Mengapa AS Tak Mampu Larang Senjata? National Riffle Association!

Jiang Zhongyuan

Merajalelanya penggunaan senjata api di kalangan warga sipil di AS sudah bukan perkara satu dua hari, kita sudah sering melihat judul berita yang muncul di TV “kasus penembakan di SMA tertentu di Amerika Serikat”, awalnya mendengar berita seperti ini sungguh membuat merinding, tapi karena kejadian serupa sudah terlalu kerap terjadi, lama kelamaan penulis pun menjadi mulai terbiasa dengan kasus seperti itu…

Inilah tanda-tanda yang justru lebih menakutkan, bila seseorang tidak lagi merasa terkejut terhadap perilaku pembunuhan terhadap sekelompok orang dalam skala besar, bahkan memandangnya dari sudut pandang ibarat bagian dari kehidupan sehari-hari, maka itu berarti masyarakat ini sudah tidak normal lagi.

Pembaca mungkin akan bertanya-tanya, “Kalau memang kerap terjadi tragedi keamanan yang begitu buruk ini, mengapa pemerintah AS tidak melarang kepemilikan senjata api?” Penyebabnya tidak terlepas dari: National Riffle Association of America.

Organisasi masyarakat (NRA) yang begitu besar ini memiliki anggota yang terdaftar lebih dari empat juta orang, merupakan penggagas gerakan kepemilikan senjata api bagi warga sipil yang paling aktif, dan yang lebih hebat lagi adalah, sebanyak 8 orang presiden AS juga pernah menjadi anggotanya! Yakni McKinley, Taft, Eisenhower, Kennedy, Nixon, Reagan, Bush tua dan Bush muda. Bahkan ada presiden yang telah pensiun pernah menjadi ketua asosiasi ini.

Hanya dari kedua kondisi tersebut di atas, bisa dibayangkan betapa besar kekuatan asosiasi senjata api tersebut. Mengapa AS membentuk organisasi ini, mengijinkan warga sipil untuk memiliki senjata api, yang mengakibatkan kondisi masyarakat menjadi begitu buruk seperti ini? Bukankah ini sama saja dengan mencelakakan diri sendiri? Tidak, tentu tidak demikian.

Faktanya, jika tidak memiliki asosiasi senjata api ini, maka AS mungkin tidak akan memiliki posisi hegemonik sekarang ini.

Adegan pertempuran yang dilukis pada 1919 oleh artis Frank Schoonover. Adegan tersebut menggambarkan keberanian seorang pahlawan Perang Dunia I, Alvin C. York pada 1918. (wikipedia)

Pada naskah asli amandemen kedua dalam konstitusi Amerika disebutkan: “Tentara sipil yang berdisiplin baik dibutuhkan dalam keamanan sebuah negara bebas, maka hak warga sipil untuk memiliki dan membawa senjata api tidak boleh dilanggar.”

Mengapa muncul RUU seperti ini? Hal ini harus ditelusuri kembali ke masa sebelum Amerika merdeka. Waktu itu Amerika Utara masih dijajah oleh Inggris, tidak ada tentara pemerintah, juga tidak ada pasukan atau polisi yang dipersenjatai. Jadi setiap negara bagian mengandalkan tentara sipil melindungi diri.

Pada masa mulai terbentuknya 13 koloni Britania secara bertahap, pemerintah negara bagian mulai mengintervensi dalam hal menajemen senjata api. Peribahasa mengatakan “kekuasaan membuat orang bobrok”, pemerintah negara bagian yang memiliki kekuasaan ekonomi, militer dan eksekutif mulai semena-mena, mulai bertindak diktator, bahkan memberlakukan hukuman tanpa peradilan terhadap penduduk yang tidak memiliki senjata api! Lalu orang Amerika pun tidak bisa menerimanya lagi, dan mengobarkan serangkaian pemberontakan bersenjata seperti peristiwa Pesta Teh Boston, kemudian pada akhirnya berhasil membangun negaranya.

Warga Amerika yang mengejar kebebasan dan kesetaraan mengangkat senjata dan memenangkan perang melawan pasukan Inggris, jadi setelah pendirian negara, hak untuk memiliki senjata pun terangkat menjadi semacam “simbol nasional tingkat dewa.”

