Aksi Mengejutkan Trump Adalah Sinyal Penting

Zhou Xiaohui

Setelah menjabat, sikap keras dan serangkaian tindakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump terhadap Komunis Tiongkok telah menjadi perhatian serius dan reaksi dari seluruh dunia. Tindakan Trump itu meliputi bidang politik, perdagangan, militer, internet, iptek, Taiwan, HAM dan lain-lain.

Diakui atau tidak oleh pemerintahan berbagai dunia termasuk rezim  Komunis Tiongkok, setiap tindakan Trump telah menyinggung syaraf, bahkan membuat kebakaran jenggot, dan tidak tenang.

Apalagi Trump sering bertindak out of the box tanpa logika, dan acap kali bertindak di luar dugaan. Hal itu semakin membuat Beijing kewalahan dalam menangkal jurus-jurusnya.

Perundingan membuka kembali perdagangan yang dicapai pada “pertemuan Trump dengan Xi Jinping di Osaka, Jepang sudah pada 17 Juli lalu. 

Bertepatan setelah 20 tahun penganiayaan terhadap Falun Gong oleh rezim  Komunis Tiongkok, Trump kembali melakukan tindakan mengejutkan.

Di Gedung Putih, Trump menemui 27 orang penyintas penindasan agama dari 17 negara, di antaranya termasuk praktisi Falun Gong bernama Zhang Yuhua yang berasal dari Tiongkok. 

Kepada para penyintas Trump mengatakan, “Anda semua telah mengalami penderitaan sangat besar karena agama kepercayaan, mengalami pelecehan, diancam, diadili, dipenjara, dan disiksa, semua penderitaan ini tidak akan mampu diterima oleh kebanyakan orang, saya merasa terhormat dapat bertemu Anda semua, saya akan selalu berpihak pada Anda selamanya.”

Trump menegaskan, “Di Amerika, kita selalu memahami bahwa hak asasi berasal dari Tuhan, bukan dari pemerintah. Sekarang Anda semua adalah saksi hidup pentingnya mewujudkan kebebasan beragama di seluruh dunia. Kebebasan beragama sangat penting, benar-benar teramat penting.”

Trump bahkan sempat berbicara singkat dengan Zhang Yuhua, yang menceritakan tentang suaminya yang juga adalah praktisi Falun Gong. Suaminya bernama Ma Zhenyu. Saat ini masih dipenjara di Rutan Suzhou provinsi Jiangsu, TIongkok  dan mengalami penganiayaan. 

Zhang Yuhua menceritakan pada Trump bahwa kejahatan perampasan organ pada praktisi Falun Gong masih terjadi di Tiongkok sampai sekarang. Dia meminta agar Trump menghentikan rezim Komunis Tiongkok melakukan penganiayaan keji itu. 

Trump menatap Zhang Yuhua dan berkata, “Saya paham.”

Sebagai seorang presiden negara adidaya, tindakan Trump menemui praktisi Falun Gong adalah hal yang belum pernah terjadi selama 20 tahun penganiayaan  Komunis Tiongkok terhadap Falun Gong.

Oleh sebab itu, momen itu tidak hanya akan menorehkan goresan penting dalam sejarah, sekaligus juga melontarkan satu sinyal penting bagi Beijing dan seluruh dunia. 

Sinyal bahwa pemerintah Amerika Serikat  tidak akan mengabaikan kejahatan luar biasa yang belum pernah ada di dunia ini. Kejahatan yang tak boleh eksis di dunia. Hal itu juga mengisyaratkan pada seluruh dunia agar juga tidak mengabaikan masalah penganiayaan itu.

Tindakan lain yang senada dengan tindakan Trump adalah “Religious Freedom Summit” yang kedua yang resmi digelar pada 15 Juli lalu di Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat.

Sebanyak lebih dari 1.000 orang perwakilan masyarakat termasuk praktisi Falun Gong, para pemimpin agama, dan lebih 100 orang kelompok perwakilan dari luar negeri menghadiri undangan itu. 

