Pemerintah Terlambat Pahami Intensitas Letusan Dahsyat Gunung Api Guatemala

EpochTimesId – Sebuah gangguan komunikasi antara petugas penanggulangan bencana dan ahli vulkanologi di Guatemala menunda evakuasi warga. Awan panas dan abu mengalir menuruni gunung berapi Fuego dengan sangat cepat pada hari Minggu (3/6/2018) lalu.

Hujan dan awan memperumit situasi, karena menyembunyikan tanda-tanda hujan beracun dari puing-puing. Campuran hujan air, hujan abu vulkanik, dan awan panas, dikenal sebagai aliran piroklastik. Aliran itu meluncur menuruni lereng gunung, sekaligus menghalangi pengamatan visual.

Bahan yang mendidih yang keluar dari Gunung Fuego (yang berarti ‘Api’ dalam bahasa Spanyol) menewaskan sedikitnya 100 orang. Dimana lebih dari 190 korban hilang. Operasi SAR (pencarian dan penyelamatan) dihentikan pada Kamis (7/6/2018) dihentikan karena terlalu berbahaya bagi para pekerja SAR.

Hampir semua korban berasal dari dusun miskin yang berada di lereng gunung yang kini sebagian besar terkubur material letusan gunung api.

Pada saat Pedro Morales, teknisi lapangan di lembaga bencana Guatemala, melihat arus puing-puing, yang diduga bergerak dengan kecepatan hingga 190 mil per jam, material muntahan dari letusan gunung berapi sudah dekat dengan rumah-rumah warga.

“Ketika Anda akhirnya bisa melihatnya, itu di bawah awan hujan, di bagian bawah sangat dekat dengan rumah-rumah. Itu sudah terlalu dekat dengan pemukiman,” katanya.

Sementara visibilitas miskin menunda reaksi penduduk desa sendiri terhadap bahaya yang akan datang. Puluhan kilometer jauhnya di Guatemala City, otoritas bencana gagal memahami besarnya letusan, yang berarti rendahnya tingkat siaga yang menyebabkan evakuasi wajib tidak segera dilakukan, kepala lembaga pemerintah yang bertanggung jawab mengakui hal itu pada hari Rabu.

Itu berarti orang-orang yang tersisa di rumah mereka tidak menyadari ancaman yang datang sejak berjam-jam sebelumnya setelah aliran berbahaya menuruni lereng gunung. Kini, kinerja pemerintah disorot dan menyebabkan seruan oposisi untuk tuduhan kriminal dan pengunduran diri pemerintah.

Jaksa penuntut umum Guatemala mengatakan pada hari Kamis bahwa mereka akan membuka penyelidikan, apakah protokol diikuti untuk menginformasikan pengambilan keputusan yang tepat dalam penanganan bencana.

Dalam pertemuan menegangkan di Kongres Guatemala pada hari Rabu, kepala institut vulkanologi negara itu menuduh rekannya di lembaga bencana CONRED gagal memperhatikan buletin peringatan bahwa Fuego meletus sangat dahsyat. Bahkan ini adalah letusan terbesar sejak 40 tahun terakhir.

Ketua CONRED, Sergio Cabanas menerima perintah evakuasi terlambat, tetapi menyalahkan vulkanolog karena tidak cukup eksplisit menyampaikan bahwa situasinya berbahaya.

“Laporan-laporan itu tidak memasukkan cukup detail tentang aktivitas gunung berapi, dan kawasan pemukiman mana yang akan terpengaruh,” kata Cabanas.

Ketika ditanya apakah dia telah menerima buletin, dia menjawab, “Tentu, tetapi itu tidak mengatakan apa-apa.”

Buletin pertama dari ahli vulkanologi memperingatkan aliran piroklastik turun dari Fuego pada jam 6 pagi (1200 GMT) pada hari Minggu, sekitar delapan jam sebelum badan bencana serius meningkatkan upaya evakuasi.

Mengacu buletin pagi itu, anggota parlemen senior oposisi, Mario Taracena menuduh Cabanas tidak kompeten. Taracena bahkan mengatakan dia bertanggung jawab pidana atas kematian warga.

“Siapa pun di ruangan ini dengan sedikit akal sehat akan melakukan sesuatu,” katanya. “Kamu adalah kepala agensi bencana dan kamu tidak peduli.”

“Disorganisasi kelembagaan seperti itu dapat berakibat fatal,” kata Jeff Schlegelmilch, wakil direktur Pusat Kesiapan Bencana Nasional Universitas Columbia.

“Badan-badan bencana perlu fokus pada sistem peringatan dini untuk menghindari berebut keputusan sepersekian detik begitu keadaan darurat terjadi,” lanjutnya.

Morales, ahli gunung api, menyaksikan bencana itu terjadi setelah dia dikirim untuk memantau pasca buletin bencana diterbitkan pada minggu pagi. Dia mengatakan bahwa di sebuah desa, seorang pejabat berteriak menghimbau warga untuk mengungsi sambil melalui jalan-jalan dengan menumpangi taksi roda tiga yang dikenal sebagai tuk-tuk.

Banyak penduduk setempat yang makan siang di dalam rumah mereka tidak mendengar. Ada pula yang mengabaikan peringatan tersebut, sementara deru deras batu dan gas yang fatal diam-diam mendekat.

“Aliran piroklastik tidak membuat suara besar seperti ledakan,” kata Morales. “Aliran piroklastik senyap, tapi mematikan.” (Reuters/The Epoch Times/waa)

Video Rekomendasi :

https://youtu.be/fTKcu82AtsA