Fragmen Pikiran Tentang Grand Canyon Barat

Wan Lin

Pada akhir bulan Maret sekembali dari Grand Canyon Barat, hati terasa terus bergolak dalam waktu lama. Orang-orang yang pernah mengunjungi Grand Canyon akan tergetar oleh kemegahan pemandangan Eagle Rock dan Bat Rock serta arung jeram yang mendebarkan di sungai Colorado, melayang-layang dengan bebas lepas menumpang heikopter, takjub akan karya Illahi alam semesta, merenungi riwayatnya yang bermiliaran tahun.

Sejak lama orang Indian telah tinggal di wilayah Grand Canyon Amerika Serikat, sampai sekarang yang masih tinggal di daerah ini ada 6 rumpun orang Indian, mereka adalah rumpun Hualapai, Havasupai, Navajo, Paiute, Hopi dan Zuni. Grand Canyon Colorado merupakan tanah suci orang Indian yang menempati disekitarnya. Mereka hidup di tanah yang dicadangkan untuk mereka, mempertahankan tradisi dan budaya mereka, terlebih melindungi kepercayaan mereka terhadap sang Pencipta.

Penjaga dan pelindung Grand Canyon Barat –orang Hualapai

Yang selalu menjaga dan melindungi Grand Canyon Barat adalah orang Hualapai.

Hualapai adalah sebuah suku Indian yang diakui oleh Pemerintah Federal Amerika Serikat, populasi yang terdaftar sejumlah 2300 personel dan yang tinggal di tanah yang dicadangkan ini sejumlah 1353 personel.

Kata “Hualapai” dalam Bahasa mereka sendiri artinya “pohon pinus yang tinggi”.

Arkeolog percaya bahwa orang Hualapai telah berkembang biak selama berabad-abad di Grand Canyon Barat. Namun dari sejarah kepercayaan mereka, sejarah hidup mereka di Grand Canyon Barat telah jauh melebihi sekedar ratusan tahun.

Dongeng penciptaan orang Hualapai

Orang Hualapai adalah suku yang percaya kepada Tuhan, legenda Tuhan menciptakan manusia telah diwariskan dari generasi ke generasi yang berlanjut hingga kini.

Masyarakat Hualapai percaya bahwa Tuhan menggunakan alang-alang, lumpur dan tanah liat di sungai Colorado untuk mencipta orang Indian. Ini mirip dengan legenda bangsa lain dalam hal Tuhan menciptakan manusia.

Bagi yang pernah berkunjung ke Grand Canyon Barat hatinya akan tergetar oleh kemegahan dan takjub akan karya Ilahi serta terpana akan riwayatnya yang konon berusia miliaran tahun. (INTERNET)

Masyarakat modern kebanyakan percaya bahwa manusia adalah hasil evolusi dari primata, teori evolusi tersebut sebenarnya penuh celah, celah terbesar adalah tidak ditemukannya bukti apapun dalam proses disaat primata menjadi manusia.

Namun teori evolusi yang kontroversial itu justru telah menguasai pemikiran manusia. Acap kali dalam berbicara tentang asal usul manusia, orang-orang yang percaya kepada Tuhan akan mengatakan, Anda ingin percaya bahwa manusia adalah ciptaan Tuhan sehingga memiliki kehidupan rohani; ataukah bersedia percaya bahwa manusia adalah hasil perubahan dari primata yang sejenis dengan binatang, sedemikian merendahkan diri sendirikah?

Bukankah masyarakat modern selalu menekankan hak asasi manusia dan menekankan martabat manusia, namun bagaimana jadinya bahwa dalam hal asal usul manusia yang paling mendasar, manusia justru telah melecehkan dirinya sendiri?

Grand Canyon dalam mata orang Hualapai

Perihal terjadinya Grand Canyon menurut salah satu legenda orang Hualapai yang lebih umum adalah bahwa satu-satunya pahlawan bernama Packithaawi yang selamat setelah banjir besar telah menggunakan parang dan tongkat raksasa untuk menggali Grand Canyon sehingga air banjir yang menggenangi mengalir ke laut lepas melalui lembah Grand Canyon.

Ilmu pengetahuan empiris modern beranggapan bahwa Grand Canyon terbentuk setelah sungai Colorado mengikis dataran tinggi Colorado selama jutaan tahun.

Merupakan evolusi geologis selama 2 miliar tahun. Namun argumentasi ini adalah semacam hipotesis skeptis.

Ada orang yang menyatakan bahwa ketinggian pintu masuk sungai Colorado ke Grand Canyon dengan puncak Grand Canyon selisih ketinggiannya 1.219 meter, bagaimana mungkin air sungai mengalir melompat naik ke tempat yang lebih tinggi, kalaupun memang demikian, ini merupakan suatu mukjizat tersendiri! Jika memang terbentuk oleh erosi air sungai mengapa tidak terdapat jejak erosi di antara sedimen batuan, dan lain-lain?

Menurut yang dikatakan oleh seorang teman yang beriman, seorang suci memberitahukan bahwa bumi kali ini mempunyai sejarah 100 juta tahun.