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Mike Pompeo dan Duta International Religious Freedom, Samuel Brownback menyampaikan pidatonya pada acara pembukaan. Mereka menghimbau agar penganiayaan agama dihentikan.

Pernyataan senada disampaikan oleh Ketua Dewan Perwakilan Rakyat pada kongres Amerika Serikat, Nancy Pelosi pada diskusi di hari yang sama.

Nancy Pelosi menyatakan bahwa penganiayaan Komunis Tiongkok terhadap Hak Asasi Manusia – HAM adalah “tantangan terhadap hati nurani seluruh dunia.

“Jika kita tidak menyuarakan penganiayaan agama dan penindasan HAM di Tiongkok, maka kita tidak memiliki sikap moral untuk membicarakan kondisi yang terjadi di tempat lain di dunia,” seruan Nancy Pelosi.

Tindakan lain dilakukan Wakil Presiden Mike Pence pada 18 Juli, saat konferensi  berpidato. Mike Pence menekankan bahwa kebebasan beragama adalah dasar pendirian negara Amerika Serikat, terlebih lagi merupakan misi utama kebijakan diplomatik. Amerika akan membentuk “Aliansi Kebebasan Agama Internasional”. 

Mike Pence juga menyatakan, bagaimana pun kondisi perkembangan hubungan dagang Amerika Serikat dengan TIongkok, namun warga Amerika selamanya akan tetap berpihak pada warga Tiongkok yang memiliki agama kepercayaan. 

“Kami berdoa, suatu hari nanti mereka tidak akan takut lagi pada penganiayaan, dapat dengan bebas memeluk agama kepercayaannya,” kata Mike Pence. 

Pada hari yang sama Mike Pompeo juga menyampaikan pidatonya.

“Salah satu krisis HAM paling buruk sekarang ini terjadi di Tiongkok, ini adalah aib abad in. Partai Komunis Tiongkok tidak hanya mengontrol kehidupan warga Tiongkok, juga mengendalikan pikiran mereka,”  ujar Pompeo.

Mike Pompeo juga menyinggung praktisi Falun Gong bernama Chen Huixia yang mengalami penganiayaan, pendeta bernama Wang Yi dan seorang akademisi suku Uyghur bernama Ilham Toxti yang dipenjara.

Pada kesempatan hari yang sama, banyak anggota kongres Amerika Serikat, NGO, organisasi keagamaan dan perwakilan pegiat Hak Asasi Manusia – HAM, mengikuti pertemuan akbar anti penindasan “20 Juli” yang diadakan oleh praktisi Falun Gong di Capitol Hill. 

Mereka mengatakan senada bahwa 20 tahun Falun Gong dianiaya oleh Komunis Tiongkok terlalu lama.

“Kejahatan Komunis Tiongkok tidak boleh berlanjut,” kata mereka. 

Mereka memandang bahwa pemerintah Amerika bisa melakukan lebih banyak hal. Misalnya Amerika bisa memberlakukan “Global Magnitsky Human Rights Accountability Act” terhadap para pejabat Komunis Tiongkok yang terlibat dalam  penindasan dan pelanggaran HAM terhadap umat beragama di Tiongkok.

Pejabat itu termasuk yang melakukan penganiayaan terhadap Falun Gong. Amerika  dapat memberikan sanksi keras terhadap Komunis Tiongkok berdasarkan “International Religious Freedom Act”.

Suara dan sikap yang keras mulai dari presiden Amerika Serikat, wakil presiden, Menteri Luar Negeri, sampai ketua dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat, dipastikan merupakan hasil pemikiran dan pertimbangan yang mendalam. Pertimbangan bahwa Amerika Serikat tidak akan berdiam diri terhadap penganiayaan itu. 

Hal itu menimbulkan efek memberi contoh bagi seluruh dunia, khususnya bagi pemerintahan Barat yang lemah dalam hal penganiayaan HAM para praktisi Falun Gong dan lainnya.

