Warga Venezuela Tinggalkan Sosialisme Berkat Pidato Donald Trump

EpochTimesId — Pengungsi Venezuela yang melarikan diri dari kediktatoran sosialis Nicolas Maduro ke Cucuta, kota perbatasan yang lembab, di Kolombia mengatakan bahwa mereka terinspirasi oleh pidato Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Trump berpidato kepada komunitas Venezuela di Miami, AS, pada 18 Februari 2019, dan memicu harapan untuk perubahan ketika pemimpin AS mengangkat nasib mereka ke panggung dunia.

Lebih dari tiga juta rakyat Venezuela melarikan diri dari kemiskinan dan kelaparan di tanah air mereka yang ditimbulkan oleh kebijakan sosialis diktator selama bertahun-tahun yang dilembagakan oleh Maduro dan pendahulunya, Hugo Chavez. Eksodus berlanjut, bahkan ketika cengkeraman Maduro pada tampuk kendali negara yang dulunya kaya minyak ini menghadapi tantangan paling signifikan hingga saat ini.

Majelis Nasional menyatakan kepresidenan Maduro tidak sah pada bulan Januari 2019. Juan Guaido, ketua majelis, kemudian menyatakan berhak menjabat sebagai presiden sementara berdasar konstitusi Venezuela. Presiden AS, Donald Trump dengan cepat mengakui Guaido sebagai pemimpin sementara negara itu, ketika banyak orang membanjiri jalan-jalan kota-kota besar Venezuela untuk mendukungnya.

Dalam pidatonya di depan rakyat Venezuela di Miami, Trump menegaskan kembali dukungannya terhadap Guaido, dan memperingatkan militer Venezuela agar tidak lagi mendukung Maduro. Trump mengecam sosialisme dan komunisme sebagai ideologi yang mematikan dan gagal. Warga Venezuela yang melarikan diri dari negara itu melalui perbatasan dengan Kolombia mengatakan kepada The Epoch Times bahwa pidato Trump memberikan harapan kepada bangsa mereka.

“Saya merasa berharap karena memiliki dukungan pemerintah AS sangat penting bagi kami, itu membantu kami untuk menjadi berharga di mata dunia,” kata Jhuliana Hernandez yang berusia 30 tahun. “Sosialisme perlu dihilangkan dari Amerika. Saya seorang pendukung Juan Guaido dan saya seorang pendukung demokrasi dan kebebasan. Saya pikir korupsi dan sosialisme melumpuhkan Venezuela.”

Pengungsi Venezuela membentangkan bendera nasional mereka setelah melintasi perbatasan ke Cucuta, Kolombia, pada 12 Februari 2019. (Foto : Luke Taylor/The Epoch Times)

Hernandez dan para pengungsi lainnya yang diwawancarai untuk artikel ini menyeberangi perbatasan menuju Cúcuta, sebuah kota perbatasan Kolombia yang menjadi pilihan utama jalur eksodus dari Venezuela. Setiap hari, sekitar 40.000 orang menyeberangi jembatan Simon Bolivar yang kacau, yang menghubungkan Cúcuta dengan San Antonio, Venezuela.

“Saya merasa negara saya sekarang memiliki harapan, pidatonya meyakinkan saya karena saya sekarang tahu bahwa Amerika Serikat bersama kita,” kata Sharon Laleshka. “Saya tidak berpikir [apa yang dikatakan Trump] adalah kritik yang tidak beralasan, saya pikir itu adalah kenyataan bahwa negara saya hidup. Sosialisme tidak menawarkan kemajuan bagi orang lain, itu membuat mereka tergantung dan tidak produktif.”

“Setiap kali Trump berbicara tentang Venezuela, kami merasa lega dan lebih berharap,” tambah Laleshka.

Sebagian besar dari mereka yang melintasi jembatan Simon Bolivar datang untuk membeli barang-barang pokok seperti telur, tepung, atau kertas toilet, yang tidak tersedia di sisi perbatasan mereka. Ribuan diantaranya melanjutkan ke tujuan lain di Kolombia, di mana lebih dari satu juta warga Venezuela sekarang tinggal di negara tetangga itu, atau tempat-tempat lain di Amerika Latin, yang menampung hampir tiga juta migran Venezuela.

Venezuela adalah rumah bagi cadangan minyak terbesar di dunia dan merupakan negara berkembang sebelum Chavez dan Maduro melembagakan rezim sosialis yang telah menghancurkan ekonomi negara tersebut. Hampir 90 persen populasi Venezuela hidup di bawah garis kemiskinan dan lebih dari setengah keluarga tidak mampu memenuhi kebutuhan makanan pokok mereka, menurut kelompok kemanusiaan Mercy Corps.

“Adalah sosialisme atau komunisme terselubung yang menjadi penyebab bencana ekonomi yang melanda negara saya, Venezuela,” kata Ivan Dario, 36, seorang pengungsi lainnya. “Tidak ada kepastian hukum bagi pengusaha kapitalis. Pengusaha adalah orang yang menghasilkan pekerjaan.”

Maduro dan Chavez juga membuka pintu bagi infiltrasi komunis dari Kuba, dengan lebih dari 90.000 proksi komunis menjalankan aparatur pemerintah di Venezuela. Havana juga mengirim lebih dari 20.000 personel pasukan keamanan ke Venezuela, menurut Trump.

