Mengukur Sepak Terjang Ekonomi Komunis Tiongkok di Abad 21

Oleh James Gorrie

Ada sejumlah akademisi telah lama memberi kuliah kepada orang Amerika bahwa era dominasi Amerika Serikat di panggung global telah berakhir.

Tentang masa depan ini, rakyat Amerika telah dikabarkan oleh analis dan pembicaraan di berita kabel milik Komunis Tiongkok.

Kemungkinan yang terburuk dari semua itu, banyakdari perwakilan rakyat AS yang terpilih dan pembuat kebijakan yang ditunjuk lantas mempercayainya. Mereka tidak mungkin yang paling membuat kesalahan.
Sebuah Penciptaan dari Barat

Alasan utama Tiongkok pada tempatnya sekarang ini adalah : Amerika Serikat dan Barat menyerahkan ratusan miliar dolar teknologi — pengetahuan, kekayaan intelektual, bahkan seluruh pabrik — yang berlangsung selama empat dekade.

Semuannya itu mengubah Tiongkok dari salah satu negara termiskin di dunia menjadi salah satu yang terkaya.

Jadi, sudah jelas bukan Komunis Tiongkok yang melakukan itu. Mereka memiliki 30 tahun untuk melakukannya, tetapi hanya membawa negara itu ke jurang kehancuran.

Dari revolusi pada tahun 1949 dan selanjutnya, Komunis Tiongkok memimpin satu demi satu bencana. Rakyat Tiongkok sangat menderita di bawah kegagalan “rencana lima tahun” berturut-turut yang menyebabkan kelaparan hebat, penganiayaan massal, jutaan penjara, eksekusi, penghancuran budaya dan sosial, dan pembantaian ribuan mahasiswa di Lapangan Tiananmen pada tahun 1989.

Dan, jangan lupakan polusi udara, air, dan tanah terburuk di planet ini. Poin utama yang perlu diingat adalah bahwa Komunis Tiongkok belum berubah; itu tidak bisa mengelola Tiongkok ketika itu adalah negara miskin, dan keliru mengelola kekayaan Tiongkok pada hari ini, yang membuatnya menjadi biasa saja.

Buktinya ada di mana-mana. Keretakan dalam Ekonomi Tiongkok. Dengan rasio utang terhadap PDB lebih besar dari 300 persen, Tiongkok menghadapi krisis utang yang kemungkinan akan melampaui krisis keuangan tahun 2008.

Terlebih lagi, berdasarkan perkiraan konsumsi energi, ekonomi Tiongkok sebanyak 30 persen lebih kecil dari apa yang ada. Statistik pemerintah mengatakannya, dan melambat. Apalagi dengan kenaikan biaya dan pasar tenaga kerja yang lebih murah di dekatnya, produsen mulai meninggalkan Tiongkok.

Banyak pabrik milik Tiongkok yang pindah ke Vietnam untuk menghindari tarif Amerika Serikat. Seberapa efektif hal itu masih harus dilihat, terutama terkait dengan tenaga kerja yang sangat terampil, yang memiliki banyak hal di Tiongkok. Saat pertumbuhan melambat, lebih banyak dari kelompok pekerja itu akan kehilangan pekerjaan.

Modal juga mulai meninggalkan Tiongkok. Kelas menengah Tiongkok yang banyak dipuji, seharusnya mendorong ekonomi Tiongkok maju di abad ke-21, ternyata tidak membeli apa yang Komunis Tiongkok jual. Kini tidak lagi, rakyat Tiongkok kelas menengah tidak lagi tertarik menginvestasikan uang di negara mereka sebanyak mereka mendapatkan uang tunai darinya. Visa yang diperpanjang, investasi properti di luar negeri, dan perilaku berwawasan ke luar lainnya menunjukkan pesimisme yang mendalam tentang masa depan Tiongkok.

Itu menjelaskan mengapa belanja konsumen — kunci pertumbuhan dan stabilitas ekonomi jangka panjang — berhenti total. Penjualan mobil, indikator ekonomi utama, bahkan jatuh pada 2018; ini pertama kali terjadi sejak 1990-an. Dan terus jatuh, turun 14,6 persen di bulan April. Ini adalah masalah mendasar yang tidak bisa dilebih-lebihkan.

