negeri Kanada David Kilgour (tengah, berdiri) berbicara pada diskusi di parlemen. (Justin Palmer)
transplantasi organ
Mantan ahli bedah Enver Tohti (tengah) sebelumnya telah bersaksi di parlemen Inggris tentang pengalamannya mengambil organ dari tahanan hidup di Xinjiang pada tahun 1995, sebuah pengalaman yang masih menghantui dia hari ini. Di sebelah kirinya adalah Lord David Alton dari Liverpool. (Justin Palmer)
pengambilan organ paksa
Becky James, salah satu pendiri Bristol Against Forced Organ Harvesting, menyelenggarakan briefing. (Justin Palmer)

Laporan komprehensif 2016 oleh Kilgour, Matas, dan Gutmann yang disebut “Bloody Harvest / The Slaughter: An Update” termasuk penelitian atas catatan-catatan publik dari 712 rumah sakit di Tiongkok yang melakukan transplantasi hati dan ginjal. Ditemukan bahwa jumlah transplantasi organ secara eksponensial lebih tinggi daripada “statistik resmi” 10.000 hingga 20.000 per tahun.

Pada Juni 2016, Kongres AS dengan suara bulat mengeluarkan undang-undang yang mengutuk pengambilan organ dari praktisi Falun Gong di Tiongkok, dan Parlemen Eropa mengeluarkan undang-undang tentang penghentian pengambilan organ dari para tahanan nurani di Tiongkok pada bulan Juli tahun yang sama.

“Kami akan terus melakukannya”

Pihak berwenang Tiongkok mengatakan mereka akan menghentikan semua pengambilan organ dari tahanan pada 1 Januari 2015, tetapi bukti yang disajikan pada diskusi ini menunjukkan sebaliknya.

“Posisi resmi dari masyarakat transplantasi adalah bahwa hal-hal telah berubah di Tiongkok … tetapi masalahnya adalah, tidak ada transparansi, tidak ada keterbukaan tidak ada cara untuk memverifikasi itu,” kata Dr. Adnan Sharif, seorang nephrologist konsultan dan Sekretaris Doctors Against Forced Organ Harvesting (DAFOH).

“Kita akan terus melanjutkan sampai kita memiliki bukti yang lengkap bahwa [pengambilan organ paksa] telah berhenti dan ada beberapa akuntabilitas dan pengakuan atas apa yang telah terjadi. Dan sampai itu terjadi, kita akan terus melakukan,” katanya.

Ini adalah tekad yang digemakan oleh Benedict Rogers, Wakil Ketua Komisi Hak Asasi Manusia Partai Konservatif yang menulis laporan (pdf) untuk komisi mengenai pengambilan organ paksa di Tiongkok pada tahun 2016.

“Jika mereka [otoritas Tiongkok] mengatakan mereka telah menghentikan ini, mereka harus membuka semua rumah sakit di negara itu untuk inspeksi internasional yang benar-benar independen, inspeksi tanpa pemberitahuan terlebih dahulu,” katanya. (ran)

FOTO : Ilustrasi Pengambilan organ secara paksa saat “donor” masih hidup. (Minghui.org)