Beragam kalangan itu juga meyakini, bahwa perlahan-lahan akan bergabung di sekitar Amerika, bersama dengan kekuatan kebenaran seluruh dunia. Bersama-sama mengakhiri penganiayaan HAM Komunis Tiongkok dan berakhirnya penindasan itu tidak akan lama lagi.

Di sisi lain, bagi Komunis Tiongkok itu adalah petir di siang hari bolong: Sebuah masalah yang sangat pelik dan mendesak di depan mata sebelum masalah perang dagang dapat diselesaikan. 

Menurut wakil ketua Komisi Kebebasan Beragama Internasional Amerika Serikat (USCIRF) yakni Gale Manchin, menyatakan baik di kongres, bahkan di seluruh pemerintah Amerika dan di USCIRF, Falun Gong mendapat dukungan ibarat dukungan sahabat.

Jelas kekuatan yang begitu besar itu tidak bisa diabaikan oleh Komunis Tiongkok.

Bagi Xi Jinping dan para petinggi lainnya, terus berpura-pura bisu tuli, terus mengabaikan suara kebenaran dunia, terus melakukan penganiayaan, akan merusak citra Komunis Tiongkok yang selama ini dijaga dengan menebar uang. Lebih jauh lagi juga akan menghadapi kecaman dan tindakan keras dari Amerika dan masyarakat seluruh dunia. 

Pada 19 Juli juru bicara Kementerian Luar Negeri Komunis Tiongkok  menyerang Mike Pence dan Mike Pompeo, mengecam Amerika dengan mengatakan “turut campur urusan dalam negeri Tiongkok. Sinyal yang dilontarkan sangat berbahaya. Sesungguhnya itu membuat seluruh dunia melihat wajah bengis namun lemah Komunis Tiongkok. Xi Jinping pun semakin jelas harus memikul tanggung jawab itu.

Sementara itu anggota kongres federal Texas, Sheila Jackson Lee mengamini bahwa penganiayaan selama 20 tahun, berlangsung terlalu lama.  

“Di lahan yang agung di Amerika ini, adalah lahan yang ditebar dengan demokrasi, sebarkan fakta ini pada manusia, dan katakan Komunis Tiongkok. “Cukup!”  Selama kami masih ada, kami tidak akan membiarkan kejahatan ini terus berlanjut. Praktisi Falun Gong, Anda semua harus tetap teguh maju terus, bawa ide kemanusiaan, bawa kekuatan ini menuju kemenangan,” kata Jackson Lee.

Benar, “Cukup!” Komunis Tiongkokeksis di dunia ini hanya 70 tahun, tapi telah mengakibatkan tak terhitung banyaknya tragedi manusia. Komunis Tiongkok melakukan kejahatan tak terampuni. Jika kejahatan itu tidak dihentikan, sama saja melecehkan seluruh dunia yang beradab. 

Bagi Xi Jinping yang telah disandera oleh Komunis Tiongkok, jalan yang dapat dipilih hanya ada 2 akibat: hidup atau mati. 

Jalan hidup adalah menuruti takdir, menyambut tindakan Trump dan pemerintah Amerika Serikat, menangkap Jiang Zemin, Zeng Qinghong dan menegakkan keadilan bagi Falun Gong dan para korban tertindas. Xi Jinping juga harus  membubarkan Komunis Tiongkok, maka nama harum akan tercatat sepanjang sejarah. 

Sebaliknya jika tidak, maka akan berakibat ramalan naas, yang sudah bergulir lama dan secara rahasia di kalangan rakyat pada “Tie Ban Tu atau Ilustrasi Papan Besi”.  Setiap nubuat dari masing-masing gambar atau ilustrasi sudah pasti terjadi bagaikan paku dari papan besi dan tidak dapat diubah. Akan menjadi kenyataan.

SUD/whs