Dalam pidatonya di Miami, Trump memposisikan Venezuela sebagai domino pertama yang akan memicu jatuhnya komunisme dan sosialisme di Amerika Selatan, tempat ideologi tersebar luas. Nikaragua dan Kuba, negara-negara lain dalam apa yang disebut ‘troika tirani’, akan mengikuti setelah Venezuela disingkirkan, lanjut Trump.

“Jam senja sosialisme telah tiba di belahan bumi kita dan, terus terang, di banyak tempat di dunia,” kata Trump. “Hari-hari sosialisme dan komunisme dihitung mundur, tidak hanya di Venezuela tetapi juga di Nikaragua dan di Kuba.”

Sebuah truk penuh dengan bantuan kemanusiaan untuk Venezuela setelah pesawat Angkatan Udara C-17 milik AS mendarat di Bandara Internasional Camilo Daza di Cucuta, Kolombia, di perbatasan dengan Venezuela pada 16 Februari 2019. (Foto : Raul Arboleda/AFP/Getty Images/The Epoch Times)

Di dalam Venezuela, dukungan untuk pidato Trump luar biasa, menurut akun yang dikumpulkan oleh seorang warga negara yang diwawancarai oleh The Epoch Times.

“Sekitar 90 hingga 95 persen dari warga Venezuela mendukungnya, hanya saja mereka tidak berani [keluar untuk menunjukkan dukungan] karena (ancaman) penindasan. Itu luar biasa, sesuatu yang sudah kami tunggu-tunggu sejak lama,” kata seorang warga Venezuela, yang berbicara secara anonim.

“Beberapa orang tidak menyukai Trump sebelumnya. Dan sekarang orang-orang berkata, “Yah, saya tidak terlalu menyukai Trump sebelumnya, tetapi sekarang saya memujanya,'” tambah sumber itu. “Ketika nyata, hal-hal nyata mulai terjadi, tentu saja, banyak orang yang berterima kasih kepada Trump dan inisiatifnya.”

Sejak menjabat, Trump menjadikan perjuangan melawan sosialisme dan komunisme sebagai bagian utama dari agenda politiknya. Pada pidato kenegaraan tahun ini, Dia mengatakan bahwa, “Amerika tidak akan pernah menjadi negara sosialis.”

Trump juga mengecam komunisme dan sosialisme di panggung dunia, memberi tahu Perserikatan Bangsa-Bangsa pada September 2017 bahwa, kesedihan, kehancuran dan kegagalan mengikuti di mana pun ideologi ini diadopsi. Pada bulan November 2017, Dia mengatakan kepada Majelis Nasional di Korea Selatan bahwa komunisme yang harus disalahkan atas perbedaan yang mencolok antara kehancuran dan kelaparan di Korea Utara dan perdamaian dan kemakmuran di Korea Selatan.

Naiknya Guaido di Venezuela telah memicu referendum global tentang sosialisme dan komunisme. Rezim komunis saat ini dan sebelumnya seperti Tiongkok, Korea Utara, Kuba, dan Rusia telah mendukung Maduro. Lebih dari 50 negara dunia bebas (demokratis), termasuk Amerika Serikat, Jerman, dan Australia, mengakui Guaido sebagai pemimpin yang sah.

Trump menyampaikan pidatonya ketika bantuan kemanusiaan dari Amerika Serikat tertahan di perbatasan dengan Venezuela. Maduro terus menolak untuk mengizinkan bantuan ke negara miskin itu, dengan persediaan menumpuk di Cúcuta. Pada 16 Februari, tiga pesawat kargo militer AS mendarat di Cúcuta membawa 180 ton bantuan kemanusiaan.

Gudang yang dijaga ketat di Cúcuta adalah salah satu dari tiga poin dari mana upaya pendistribusian akan dilakukan pada 23 Februari untuk mengirimkan bantuan ke Venezuela. Guaido berharap upaya itu akan mendorong pertikaian antara Maduro dan pasukan militer yang terus mendukungnya meskipun ada ketidakpuasan rakyat. Amerika Serikat telah menjanjikan $ 20 juta untuk meringankan penderitaan di Venezuela.

Maduro mengklaim penurunan negaranya adalah akibat dari sanksi yang dijatuhkan AS dan menegaskan bahwa Venezuela ‘bukan pengemis’. Rezimnya menempatkan sebuah tangki minyak dan peti kemas di atas jembatan pada 6 Februari 2019, untuk menghalangi/barikade. Sehingga bantuan kemanusiaan tidak dapat masuk ke negara itu.

Trump memperingatkan para pejabat militer Venezuela bahwa mereka akan kehilangan segalanya jika terus mendukung Maduro. Amerika Serikat menyadari kekayaan yang disembunyikan di luar negeri oleh para pejabat militer dan keluarga mereka, termasuk keberadaan mereka, kata Trump.

“Jika Anda memilih jalan ini,” Trump memperingatkan mereka, “Anda tidak akan menemukan pelabuhan yang aman, tidak ada jalan keluar yang mudah, dan tidak ada jalan keluar. Anda akan kehilangan segalanya. “(ILEANA ALESCIO, IVAN PENTCHOUKOV AND LUKE TAYLOR/The Epoch Times/waa)

Video Pilihan :

https://youtu.be/fTKcu82AtsA

Simak Juga :

https://youtu.be/rvIS2eUnc7M