Tepati Janji Tumpas Tirani, Munculkan Nilai Tradisi Tionghoa

Tang Hao

Apakah Anda memperhatikan berita tentang Presiden Trump? Membuka lembaran terbaru ‘media massa arus utama’ di Barat maupun di Timur, berita tentang Trump hampir sebagian besar cenderung negatif, mencemooh atau bertolak belakang. Tapi apakah Anda percaya Trump seburuk yang disebutkan oleh media-media condong haluan kiri tersebut? Apakah Anda pernah memikirkan, media-media itu telah menutupi sisi Trump yang sesungguhnya, dan hanya ingin Anda melihat ‘sisi negatif dari Trump’ saja?

Faktanya, jika dengan hati tenang dan seksama melihat tindak tanduk Trump belakangan ini, Anda akan terkejut mendapati bahwa sebenarnya Trump tengah mewujudkan nilai-nilai tradisi yang telah diwarisi bangsa Tionghoa selama ribuan tahun yakni: khususnya “Kebajikan, keadilan, kebijaksanaan, kepercayaan (Trust) dan kesetiaan”.

Kepercayaan (trust): Sebagai Pengusaha Trump Mengutamakan Kepercayaan dari Rakyat

Tembok perbatasan, adalah topik politik yang paling heboh di Washington DC baru-baru ini. Topik ini merupakan kebijakan inti yang tidak bisa dikompromikan bagi Trump.

Walau harus mendapat kecaman dan hujatan dari media massa sayap kiri dan menanggung risiko ditutupnya pemerintahan, ia tetap berjuang keras mendapatkan dana pembangunan tembok itu.

Mengapa sebagai seorang negosiator ulung, Trump begitu keras dan tidak bersedia mengalah dalam masalah ini? Alasan utamanya terletak pada kata: Kepercayaan (Trust).

Menurut statistik surat kabar “Washington Examiner”, hingga awal Oktober 2018 lalu, sejak mulai menjabat, Trump telah mewujudkan sebanyak 289 hal yang dijanjikannya pada kampanye pilpres, dan sebanyak 173 hal di antaranya dikategorikan “sukses besar”. Maka tidak heran sebuah artikel di surat kabar “Washington Post” menilai Trump sebagai “presiden yang paling jujur sepanjang sejarah”.

Kesetiaan: Berupaya dengan Segenap Hati dan Tenaga Mengabdi Pada Amerika dan Rakyat

Kesetiaan, adalah kosa kata sekaligus nilai tradisi yang sangat dikenal di kalangan bangsa Tionghoa, menurut kitab “Shuo Wen Jie Zi” disebutkan bahwa “忠 kesetiaan, adalah juga kehormatan, berusaha dengan segenap hati.” Kemudian, “忠 ” kesetiaan ini juga diperluas maknanya menjadi pengabdian dan penghormatan pada Putra Langit (kaisar).

Namun seiring dengan merosotnya pemerintahan Dinasti Qing dan berdirinya pemerintahan Nasionalis, kata ‘kesetiaan’ ini juga ikut mengalami perubahan.

Bapak Negara Tiongkok yakni Mr. Sun Yat Sen pernah mengatakan, “Kita di dalam pemerintahan rakyat, menurut aturan, sepantasnya harus setia mengabdi, bukan setia mengabdi pada penguasa, melainkan setia mengabdi pada negara dan setia mengabdi pada rakyat.”

Faktanya, Trump mendapat kepercayaan rakyat untuk menjadi presiden, selama dua tahun ini ia terus berusaha keras dengan segenap hati, mewujudkan pandangan politiknya, dalam proses melakukan itu, Trump memperlihatkan ‘kesetiaan’ terhadap Negara dan terhadap rakyat.

Kebajikan: Lindungi Jiwa dan Harta Rakyat, Hentikan Tirani Venezuela

Jika dikatakan Trump adalah pemimpin yang penuh belas kasih, mungkin banyak orang tidak akan percaya. Karena, media massa arus utama sama sekali tidak mau Anda melihat sisi belas kasih Trump. Contohnya, Trump bersikukuh membangun tembok perbatasan, justru karena ia menyaksikan terlalu banyak imigran gelap telah menyusup ke dalam wilayah AS yang melakukan berbagai tindakan kejahatan, dan telah menyebabkan kematian warga AS serta mengakibatkan kehancuran keluarga mereka.

Trump tidak hanya mencintai rakyat AS, tapi ia juga peduli terhadap warga asing. Sebagai contoh, baru-baru ini Trump berupaya menjatuhkan rezim diktator Venezuela Maduro dengan secara terbuka mendukung pemerintahan sementara, menghimbau dunia juga ikut mendukung, dikarenakan tidak tega melihat penderitaan 32 juta jiwa rakyat Venezuela yang hidup tertindas di bawah sosialisme. Trump menempuh perundingan damai dengan rezim Kim Jong-Un dan tidak dengan kekerasan militer, juga demikian halnya.

Keadilan: Menghantam Sosialisme dan Komunisme, Cegah Ancaman Dunia

Hantaman, sanksi dan intervensi Trump terhadap Venezuela dan Korut, tidak hanya menunjukkan “kebajikan”, juga menonjolkan “keadilan”.

Trump juga mengaktifkan kembali embargo terhadap Kuba, mengenakan sanksi menyeluruh terhadap rezim Kim Jong-Un, dan kini mulai intervensi di Venezuela, berupaya mendepak diktator sosialisme, mengembalikan kebebasan serta hukum dan HAM di Venezuela.

Dunia saat ini, hanya Trump yang sepertinya memiliki keberanian secara terbuka mengkritik Kuba, Korut, Venezuela, Iran dan rezim-rezim jahat lain dan melawannya. Bahkan beberapa presiden sebelumnya tidak ada yang memiliki keberanian dan semangat seperti itu.

Perlawanan Trump terhadap paham komunis tidak hanya memperlihatkan ‘keadilan, tindakan ‘membela keadilan’ Trump juga menggentarkan rezim komunis terbesar dunia yakni PKT walaupun terpisah lautan luas.

Kebijaksanaan: Mengenali Benar-Salah, Baik-Buruk, Berani Berkata Benar

Dapat membedakan benar-salah dan baik-buruk, adalah awal dari kebijaksanaan. Akan tetapi, selama puluhan tahun ini, dimana kepentingan di atas segalanya, moralitas makin merosot dan pembenaran politik telah menyusupi seluruh kalangan politik di Washington DC serta pentas politik dunia, sudah sangat sedikit orang yang berani berkata benar secara terbuka, apalagi secara terbuka menuding siapa yang benar dan siapa yang salah.

Namun, sangat berbeda dengan Trump, ia selalu menolak “pembenaran politik”, menekankan dirinya harus berkata benar, dan berani mengkritisi berbagai pemerintahan negara, politikus maupun media massa yang memutar-balikkan fakta, bertindak tidak benar serta lain di mulut lain di hati.

Dari realita perilakunya selama ini dapat disimpulkan, walaupun Trump berkata lugas dan tajam, sehingga menuai serangan dari banyak media massa. Namun faktanya, banyak tindakannya dan gaya perilakunya, justru memperlihatkan nilai tradisional Tionghoa. Tidak hanya semakin menjauhkannya dari para politikus yang hati dan perkataannya tidak sesuai, yang tidak bisa membedakan kebenaran dan kejahatan, ia juga bisa disebut sebagai pemimpin konvensional yang sudah sangat langka di pentas politik internasional saat ini. (SUD/WHS/asr)

Video Rekomendasi :