Jadi, siapa pun kapan pun sering menyebutkan “hak bersenjata anugerah Tuhan”, aura bebas memiliki senjata begitu kental, bahkan ditulis dalam UU Hak Asasi Amerika saat ini, mereka berpendapat kebebasan dan kesetaraan AS berasal dari kewaspadaan terhadap setiap orang. Warga harus memiliki suatu kemampuan membalas dalam tingkat tertentu, dan mencapai keseimbangan untuk saling membatasi dengan pemerintah, dengan demikian pemerintah akan jujur dan melakukan pekerjaan dengan serius, dan tidak menjadi semena-mena, sehingga bisa membengkakkan kekuasaan negara untuk menindas hak warga negara, dan berubah menjadi pemerintahan yang otoriter.

Pada awalnya, kebebasan memiliki senjata api adalah semacam simbol spiritual, semacam gaya hidup. Bukan suatu paham politik, bagaimana sampai berubah menjadi seperti sekarang ini, maka harus dikaitkan dengan berdirinya National Riffle Association of America atau NRA.

Di masa Perang Sipil, kekuatan industri di utara Amerika jauh melampaui wilayah selatan, hanya di kota New York saja kekuatan ekonominya melampaui total sebelas negara bagian di selatan, dan jumlah penduduk serta perlengkapan senjata juga jauh lebih kuat daripada selatan, tapi perang ini menghabiskan waktu empat tahun sebelum akhirnya menang, jumlah korban mencapai 620.000 orang.

Perlu diketahui, dari PD-I hingga PD-II dan Perang Vietnam serta Perang Korea, pihak AS yang menjadi korban sebanyak 616.000 orang. Hanya Perang Sipil saja jumlah korban tewas telah melampaui jumlah total korban dari perang-perang yang lebih terkenal itu, bisa dilihat betapa dahsyat peperangan saudara utara dan selatan itu.

Kekuatan pasukan selatan begitu buruk, tapi bisa bertahan melawan utara begitu lamanya, selain karena beberapa jendral ternama dari selatan, terutama adalah karena orang-orang di selatan suka bermain senapan, sangat menggemari berburu. Mereka selalu mengisi waktu luang dengan berburu di hutan, tembakan mereka sangat jitu dan tidak pernah meleset.

Sementara orang utara adalah tipikal kaum terpelajar, yang hanya bisa berbisnis, berhitung, dan bekerja di pabrik, begitu perang sipil meletus orang-orang utara tidak sempat berlatih, hanya bisa mengutus para pekerja kantor untuk berperang, sementara orang selatan tidak perlu berlatih, satu tembakan mengenai satu sasaran. Begitu kedua pasukan berperang, pihak mana yang unggul langsung bisa ditebak.

Kemudian pasukan utara mengandalkan kekuatan industri yang superbesar, akhirnya memenangkan perang itu. Namun terlalu banyak korban berjatuhan, ekonomi rakyat Amerika pun rusak karenanya, Grant yang waktu itu menjabat sebagai presiden mulai berpikir: “Perang sungguh mengerikan! Apa yang harus dilakukan agar terhindar dari perang sipil seperti ini? Cara apa yang bisa dilakukan untuk melindungi kekuasaan pemerintah?”

Seorang jendral dari utara mengusulkan pada Grand: “Orang selatan suka bermain senapan, itu sebabnya perang kita begitu mengenaskan, Anda harus membiarkan orang utara juga bermain senapan.” Grant kegirangan, lalu dibentuklah organisasi “National Riffle Association of America”.

National Riffle Association of America (NRA) terus membesar seiring dengan bergulirnya waktu, khususnya saat PD-I dan PD-II, kekuasaannya juga semakin meluas, ambisinya juga perlahan mulai terlepas dari pembatasan yang seharusnya.

Setelah PD-I berakhir NRA selalu saja menggunakan seorang pahlawan AS bernama Alvin Cullum York pada perang yang dialaminya sebagai promosi, dan mempropagandakan bahwa dengan bergabung ke dalam NRA berarti melindungi negara, ini semakin memperdalam ideologi masyarakat AS untuk memiliki senjata api.

Alvin Cullum York pernah menjadi anggota NRA, saat masih kecil ia sering membawa senapan berburu dan berburu ayam kalkun, sehingga terlatih menembak dengan baik.

Pada masa PD-I, bersama pemimpin pasukan dan 17 orang rekan serdadu lainnya mereka berhasil menyelinap di garis belakang tentara Jerman dan mengawal tawanan. Saat akan kembali, sebuah pos senapan mesin Jerman di dekatnya mendapati mereka, serdadu Jerman berseru dalam Bahasa Jerman agar rekan mereka tiarap, lalu mulai menembak, senapan Maxim yang berkaliber besar dalam sesaat menumbangkan 9 orang serdadu AS.

