Belasan Orangtua Korban Vaksinasi Palsu Ditangkap Pihak Berwenang Beijing Saat Ajukan Pengaduan

oleh Hong Ning

Baru-baru ini, banyak orang tua yang menjadi korban vaksinasi memperoleh ancaman hingga penangkapan oleh pihak kepolisian Beijing.

Pada 18 Desember 2018, sekitar 17 orang tua berkumpul di Qianmen, Tiananmen untuk membela hak mereka tetapi malahan diusir dan ditangkap polisi. Hingga 19 Desember pukul 22:00 kantor polisi belum membebaskan mereka.

Selain itu, pada 17 Desember malam, ketika orang tua bernama Wang Jinfeng yang asal Daerah Otonomi Ningxia menjalani perawatan rehabilitasi anaknya di Rumah Sakit Pok Oi di Beijing. Anak itu tiba-tiba dibawa paksa oleh anggota penjaga stabilitas sosial Ningxia yang ditugaskan di Beijing, dan Wang pun dipaksa untuk menaiki mobil mereka. Saat ini, ibu dan anak tidak diketahui keberadaannya.

Orangtua ditangkap di Qianmen, Tiananmen

Seorang korban vaksinasi mengungkapkan situasi 17 orang tua kepada reporter Epoch Times, mengatakan bahwa para orang tua yang sedang protes itu dihalau oleh anggota polisi yang bertugas di sekitar Lapangan Tiananmen. Mereka yang ditangkap kemudian dibawa ke berbagai kantor polisi dan  tidak dibebaskan pada malam hari itu. Ada yang mengatakan bahwa ada orang tua ditahan selama 5 hari.

Di kantor polisi, seorang anak yang ketakutan sampai penyakit epilepsinya kambuh. Polisi yang ketakutan demam tinggi anak akan menyebabkan kematian kemudian membebaskan orang tua dan anaknya. Orangtua terpaksa membawa anaknya berobat ke Rumah Sakit Anak, tetapi karena pasien sudah penuh tidak terlayani sehingga hanya bisa dengan minum obat untuk meredakan gejala.

Wang Jinfeng menolak dibawa pergi oleh polisi dengan memegangi sebuah tiang besi. (foto responden)

Hingga 19 Desember pukul 11 malam, masih ada orang tua yang belum dibebaskan.

Ketika reporter menelepon ke kedua nomor telepon kantor polisi Qianmen, Tiananmen, polisi yang mengangkat telepon membantah adanya penangkapan terhadap orang tua korban vaksinasi.

Anak direbut dan orangtua ditangkap

Sebelumnya, yakni pada 17 Desember sore sekitar pukul 18:50 Wang Jinfeng yang sedang melakukan perawatan rehabilitasi anaknya di Rumah Sakit Po Ai Beijing ditangkap polisi dan anaknya pun dibawa paksa oleh mereka.

Seorang saksi mata kepada reporter mengatakan bahwa anggota penjaga stabilitas sosial Ningxia yang ditugaskan di Beijing pertama-tama membawa paksa anak Wang Jinfeng dan kemudian ingin membawa Wang Jinfeng. Namun Wang Jinfeng menolak dibawa pergi dengan memegangi tiang besi sekuat tenaganya.

Tangan Wang sampai berdarah-darah akibat polisi memaksa hendak melepaskan tangannya dari tiang. Wang Jinfeng kemudian terjatuh karena kesakitan, kemudian 3 orang anggota penjaga stabilitas sosial Ningxia memaksanya untuk naik ke mobil van putih lalu dibawa ke kantor mereka.

Pada saat itu, orang tua lainnya yang berada di lokasi meminta bantuan polisi, tetapi polisi yang datang selain tidak menghalau petugas Ningxia membawa paksa Wang Jinfeng, bahkan langsung meninggalkan lokasi meskipun beberapa orang tua memprotes mereka yang acuh terhadap kejadian ini.

Sejauh ini, Wang Jinfeng dan anaknya dalam keadaan lost contact. Para orangtua khawatir jika Wang Jinfeng dibawa ke Ningxia, karena petugas di sana sangat kejam, jika Wang dibawa kembali ke Ningxia, maka ia bisa dipukul hingga babak belur.

