Polisi Pakistan Tangkap Pemimpin Ulama Radikal dan Pengikutnya

Epochtimes.id- Seorang pemimpin Islam radikal yang disebut mengganggu kehidupan sehari-hari dengan aksi unjuk rasa berminggu-minggu di seluruh Pakistan ditangkap oleh polisi di kota Lahore.

Aksi massal ini setelah pembebasan terhadap seorang wanita Kristen dalam kasus dugaan penistaan agama.

Sebuah pernyataan, partai Tehreek-e-Labbaik mengatakan pemimpin mereka, Khadim Hussain Rizvi, ditangkap pada 23 November 2018.

Asia Bibi sebelumnya telah dijatuhi hukuman mati sejak 2010 atas tuduhan menghina Nabi Muhammad.

Setelah vonis MA membebaskan Bibi, putusan ini membuat marah Rizvi dan para pendukungnya yang bersatu selama tiga hari.

Rizvi mengakhiri protes setelah pihak berwenang mengatakan Bibi tidak akan meninggalkan Pakistan hingga petisi menentang pembebasannya ditinjau ulang.

Melansir dari tribune.com.pk, Menteri Informasi Pakistan Fawad Chaudhry, di Twitter, mengatakan Rizvi dipindahkan ke rumah tamu setelah dibawa ke ‘penjagaan perlindungan’. Tindakan itu diambil setelah penolakan TLP untuk menarik imbauan aksi protes [di Liaquat Bagh di Rawalpindi] pada Minggu, 25 November 2018.

“Melindungi kehidupan publik dan properti adalah prioritas pertama pemerintah,” katanya dalam sebuah tweet dalam bahasa Urdu.

Awal bulan ini, Pengadilan Tinggi Lahore telah menolak petisi terhadap Rizvi dan Jamiat Ulema-e-Islam-Fazl (JUI-F) kepala Maulana Fazlur Rehman. Pemohon telah mencari proses pengkhianatan terhadap kedua pemimpin karena “mengeluarkan pernyataan anti-negara.

Kepala TLP yang dipimpin oleh Rizvi menyerukan aksi protesnya di seluruh negeri setelah mencapai kesepakatan dengan pemerintah federal dan Punjab.

Selam aksinya, TLP turun ke jalan setelah pembebasan Aasia Bibi oleh Mahkamah Agung pada 30 Oktober 2018 hingga menyebabkan melumpuhkan aktivitas kota-kota besar di negara itu.

Sebagai respon, Perdana Menteri Imran Khan telah memperingatkan para pengunjuk rasa untuk tidak menghasut orang-orang untuk melakukan kekerasan atau negara lain akan melakukan tugasnya melindungi kehidupan dan harta warganya.

Para pengunjuk rasa TLP tetap mengabaikan peringatan tersebut dan menggelar protes baru setelah sholat Jumat, membuat kehidupan warga terhenti.

Semua lembaga pendidikan swasta dan publik tetap tertutup di kota-kota besar, sementara tingkat kehadiran di kantor-kantor pemerintah dan perusahaan komersial menurun.

Rumah sakit mengalami kekurangan staf. Sejumlah wilayah di Karachi bahkan tanpa saluran air karena para pengunjuk rasa telah menghentikan tanker air di lokasi yang berbeda. (asr)

Sumber : Associated press/tribune.com.pk