Sementara yang masih hidup bersama para tentara Jerman yang ditawan tiarap di tanah tidak bisa berdiri karena ditekan sapuan senapan itu, saat itu York yang menggunakan senapan Enfield M1917 menembak ke arah pos senapan mesin Jerman, senapan itu bisa diisi 5 peluru, tembakan York tidak ada yang meleset, dengan 5 peluru itu dirobohkannya 5 orang pasukan penembak Jerman!

Tentara Jerman lainnya yang bersembunyi di dalam lubang pelindung merasa York terlalu hebat, adu senapan dengan York pasti tidak mungkin, maka saat York mengisi peluru mereka memanfaatkan peluang bergerak maju melakukan serangan, di saat genting itu York mencabut pistolnya dan mulai menembak, seketika itu 7 serdadu Jerman yang maju menerjang dirinya ditembak, satu peluru satu serdadu, pasukan Jerman lainnya ketakutan dan menyerah dengan melempar senjata (menariknya adalah, pistol York hanya bisa diisi 7 peluru, dengan kata lain, waktu itu magasin peluru sudah kosong, jika serdaru Jerman terus maju, maka mungkin sejarah akan berkata lain).

Awalnya York hanya membawa 7-8 orang tawanan perang kembali ke kamp tawanan, sepanjang jalan ada pasukan Jerman yang menyerah, dan ikut menjadi tawanan, ternyata pada saat itu kebanyakan pasukan Jerman sudah tahu situasi perang sudah sulit diselamatkan, sehingga sangat frustrasi. Akhirnya sekembalinya York ke kamp tawanan, ia membawa sebanyak 132 orang tawanan perang. Prajurit penjaga pos saat melihat begitu banyak pasukan Jerman datang, mengira telah diserang oleh pihak Jerman, sanking ketakutan prajurit itu jatuh dari atas pos penjagaan.

Setelah perang, York diangkat sebagai perwira dan mendapat medali penghargaan Kongres, bahkan kisahnya difilmkan. Di masa Perang Dingin, untuk memotivasi para perwiranya agar meniru semangat keberanian York, pemerintah AS bahkan menamai meriam anti pesawat dengan nama “Sergeant York Air Defense Gun”. Tembakan York yang tepat dan prestasi perang yang gemilang, membuatnya dijadikan sebagai simbol propaganda bagi NRA.

Kondisi geografis Amerika sangat mengagumkan, diapit dua samudera, tidak ada musuh dari utara maupun selatan. Tanah dan airnya indah dan subur, segala sesuatu ada di negeri itu, maka tanah ini pada dasarnya tidak memerlukan perlindungan kekuatan militer berskala besar, oleh sebab itu saat PD-I dan PD-II, di saat AS harus menambah pasukannya seketika, mendatangkan banyak serdadu baru untuk bergabung, dan para serdadu ini harus memiliki pengetahuan dan standar militer tertentu untuk bisa diterjunkan di medan perang.

Sungguh kebetulan NRA memenuhi kebutuhan militer AS ini, para serdadu baru yang direkrut ini hampir rata-rata adalah anggota NRA, saat menjadi warga sipil mereka telah terlatih menggunakan berbagai senjata api, saat berburu juga sudah terbiasa dengan taktik mengepung dan mengitari. Begitu bergabung dalam militer mereka diajarkan sedikit pengetahuan, dan siap diterjunkan di medan perang. Dengan demikian, NRA pun memainkan peran yang tak bisa diabaikan dalam sejarah militer AS.

Setelah PD-II berakhir, seharusnya adalah saatnya untuk menggudangkan semua persenjataannya, tapi kemudian Perang Dingin pun terjadi.  Ancaman Uni Soviet jauh lebih hebat daripada Jerman dan Jepang di masa perang, Blok Poros itu hanya membuat onar di Eropa dan Asia, paling-paling hanya menduduki daerah kolonial AS di Asia. Namun kekuatan Uni Soviet mampu mengancam wilayah AS secara langsung, bahkan bisa meledakkan ibukota AS dengan rudal nuklirnya. Oleh karenanya NRA kembali memainkan peran penting dalam keamanan militer, selama Perang Dingin, untuk menunjukkan sikap menegakkan keadilan.