Semua Sentimen Konsumen telah menceritakan kisahnya. Pada saat Komunis Tiongkok berusaha menjual dunia dengan kehebatan ekonomi dengan inisiatif One Belt, One Road atau OBOR dan Made in China 2025, sentimen konsumennya sangat pesimis. Siapa yang bisa menyalahkan mereka? Orang cerdas bagaimana yang ingin hidup dalam masyarakat pengintai yang menempatkan Anda di kamp tanpa diadili karena peringkat “kredit sosial” yang buruk?

Program itu, yang digunakan Komunis Tiongkok untuk menekan dan memenjarakan jutaan orang, mungkin menjadi bumerang bagi Komunis Tiongkok. Dan dengan meningkatnya ketidakpuasan di antara jutaan Muslim di sejumlah privinsi, populasi yang menua, dan kurangnya sumber daya ditambah dengan kapasitas menyusut untuk memberi makan sendiri, kini Tiongkok lebih dekat dengan pemberontakan sipil daripada yang mau diakui.

Pengeluaran keamanan internal yang melebihi anggaran pertahanan nasional Komunis Tiongkok menceritakan kisah itu dan juga statistik lainnya. Fakta ini hanya beberapa masalah yang menjadi sebab Komunis Tiongkok hadapi pada saat yang bersamaan.

Jawaban mereka kepada semuanya adalah mencetak lebih banyak uang, memasukkan lebih banyak orang ke penjara, dan menghancurkan negara-negara yang lebih lemah untuk sumber dayanya. Apakah itu atribut hegemoni global selanjutnya?

Tidak semuanya. Pada titik tertentu, seperti yang ditemukan Rusia di Uni Soviet lama, Teori The Law of Diminishing Return atau Hukum Hasil Lebih yang Semakin Menurun menegaskan dirinya sendiri. Komunis Tiongkok menghadapi nasib yang sama seperti kapitalisme kanibal mereka ketika melahap ekonomi mereka dari dalam.

Tapi bagaimana dengan rencana OBOR dan Made in China 2025? Bukankah itu rencana kekuatan besar? Mereka memang, tetapi mereka hanya rencana. Menjaga Penampilan — Tetapi untuk Berapa Lama?Tetapi aspirasi dan iklan jauh berbeda dari eksekusi dan manajemen jangka panjang, sesuatu yang telah ditunjukkan Komunis Tiongkok.

Komunis tiongkok menemukan sangat sulit untuk mempertahankan ekonominya sendiri, ketika ketergantungan pada sumber daya asing secara total, dan ada ketergantungan pada budaya korupsi dan penipuan, pencurian, dan kerja paksa daripada sinyal pasar dan tenaga kerja yang adil.

Ketika Amerika Serikat mempersempit akses Tiongkok ke pasar A.S., ketergantungan Beijing pada pasar luar negeri akan meningkat ke depan. Itu karena kebijakan tarif kaku AS pada impor senilai ratusan miliar dolar, dan pelarangan Huawei dan perusahaan telekomunikasi besar Komunis Tiongkok lainnya.

Sama pentingnya dan bagaimanapun, administrasi Trump bertujuan untuk melumpuhkan ekonomi Komunis Tiongkok lebih jauh dengan meyakinkan Uni Eropa untuk menggeser postur perdagangannya menjauh untuk menuju Amerika Serikat. Ketika terpaksa memilih, Eropa, khususnya Inggris, akan condong kepada Amerika Serikat.

Komunis tiongkok mungkin mendapati dirinya dalam kondisi ekonomi dan politik yang bahkan lebih berbahaya lebih cepat daripada yang bisa dibayangkan.

Jadi, apakah Komunis tiongkok benar-benar model ekonomi abad ke-21? Meskipun merupakan pemimpin dunia dalam kecerdasan buatan, bioteknologi, robot, dan industri teknologi tinggi lainnya, ia juga memimpin dunia dalam limbah dan polusi, dan yang paling penting, dalam kekejaman dan kesengsaraan bagi umat manusia.

Seperti halnya Uni Soviet sebelumnya, ekonomi ala Komunis Tiongkok yang tidak manusiawi dan tidak berkelanjutan juga akan runtuh suatu hari. Semua ini berlangsung dalam beberapa hari, bulan, dan, mungkin, tahun mendatang. (asr)

James Gorrie adalah seorang penulis yang tinggal di Texas. Dia adalah penulis “The China Crisis.”

Keterangan Foto:
Ilustrasi Tiongkok (Greg Baker/AFP/Getty Images)