Mobil van yang membawa paksa Wang Jinfeng. (foto responden)

Dilaporkan bahwa sakit yang dialami anak Wang Jinfeng cukup serius, Wang sampai diusir mertuanya karena merawat anaknya. Ia terpaksa mengandalkan uluran tangan orang baik hati untuk bertahan hidup demi merawat anaknya.

“Sangat kasihan, anaknya kini sudah berusia 8 tahun dan tidak mendapat ganti rugi sedikit pun,” kata orang tua itu.

Pada 15 Desember malam sebelum Wang Jinfeng ditangkap, anggota polisi dari kantor Miaopu Xili, Beijing mendatangi rumah keluarga He Fangmei yang juga sebagai orang tua korban vaksinasi anaknya. Polisi kemudian membawa suaminya bernama Li Xin ke kantor polisis dengan alasan untuk diwawancarai.

He Fangmei mengatakan bahwa polisi memaksa suaminya untuk menandatangani surat jaminan (tidak menuntut), beruntung malamnya ia dibebaskan lantaran perhatian sejumlah teman dan netizen.

“Masalah akan saya ledakan”

Beberapa orangtua mengatakan dalam sebuah wawancara bahwa karena tempat mereka mengaduhkan masalah sudah cukup lama tidak bersedia menyelesaikan masalah sehingga banyak orangtua membawa anaknya untuk tinggal di Beijing. Mereka sambil bekerja untuk membiayai perawatan anak, sambil juga mengajukan petisi menuntut haknya.

Orang tua asal Xiangfan, Provinsi Hubei yang tinggal di Beijing mengatakan kepada Epoch Times bahwa ia dan anaknya telah berada di Beijing selama 5 tahun. Tujuannya tak lain adalah untuk mengobati anaknya yang menjadi korban vaksinasi palsu.

Untuk menghidupi keluarga dan membayar utang, suaminya terpaksa mengambil dua pekerjaan dan kini menderita sakit jantung, diabetes dan berat badannya turun dari sebelumnya 80 kg menjadi 45 kg, selain itu, mereka memiliki utang 1 juta yuan (RMB) saat ini.

Sekarang ia hanya bisa meratapi keluarganya yang berantakan.

Ia mengatakan, ketika gejala vaksinasi palsu bereaksi di tubuh anaknya, biaya pengobatan yang dikeluarkan setiap bulannya bisa mencapai 5.000 Yuan, sekarang menurun menjadi sekitar 3.000 Yuan, ini belum termasuk perawatan rehabilitasi yang tidak murah.

Anaknya kini sudah berusia 6 tahun, tetapi kecerdasannya hanya sekitar anak berusia 3 tahun, dan menderita epilepsi. Makin sering epilepsinya kambuh makin merusak otak.

“Selama lima tahun terakhir, saya tidak lagi pernah tidur nyenyak, saya selalu takut, takut akan kejang yang datangnya secara tiba-tiba,” katanya

Ia juga mengatakan bahwa sekarang ia terus dikuntit petugas keamanan ke mana pun pergi. Dulu ketika ia ditangkap, anaknya sendirian tinggal di rumah, tidak ada yang mengurus.

Dengan rasa marah ia mengatakan bahwa pemerintah mampu mengeluarkan biaya yang sangat tinggi untuk mempertahankan stabilitas sosial tetapi enggan memberikan santunan untuk pengobatan anak-anak yang menjadi korban vaksinasi palsu, tidak mau peduli terhadap nasib anak-anak.

Ia mengatakan : “Jika hal ini bukan masalah mereka, apa yang mereka takutkan? Sampai mengirim 7-8 orang anggota ke Beijing untuk mencegat saya. Di sini (Beijing) juga penuh dengan penyamun, polisi tidak membela kepentingan masyarakat.”

Meskipun tuntutan melalui proses hukum telah dilakukan selama bertahun-tahun, tetapi pengadilan hanya berusaha untuk menunda tanpa ada keputusan.

“Saya sekarang sudah tidak memiliki rasa takut lagi, akan saya urus terlebih dahulu anaknya. Setelah itu (masalah) akan saya ledakan. Ini adalah akibat saya terpaksa,” demikian katanya. (Sin/asr)