NRA telah membuat sejumlah film peringatan, namun mayoritas topiknya adalah sama: Tentara Merah Uni Soviet mendarat di Amerika, dan menguasai AS, tapi banyak warga AS yang tidak bersedia ditindas, mereka mengangkat senjata dan mengusir Tentara Merah.

Film-film itu samar-samar menyampaikan pesan bahwa warga sipil harus diberi kebebasan memiliki senjata api, tanpa disadari membuat para penonton merasa keberadaan NRA adalah legal. Selama periode tersebut, jumlah anggota baru di NRA melonjak drastis, kekuasaannya telah melampaui harapan yang diperkirakan, dan menjadi organisasi besar yang bisa mengintervensi urusan internal Kongres.

Pengamat politik AS mengetahui, para politisi Partai Republik AS mayoritas memiliki senjata api, seperti Presiden Reagan, ia juga merupakan pendukung kuat NRA. Sejak sebelum ia menjadi presiden, di AS telah banyak terjadi kasus penembakan di sekolah, namun Reagan tetap bersikukuh tidak melarang senjata api.

Ironisnya adalah, belum lama menjabat ia telah mengalami percobaan pembunuhan. Waktu itu Reagan ditembak 6 kali, namun 5 kali di antaranya tertahan, hanya satu yang mengenai paru-parunya, peluru bersarang hanya 2,5 cm dari jantung, jika meleset sedikit saja maka tamatlah riwayatnya.

Mayoritas media massa beranggapan, setelah peristiwa ini Presiden Reagan pasti akan membalikkan pernyataanya, menghentikan merajalelanya senjata api, dan merevisi UU kepemilikan senjata, namun tak disangka Presiden Reagan berkata, “Senjata api tidak bisa membunuh orang, hanya orang yang bisa membunuh orang lain.”

Presiden Reagan tetap mendukung kepemilikan senjata oleh warga sipil membuat kekuatan NRA berkembang pesat. Setelah Uni Soviet runtuh, larangan senjata kembali menjadi topik yang ramai dibicarakan masyarakat. Namun walaupun banyak politisi ternama mendukung larangan senjata, bahkan mantan Presiden AS Barrack Obama juga mendukung larangan senjata. Namun NRA yang sudah sedemikian besar itu telah memiliki lebih dari empat juta orang anggota, pengaruh politiknya telah jauh melampaui yang diperkirakan sebelumnya, sudah tidak bisa disingkirkan dengan cara-cara wajar.

Perlu diketahui, kelompok di luar Kongres AS dapat memengaruhi keputusan Kongres, dan kekuatan di luar Kongres yang memiliki kekuatan terbesar adalah NRA, ditambah lagi amandemen ke-2 konstitusi AS menetapkan bahwa warga AS berhak untuk memiliki dan membawa senjata api, yaitu warga sipil memiliki hak untuk melindungi diri, oleh karena itu larangan senjata di AS telah menjadi suatu hal yang nyaris mustahil.

Ada yang mengatakan merajalelanya senjata api di AS dikarenakan adanya keuntungan yang besar. Tapi sebenarnya keuntungan senjata api jauh di bawah rokok dan minuman keras, rokok dibuat dari daun yang dikeringkan, minuman keras hanya cairan maltose yang telah disimpan lama di dalam barel kayu, sedangkan pembuatan senjata api setidaknya dibutuhkan suatu teknologi, hanya teknologi membuat garis alur proyektil saja sudah cukup memusingkan.

Niat awal didirikannya NRA adalah baik, dan bukan sebagai pengendali ideologi politik. Mayoritas warga sipil AS menyukai senjata api hanya karena berpegangan pada konsep, ada dua ungkapan lama yang selalu digaungkan di kalangan pecinta senjata api: “Abraham Lincoln membebaskan semua warga, tapi Colt (merek senjata api kawakan) membuat mereka setara”, dan “Tuhan menciptakan manusia, Colt menciptakan keadilan”.

Mereka beranggapan dengan adanya senjata api maka kesetaraan bisa diciptakan dan kebebasan di Amerika baru dapat terwujud.

Tapi seiring dengan perubahan zaman dan semakin disempurnakannya keadilan, sekarang ini sudah bukan lagi masa lalu, apakah pemerintah AS masih akan terus mempertahankan kepemilikan senjata api? Penulis tidak berani menentukannya, bagaimana pembaca menyikapinya? (SUD/WHS/asr)

Artikel Ini Terbit di Epochtimes edisi cetak bahasa Indonesia