Pentagon Tangguhkan Bantuan Dana Pemberantasan Terorisme untuk Pakistan

EpochTimesId – Amerika Serikat menghentikan bantuan 300 juta dolar AS (sekitar 4,2 triliun rupiah) kepada Pakistan untuk upaya kontraterorisme. Bantuan ditangguhkan setelah Pentagon menganggap bahwa negara itu tidak memenuhi tuntutan AS untuk menindak tegas kelompok-kelompok teroris yang beroperasi di wilayah perbatasannya.

Awal tahun ini, Departemen Luar Negeri AS mengatakan pihaknya akan mempertahankan dana keamanan, jika diputuskan bahwa Pakistan bisa membuat kemajuan dalam membersihkan diri dari kelompok teroris yang berjuang selama 17 tahun di Afghanistan. Pentagon kini mengatakan telah memutuskan untuk memotong Dana Dukungan Koalisi yang mendukung Pakistan untuk upaya memerangi terorisme.

“Karena kurangnya tindakan tegas Pakistan untuk mendukung Strategi Asia Selatan, sisa 300 (juta dolar AS) diprogram ulang. Dana tersebut akan dialokasikan untuk prioritas mendesak lainnya,” kata juru bicara Pentagon, Letnan Kolonel Kone Faulkner pada 1 September 2018.

Faulkner mengatakan rencananya akan diserahkan ke Kongres. Jika disetujui, maka total Dana Dukungan Koalisi yang telah dipotong menjadi 800 juta dolar sejak awal tahun ini.

Pakistan sebelumnya sudah menerima lebih dari 33 miliar dolar bantuan AS dalam 16 tahun terakhir. Bantuan itu termasuk lebih dari 14 miliar dalam program ‘Dana Dukungan Koalisi’.

Seorang pejabat Pakistan, yang berbicara dengan syarat tidak disebutkan namanya, mengatakan bahwa dia tidak mengetahui pemberitahuan resmi keputusan AS tentang bantuan itu. Dia mengatakan keputusan resmi diperkirakan akan keluar pada akhir September.

Pakistan, negara dengan penduduk mayoritas Muslim, memiliki hubungan yang keras dengan tetangganya di sebelah tenggara, India. Pakistan telah menjadi fokus Amerika Serikat sejak kelompok teroris al-Qaeda melakukan serangan 9/11 di Pentagon dan World Trade Center pada tahun 2001. Amerika Serikat juga menuduh negara itu menyembunyikan teroris Taliban yang berusaha mengacaukan (dan memberontak kepada) pemerintah Afghan. Semua tuduhan itu sudah dibantah oleh Pakistan.

Agustus lalu, Trump mengumumkan strategi baru untuk Asia Selatan yang berfokus pada penghapusan terorisme di Afghanistan dan Pakistan. Strategi tersebut bertujuan pada penghentian program senjata nuklir Pakistan. Amerika Serikat khawatir senjata nuklir tersebut berpotensi jatuh ke tangan teroris.

Taliban bereaksi terhadap strategi baru itu dengan mengancam membuat Afghanistan sebagai ‘kuburan’ bagi tentara AS.

Pemimpinan Afghanistan sangat senang dengan kebijakan AS. Mereka mendukung komitmen presiden AS terhadap kontraterorisme di wilayah tersebut.

“Saya berterima kasih kepada Presiden Trump dan rakyat Amerika atas penegasan dukungan bagi upaya kami untuk mencapai kemandirian dan untuk upaya bersama kami untuk menyingkirkan wilayah ancaman terorisme,” ujar Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani dalam sebuah pernyataan.

Amerika Serikat telah mencoba untuk membuat Pakistan membasmi semua organisasi teroris di perbatasan mereka yang mendestabilisasi kawasan itu, bukan hanya yang mengancam pemerintah Pakistan.

Setelah kemenangan partai Perdana Menteri Imran Khan, Juli lalu, Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, menyerukan dan mendesaknya untuk mengambil tindakan tegas terhadap semua teroris. Pakistan mengklaim bahwa terorisme tidak pernah dibahas, dan meminta Departemen Luar Negeri AS untuk membuat koreksi dalam seruannya. Departemen Luar Negeri menolak merevisi pernyataan.

Sebagai tanggapan atas permintaan Pakistan, juru bicara Departemen Luar Negeri, Heather Nauert mengatakan kepada wartawan pada 23 Agustus bahwa Pakistan adalah mitra penting bagi Amerika Serikat. “Amerika Serikat berharap untuk dapat menjalin hubungan kerja yang baik dan produktif dengan pemerintah sipil baru,” ujar Heather.

Menlu AS, Mike Pompeo dan Pemimpin Korps Marinir AS, Jenderal Joseph Dunford berencana mengunjungi kawasan itu dalam beberapa hari mendatang. Mereka pertama kali akan berkunjung ke India dan kemudian terbang ke Islamabad, Pakistan. Mereka diprediksi akan membahas masalah keamanan dan militer.

“Dan untuk menjelaskan apa yang harus kita lakukan, semua bangsa kita, dalam menghadapi musuh kita bersama, para teroris. Masalah pendanaan yang dipotong bisa menjadi titik pelekat, setidaknya pada semantik bantuan,” kata Menteri Pertahanan Jim Mattis pada 28 Agustus 2018 lalu.

Pakistan menanggapi berita bahwa Amerika Serikat akan menghentikan Dana Dukungan Koalisi dengan mengatakan bahwa mereka sudah menggunakan uang mereka sendiri untuk melawan terorisme di wilayah tersebut.

“Ini bukan pemotongan bantuan [AS], itu bukan bantuan. Ini adalah uang kami sendiri yang telah kami gunakan untuk memperbaiki situasi keamanan regional dan mereka harus mengembalikannya kepada kami,” kata Menteri Luar Negeri Pakistan, Shah Mehmood Qureshi kepada wartawan pada 2 September di Islamabad, menurut Voice of America.

Pemerintahan sebelumnya telah mencoba pendekatan serupa untuk membuat Pakistan mematuhi tujuan AS untuk keamanan di wilayah tersebut. Namun kali ini mungkin berbeda, karena Khan baru mengatakan mencari ‘hubungan yang saling menguntungkan’ dengan Amerika Serikat.

Cadangan devisa Pakistan telah merosot selama setahun terakhir. Negara itu akan segera memutuskan apakah akan mencari bailout dari Dana Moneter Internasional (IMF) atau dari negara-negara sahabat seperti Tiongkok. Amerika Serikat memiliki persentase suara terbesar di IMF.

“[Amerika Serikat] memeras mereka ketika mereka tahu bahwa mereka rentan dan mungkin merupakan sinyal tentang apa yang diharapkan jika Pakistan datang ke IMF untuk pinjaman,” ujar Sameer Lalwani, co-director dari program Asia Selatan di think tank Stimson Center di Washington. (NTD.TV dan Reuters/The Epoch Times/waa)

Simak juga, Pengakuan Dokter yang Dipaksa Panen Organ Hidup :

https://youtu.be/0x2fRjqhmTA