Melenyapkan Budaya Uighur, Partai Komunis Tiongkok Tahan Ratusan Orang Ulama Uighur

oleh Li Xinru

Penindasan Partai Komunis Tiongkok (PKT) terhadap etnis minoritas di Propinsi Xinjiang telah memicu perhatian internasional.

Sejumlah besar intelektual dan cendekiawan etnis Uighur ditahan di Kamp ‘Pendidikan Ulang’ Xinjiang.

Bahkan, ‘Yili Evening News’ mengalami penangguhan penerbitan sejak hari pertama Tahun Baru. Organisasi hak asasi manusia mengatakan bahwa langkah yang diambil PKT tak lain adalah untuk melenyapkan budaya etnis minoritas di Xinjiang.

Lebih dari 100 orang ulama Uighur ditahan dalam Kamp Pendidikan Ulang

The New York Times melaporkan bahwa lebih dari 1 juta orang warga etnis Uighur dan anggota minoritas lainnya ditahan dalam beberapa Kamp Pendidikan Ulang yang tak lain adalah Kamp-kamp konsentrasi.

Kamp Pendidikan Ulang tersebut telah dipropagandakan oleh PKT sebagai tempat pelatihan kejuruan dengan tujuan memberikan kesempatan kerja kepada warga (minoritas) termiskin.

Tetapi dalam daftar terdapat lebih dari 100 orang cendekiawan Uighur yang dihimpun oleh cendekiawan Uighur yang berada di pengasingan. Terdapat nama-nama penyair dan penulis terkenal, dekan universitas, dan profesor di berbagai disiplin ilmu termasuk antropologi dan sejarawan Uighur.

Maya Wang, seorang peneliti Human Rights Watch untuk Hongkong mengatakan : “Fakta bahwa para intelektual, sarjana, ilmuwan, dan insinyur perangkat lunak berpendidikan tinggi ditahan dalam kamp penahanan adalah bantahan terbaik bagi pihak berwenang, menunjukkan bahwa ini bukan program pendidikan yang dirancang untuk memberi manfaat bagi warga Uighur.”

BACA JUGA : Wawancara Lapangan Media Inggris Ungkap Penganiayaan Etnis Minoritas Uighur oleh Komunis Tiongkok

Menurut laporan itu, seorang profesor Uighur yang tinggal di Istanbul mengatakan bahwa para ulama Uighur yang sangat dihormati ini adalah pewaris budaya tradisional Uighur. PKT memenjarakan mereka untuk sepenuhnya menghilangkan tradisi Uighur.

Banyak pakar melacak tindakan penganiayaan terhadap para intelektual Uighur hingga penangkapan ekonom Uighur Ilham Tohti pada tahun 2014.

Tohti suatu kali pernah dengan terus terang mengkritik diskriminasi yang diperlakukan oleh PKT terhadap etnis Uighur. Dia kemudian dijatuhi hukuman penjara seumur hidup dengan tuduhan melakukan kejahatan berupa memecah-belah negara.

Menurut laporan itu, pihak berwenang Tiongkok pada tahun 2017 telah menangkap sejumlah orang Uighur yang berkarier berkaitan dengan melindungi budaya Uighur.

Rahile Dawut, seorang antropolog dari Universitas Xinjiang yang mempelajari Islam, lagu-lagu rakyat dan cerita rakyat, adalah tokoh paling terkenal dari para intelektual yang hilang setelah ia ditangkap dan ditahan pada akhir tahun 2017.

The New York Times melaporkan bahwa para elit intelektual Uighur ini telah berperan sebagai jembatan antara komunitas Uighur dan Han sebelum tindakan penganiayaan berlangsung. Mereka telah bekerja dengan sepenuh hati untuk meningkatkan nasib warga Uighur.

Peneliti dari University of Copenhagen, Rune Steenberg mengatakan : “Pukulan ini memang merupakan tragedi besar”, Para cendekiawan ini memberikan jalan yang tidak memihak bagi warga Uighur agar praktik keagamaan dan budaya dapat dipertahankan.

Analisa para pengamat menunjukkan bahwa upaya penahanan terhadap mereka menyoroti rencana PKT bermaksud untuk mengamputasi budaya Uighur.

Langkah demikian bertujuan  membentuk kembali etnisitas yang pada dasarnya tidak beriman, tidak beragama agar lebih mudah untuk berintegrasi ke dalam arus utama budaya mainstream yang ditetapkan oleh PKT. Bahkan, patuh kepada PKT.

‘Yili Evening News’ mengalami penangguhan penerbitan pada hari pertama Tahun Baru

Surat Kabar ‘Yili Evening News’ yang sudah terbit selama 26 tahun mengalami penangguhan penerbitan sejak hari pertama Tahun Baru 2019.

Organisasi hak asasi manusia Kazakh percaya bahwa surat kabar itu terutama melaporkan berita lokal dari Kazakh dan mengkritik penangguhan mendadak PKT terhadap surat kabar sore itu. Langkah ini diduga ada kaitannya dengan upaya PKT untuk melenyapkan budaya Kazhak, agar bahasa mereka hilang demi proses Hanisasi.

‘Yili Evening News’ adalah surat kabar resmi partai Prefektur Otonomi Yili Kazakh. Surat kabar tersebut memiliki 3 versi dengan masing-masing berbahasa Mandarin (karakter Han), bahasa Kazhak dan Uighur.

