Pariwisata dan Pertanian Berdampingan di Kayuputih Bali Utara

EpochTimesId – Kawasan wisata di sebagian daerah di Bali, pada umumnya mengabaikan sektor pertanian. Pada kawasan wisata utama seperti Kuta, Nusa Dua, dan Sanur, sangat jarang ditemui lahan pertanian. Hampir seluruh area pertanian dikawasan tersebut tergantikan oleh bangunan yang menjadi fasilitas industri pariwisata seperti hotel dan restauran.

Bahkan, kawasan wisata di Kuta Utara, Tabanan, dan Gianyar mulai membuat sektor pertanian terdesak. Walau sebagian pihak sepertinya berusaha keras agar industri pariwisata semakin ramah terhadap sektor pertanian, yang notabene adalah penghasil makanan bagi manusia termasuk wisatawan.

Kondisi tersebut sepertinya menjadi pelajaran berharga pada salah satu kawasan wisata yang sedang berkembang di Bali Utara, Desa Kayuputih, Kabupaten Buleleng, Bali. Para pelaku pariwisata di desa itu berusaha mengembangkan pariwisata yang ramah dengan sektor pertanian.

Desa Kayuputih terletak di sebelah Desa Banyuatis yang sudah terlebih dahulu mengembangkan industri pariwisata. Desa Wisata yang terletak di lereng gunung ini memiliki setidaknya empat jenis wisata unggulan, ada kolam mandi mata air alami yang jernih (klebutan) dan air terjun Kayu Putih. Dua lainnya adalah ‘joging trek’ pada area persawahan dan sentra produksi kopi.

Wisatawan asing berkunjung ke air terjun Desa Kayuputih. (Foto : Istimewa/EpochTimesId)

Pada area persawahan, wisatawan juga bisa bersepeda mengelilingi area persawahan. Sebagian besar jalur sepeda dan ‘joging trek’ tersebut juga sudah dibeton, sehingga sangat nyaman bagi wisawatan.

Desa Kayuputih juga memiliki beberapa pemandu yang bisa menemani wisawatan untuk mengeksplor keindahan alam, termasuk berkeliling sawah dengan berjalan kaki. Wisatawan yang ingin bersepeda di persawahan juga bisa menyewa sepeda kepada pemandu.

“Iya, saya juga menyewakan sepeda kepada wisatawan domestik dan asing. Biasanya saya menyewakan sepeda 550 ribu per sepeda. Nanti saya pandu bersepeda keliling sawah,” kata Kadek Marjana, salah seorang pemandu wisata kepada Erabaru.

Sementara itu, wisatawan yang membutuhkan pemandu untuk berenang di sumber mata air alami dan sungai sekitarnya juga bisa menggunakan jasa pemandu wisata setempat. Demikian juga bagi wisatawan yang membutuhkan pemandu wisata untuk mengunjungi kebun kopi, industri kopi rumah tangga, atau air terjun. Para pemandu bisa ditemui di penginapan, villa, atau restoran yang ada di Desa Kayuputih dan Banyuatis.

“Ya, kalau butuh pemandu untuk berkeliling, kami bisa sediakan. Tarif dan tip nya bisa disesuaikan dengan jumlah tempat yang ingin dikunjungi dan lamanya waktu aktivitas wisata yang dipilih,” ujar Pasek, pengelola restoran dan penginapan di Kayu Putih.

Wisatawan asing bersepeda di area joging trek persawahan Desa Kayuputih. (Foto : Istimewa/EpochTimesId)

Pasek sendiri juga mendukung pariwisata yang mendukung sektor pertanian. Dia bahkan mengelola penginapan yang dulunya adalah rumah pribadi yang kini dikelola menjadi akomodasi bagi wisatawan.

“Iya, ini kami dulunya hanya mengelola restoran untuk bule-bule yang sedang berlibur di Banyuatis dan desa wisata sekitarnya. Restoran kami sudah jalan tiga tahun. Sedangkan penginapan ini, dulunya adalah rumah pribadi. Penginapan kami buka baru-baru ini,” sambung Pasek.

Dengan penggunaan bekas rumah pribadi untuk akomodasi wisata, tentunya akan mengurangi pembangunan baru yang rentan mengurangi luas area pertanian. Tentu saja, rumah tersebut terlebih dahulu direnovasi agar memenuhi standar dan nyaman sebagai tempat menginap wisatawan domestik dan asing. (waa)

Video Pilihan :