Parlemen AS Usulkan Rancangan Undang-Undang Pembatasan Visa Akademik dari Tiongkok

Di tengah tensi perang dagang AS-Tiongkok, sejumlah anggota Senat dan Dewan Perwakilan Rakyat AS mengusulkan sebuah rancangan undang-undang pada Selasa 14 Mei lalu. RUU bertujuan untuk membatasi visa pelajar dan akademisi ke Amerika Serikat.

Selain itu juga melarang individu yang bekerja untuk militer Komunis Tiongkok atau siapa pun yang disponsori oleh militer komunis Tiongkok untuk mendapatkan visa tersebut.

RUU itu diusulkan oleh Senator Partai Republik Chuck Grassley, Tom Cotton, Ted Cruz, Marsha Blackburn dan Josh Hawley.

RUU tersebut meminta pemerintah AS untuk membuat daftar lembaga ilmiah dan teknik yang berafiliasi dengan militer Tiongkok. Bahkan melarang siapa pun yang disewa atau disponsori militer komunis Tiongkok untuk memperoleh visa AS.

Diperkirakan selama satu dekade terakhir, militer Tiongkok telah mengirim lebih dari 2.500 personel sains dan teknologi untuk belajar di negara-negara Barat, banyak di antaranya menyembunyikan hubungan mereka dengan militer Tiongkok.

Mereka ditenggarai memanfaatkan kesempatan belajar dan magang di universitas-universitas top Barat untuk mencuri teknologi canggih dan bekerja untuk militer Komunis Tiongkok.

“RUU ini adalah langkah penting dalam melindungi universitas kami dari penetrasi komunis Tiongkok ke dalam masyarakat yang bebas dan terbuka,” demikian anggota parlemen AS.

Sementara itu, senator Hawley mengusulkan untuk memasukkan “teknologi inti” seperti kecerdasan buatan dan robotik dalam daftar kontrol ekspor Departemen Perdagangan AS untuk mencegah militer Tiongkok memperoleh teknologi AS yang sensitif.

Selain isu perang dagang, komunis Tiongkok sudah sejak lama ditenggarai terlibat dalam upaya pencurian kekayaan intelektual milik AS dan aksi spionase.

Sesungguhnya sudah lebih dari 20 tahun lalu, AS telah memerhatikan kegiatan mata-mata komunis Tiongkok terhadap negara itu.

Pada tahun 1997 reporter Wall Street Journal, Philka dalam buku karangannya “The war without smoke” (Peperangan Tanpa Asap) menunjukkan, kini jumlah mata-mata komunis Tiongkok yang dikirim ke AS, telah melampaui masa puncak pengiriman mata-mata oleh Uni Sovit dalam Perang Dingin lalu.

Sekarang ini di Amerika, MSS (Ministry of State Security) singkatan dari Departemen Keamanan Negara Komunis Tiongkok, lebih populer daripada KGB bekas negara Uni Soviet.

Misalnya, Pada 10 Oktober 2018 lalu, Departemen Kehakiman AS mengumumkan, Xu Yanjun, seorang mata-mata Kementerian Keamanan Nasional Komunis Tiongkok (PKT), pada 9 Oktober telah dideportasi dari Belgia untuk menjalani sidang di AS.

Penangkapan Xu adalah penangkapan untuk kali pertama dilakukan diluar negeri AS. Setelah ditangkap kemudian dideportasi ke AS untuk disidang, telah membuka preseden tentang pendeportasian mata-mata Komunis Tiongkok ke AS yang melakukan pelanggaran hukum di Amerika.

Cara yang ditempuh oleh Xu Yanjun dengan dalih memberi ceramah dan pertukaran akademisi dengan perguruan tinggi Tiongkok, mengumpan para ahli yang bekerja di perusahaan-perusahaan itu untuk bertamasya ke Tiongkok, diberi biaya perjalanan dan tunjangan. ‘

Terkadang Xu mengaku dirinya adalah personil dari organisasi Pendorong Kemajuan Iptek Provinsi Jiangsu atau Asosiasi Sains dan Teknologi Nanjing.

Pejabat dari Departemen Kehakiman Amerika menyatakan, sesungguhnya ini adalah bagian dari rencana Komunis Tingkok dalam mencuri rahasia perdagangan.

Sebelumnya ia berada dalam daftar nama “Rencana Seribu Orang” yang ditangkap di AS, sebagian besar adalah sarjana atau insinyur, sedangkan identitas Xu Yanjun adalah oknum resmi pejabat Komunis Tiongkok, mata-mata Departemen Keamanan Negara.

Sejak Trump menjabat presiden, telah mengubah total “kebijakan peredaan” terhadap Bejing yang telah bertahun-tahun dianut oleh pemerintah AS sebelumnya. Trump mulai melakukan tindakan perlawanan secara menyeluruh terhadap Komunis Tiongkok dan perang dagang hanya merupakan tembakan pertama.

AS mulai melakukan pembendungan dan pengekangan dalam bidang politik, ekonomi, kebudayaan, hubungan luar negeri, militer dan ideologi.

Tindakan deportasi mata-mata Komunis Tiongkok menunjukkan pukulan lebih keras AS terhadap infiltrasi Komunis Tiongkok, juga merupakan perwujudan dan hasil yang tak terelakkan atas perubahan arah kebijakan menyeluruh AS terhadap Komunis Tiongkok.   

Reaksi resmi Komunis Tiongkok terhadap hal tersebut, tiada bedanya dengan yang sudah-sudah, selain menyangkal dan berbohong, bahkan terkadang malah balik menuduh.

Terhadap mata-mata yang dikirimnya, apabila tertangkap, semua ditelantarkan begitu saja, hal seperti ini selamanya tidak pernah berubah tentang tindak tanduk komunis Tiongkok. (jon/asr)