Mungkin orang akan bertanya, mengapa para arkeolog menyatakan bahwa Grand Canyon memiliki sejarah 2 miliar tahun? Orang suci tersebut menyatakan bahwa ketika Tuhan menciptakan bumi ini telah menyatukan semua materi yang mengapung dalam alam semesta ke dalam bumi. Beberapa material yang sangat besar telah mempunyai sejarah puluhan atau bahkan ratusan miliar tahun. Tentu saja hal mana belum pernah dipikirkan ataupun tidak akan pernah berani dipikirkan oleh ilmu pengetahuan empiris.

Justru karena orang Hualapai percaya bahwa Grand Canyon adalah sebuah mukjizat, selama ribuan tahun mereka terus menjaga tempat yang dikeramatkan dalam hati mereka itu.

Legenda Eagle Rock

Adegan menaiki jalan setapak mengawang tidak akan terlupakan sepanjang hidup, meskipun saya tidak menjadi ketakutan karena dapat melihat bagian dasar jurang yang dalam sekali melalui jembatan kaca, saya berjalan dengan langkah lebar di atas jembatan, namun dinding ngarai terlihat dalam jangkauan, hal mana membuatku merasakan bahwa ruang waktu yang singkat dan kapasitas spiritual ini tidak mampu mengakomodasi perjalanan waktu yang sudah miliaran tahun lamanya. Batu raksasa yang menyerupai sayap burung elang dicelah dinding tampaknya memberitahukan tentang pesan-pesan Illahi.

Menurut legenda orang Hualapai, pada zaman dahulu orang-orang Indian semua tinggal di dasar lembah, dan tidak mengetahui akan datangnya banjir besar.

Sang Pencipta mengutus seekor burung Condor Dewata (sejenis burung elang besar) untuk mengabarkan tentang kedatangan banjir.

Condor Dewata tersebut tidak hanya memberi peringatan bahkan hinggap di atas tebing, menyaksikan orang-orang keluar meninggalkan bahaya banjir di dasar lembah, kemudian mengubah dirinya menjadi batu yang berbentuk seperti burung elang.

Bangsa yang dilindungi oleh Tuhan

Orang Hualapai percaya bahwa segala sesuatu di dunia memiliki sisi rohani, mereka semua diciptakan oleh Tuhan, dan diciptakan untuk manusia, serta bermanfaat bagi manusia, maka manusia hendaknya memperlakukan segala sesuatu dengan baik.

Merenungkan tentang masyarakat modern yang terdidik dengan teori evolusi, atheisme dan ilmu pengetahuan empiris, betapa sepak terjang mereka tidak lagi memiliki respek kepada Tuhan dan alam semesta serta mengeksploitasi alam secara tanpa batas sekedar untuk kenyamanan hidup. Tidak lagi terkendali secara moral, tanpa berpikir panjang meningkatkan napsu keinginan manusia, sehingga dunia menjadi sedemikian kacau dan penuh bencana.

Sebelum kedatangan bangsa Eropa, orang-orang Hualapai selalu hidup bercocok tanam, berburu, mencari dan mengumpulkan bahan keperluan mereka, tanah disekitar Grand Canyon yang luas memungkinkan gaya hidup semi-nomaden. Cara hidup semacam ini terintegrasi dengan alam dan tidak menimbulkan kerusakan pada alam.

Begitu pula dengan orang Tionghoa yang selama ribuan tahun telah hidup terutama dari pertanian, menjunjung cara hidup berintegrasi dengan alam dan hidup selaras dengan alam sebelum Partai Komunis berkuasa.

Bukankah cara hidup orang Hualapai dan orang Tionghoa tradisional lebih sesuai dengan kemanusiaan dan lebih dekat dengan Tuhan? Itulah sebabnya mengapa orang Tionghoa di zaman kuno merindukan untuk hidup menyepi di alam sunyi. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, penghancuran lingkungan alam juga merupakan awal keterasingan umat manusia. Kehidupan yang sederhana, hati yang bersih dan sedikit keinginan kemungkinan merupakan alam kehidupan yang lebih tinggi.

Orang-orang Hualapai tradisional setiap hari bangun pagi sebelum matahari terbit dan mulai berdoa kepada Sang Pencipta dan semua makhluk, seorang pemandu memberitahukan para wisatawan: ”Di dalam doa, kami memohon pengampunan, memohon langit menurunkan hujan untuk mengairi semua makhluk. Juga memberitahu segala makhluk bahwa kami datang kemari dengan hati yang penuh takwa.”

Kata-kata dalam doa ini, memberitahukan cara hidup yang baik setiap harinya, bagaimana menjadi orang yang baik, berbagi makanan dan berbaik hati kepada orang lain. “Bagi kami, yang penting adalah menjadi orang baik, menempuh jalan yang benar, berpikir dengan bijaksana dan baik hati. Pada saat yang sama bersikap baik terhadap bumi, maka bumi akan membalas kebaikanmu.”

Suatu bangsa yang penuh dengan iman yang benar kepada Tuhan pasti diberkati oleh Tuhan.

Tidaklah sulit untuk dipahami mengapa orang Hualapai yang berjumlah hanya beberapa ribu orang telah dapat melewati peperangan, penyakit, penggusuran dengan selamat selama beberapa ratus tahun, dan bersyukur sampai sekarang mereka masih eksis. (PUR/WHS/asr)