Surat kabar ini terutama melaporkan tentang informasi lokal, mata pencaharian masyarakat Kazakh dan wilayah lain di Xinjiang. Surat kabar ini didistribusikan secara nasional. Ia termasuk surat kabar yang berperingkat di Xinjiang selama bertahun-tahun.

Serikjan Bilash, kepala organisasi hak asasi manusia Kazakhstan Atajurt mengatakan kepada Radio Free Asia pada 7 Januari lalu bahwa penjualan surat kabar itu cukup baik. Oleh karena itu, membuktikan bahwa tidak terbitnya surat kabar ini tidak ada kaitannya dengan masalah keuangan penerbit.

PKT sudah sejak lama berusaha untuk melenyapkan budaya etnik minoritas, misalnya dengan menutup ribuan sekolah berbahasa Kazakh di Xinjiang, mengharuskan semua siswa untuk mempelajari bahasa Mandarin. Parahnya lagi, setiap orang diwajibkan untuk mencari buku-buku berbahasa Kazakh untuk dibakar.

Sekarang pemerintah daerah menutup penerbitan surat kabar yang membuat bahasa Kazakh dan bahasa Uighur kehilangan kembali channel penyebarannya.

Serikjan Bilash percaya bahwa pemerintah ingin lebih lanjut menekan warga etnis minoritas dan secara bertahap menghilangkan budaya Kazakh.

Serikjan Bilash mengatakan : “PKT ingin mengasimilasi warga Kazakh, sehingga memaksa mereka belajar dan berbicara dengan bahasa Mandarin. Semua orang (etnis minoritas) harus melewati tahapi ini agar dapat berasimilasi dengan etnis Han agar nantinya melenyapkan etnis Kazakh secara keseluruhan. Inilah tujuan mereka.”

Juru bicara Kongres Uighur Sedunia Dilxat Raxit mengatakan bahwa PKT telah melarang penerbitan surat kabar bahasa Uighur dan Kazakh.

“Dengan alasan utamanya adalah untuk mencegah media berita membocorkan informasi tentang negara yang tidak ingin disebarkan ke dunia luar. Di sisi lain, melalui metode larangan ini, PKT dapat memaksa mereka yang tertarik dengan berita atau informasi untuk belajar bahasa Mandarin.”

PKT mengundang media asing untuk mengunjungi kamp pendidikan ulang

Demi meredakan kritikan terus-menerus dari komunitas internasional, PKT baru-baru ini mengundang media asing untuk berkunjung ke tiga kamp pendidikan ulang di Xinjiang.

Media asing melaporkan bahwa kamp pendidikan ulang dan konten yang diwawancarai sengaja diatur sebelumnya.

Deutsche Welle melaporkan bahwa kelompok-kelompok hak asasi manusia dan mereka yang telah ditahan menyatakan bahwa kondisi di kamp pendidikan ulang sangat buruk dan para pesertanya dilecehkan untuk waktu yang lama.

Mereka juga membantah klaim PKT yang menyebutkan bahwa peserta pelatihan menerima pelatihan keterampilan kejuruan di kamp pendidikan ulang.

Di bawah tekanan internasional, beberapa waktu lalu PKT mengatur media asing untuk mengunjungi tiga kamp pendidikan ulang di Kashgar, Hotan dan Moyu.

Reuters melaporkan bahwa ketika mengunjungi sebuah kelas, guru itu menjelaskan dalam bahasa Mandarin bahwa baik bernyanyi atau menari dalam pesta pernikahan atau berduka cita adalah sikap ekstremisme.

Ketika reporter Reuters memasuki ruang kelas, siswa itu mengangkat kepala dan bersenyum. Menurut Reuters, para siswa di kelas semuanya etnis Uighur, dan mereka tampaknya tidak memiliki tanda-tanda penganiayaan.

Di kelas lainnya, siswa membacakan teks buku pelajaran Mandarin berjudul “Wilayah tanah air kita luas”, sementara di ruang kelas lain, siswa bernyanyi dan menari dengan gembira, dan bernyanyi dalam bahasa Inggris “Jika Anda bahagia, tepuk tangan-lah.”

Reporter Reuters curiga bahwa ini adalah kegiatan yang sengaja diatur oleh PKT agar dilihat oleh reporter media asing yang datang berkunjung.

Beberapa siswa kamp pendidikan ulang yang didampingi oleh pejabat PKT diberi ijin untuk menerima wawancara singkat dari media.

Ketika mereka diwawancarai, mereka mengatakan bahwa setelah mengetahui tentang adanya kamp pendidikan ulang dari pemberitaan pejabat setempat, mereka mengajukan diri untuk bergabung untuk menerima pendidikan ulang. Dalam wawancara itu mereka juga menekankan bahwa sebelumnya mereka telah dipengaruhi oleh ekstremisme.

Reuters melaporkan bahwa selain media asing, diplomat dari 12 negara non-Barat juga diundang untuk mengunjungi kamp pendidikan ulang dalam waktu dekat.

PKT telah berulang kali membantah bahwa ada kamp pendidikan ulang di propinsi Xinjiang.

Namun, ketika dunia luar mengumumkan gambar satelit dari kamp pendidikan ulang dan dokumen resmi pemerintah daerah di Internet, nada PKT berubah. Kemudian membuat kamp pendidikan ulang terkesan bermanfaat.

Atas kejadian ini,  Kongres Uighur Dunia mengutuk PKT telah mendistorsi fakta, mengarang kebohongan, dan menuntut pembebasan terhadap semua warga Uighur yang ditahan. (Sin/asr)

Video Rekomendasi : 

https://www.youtube.com/watch?v=eK8IDM3hHyU