Pejabat Komunis Tiongkok Sembunyikan Skala Sebenarnya Wabah Mematikan dari Warga Tiongkok Sehingga Menyulut Krisis

Nicole Hao – The Epochtimes

Saat wabah Coronavirus yang mematikan memorak-porandakan Tiongkok, rezim komunis Tiongkok mengabaikan rincian penting mengenai penyebaran virus tersebut. 

Coronavirus, yang pertama kali dipastikan  oleh pihak berwenang Tiongkok pada tanggal 31 Desember 2019 — beberapa minggu setelah pasien pertama didiagnosis — kini telah menyebar ke semua wilayah dan provinsi di Tiongkok. 

Di luar Tiongkok Daratan, Hong Kong, Makau, Taiwan, dan negara-negara lain di seluruh dunia juga melaporkan adanya infeksi Coronavirus yang mematikan. 

Mengutip dari The Epochtimes, pengungkapan dari dokter, pelapor pelanggaran, dan pejabat pemerintah menunjukkan, bahwa budaya menutup-nutupi dan menipu dalam birokrasi  Komunis Tiongkok berkontribusi terhadap penyebaran penyakit tersebut. 

Untuk menghindari kesalahan politik, pihak berwenang Komunis Tiongkok tidak mengungkapkan secara rinci kepada warga Tiongkok, tentunya mengenai penyakit ini atau skala sebenarnya dari wabah tersebut.

Informasi mengenai pasien yang terinfeksi pertama di pusat penyebaran penyakit Wuhan dihilangkan, sementara pihak berwenang membatasi pengujian penyakit ini. Sehingga secara efektif membatasi jumlah orang yang dapat ditegakkan diagnosisnya. 

Akibatnya, banyak rakyat Tiongkok tidak menyadari bahaya sampai semuanya terlambat. 

Sebagai contoh, Yang Jun, seorang warga Beijing dan wakil presiden perusahaan energi matahari Trine Solar, mulai merasa tidak sehat dan menunjukkan gejala pneumonia pada tanggal 15 Januari 2020. Itu setelah kembali dari perjalanan ke Wuhan, menurut sebuah laporan Beijing Daily, surat kabar pemerintah. 

Yang Jun tidak mengetahui betapa parahnya penyakit ini. Ia juga tidak memakai masker wajah saat di luar ruangan. 

Pada saat itu, pihak berwenang Tiongkok mengatakan bahwa tidak ada bukti jelas bahwa Coronavirus dapat ditularkan di antara manusia. 

Pada tanggal 20 Januari 2020, Yang Jun berpartisipasi dalam pertemuan orangtua di sekolah anaknya di Beijing. Pertemuan tersebut dihadiri oleh lebih dari 600 orangtua. Ia didiagnosis menderita penyakit ini pada tanggal 22 Januari. 

Lima hari kemudian, Yang Jun meninggal dunia pada usia 50 tahun. Putrinya, seorang siswa sekolah menengah pertama, juga didiagnosis menderita Coronavirus. 

Data yang Salah

Jurnal kesehatan Lancet menerbitkan penelitian pada tanggal 24 Januari 2020 terhadap gambaran klinis dari 41 pasien pertama yang terinfeksi dengan jenis Coronavirus baru di Wuhan, ibukota Provinsi Hubei. 

Penelitian ini ditulis oleh tim yang terdiri dari 29 dokter dari Beijing, Wuhan, dan daerah lain di Tiongkok. Data dikumpulkan dari rumah sakit Wuhan oleh Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tiongkok. 

Informasi tersebut sangat berbeda dari apa yang diklaim pihak berwenang kesehatan Wuhan pada awalnya.

Dalam laporan awal yang memastikan  keberadaan wabah jenis Coronavirus baru, Komisi Kesehatan Wuhan awalnya mengatakan bahwa pasien pertama menunjukkan gejala pada tanggal 12 Desember 2019. 

Komisi Kesehatan Wuhan kemudian merevisi tanggal tersebut menjadi tanggal 8 Desember, tanpa penjelasan. Tetapi penelitian Lancet mengatakan, “Tanggal awal gejala dari pasien pertama yang diidentifikasi adalah tanggal 1 Desember 2019.”

Pihak berwenang Wuhan juga mengklaim bahwa sebagian besar dari 41 pasien awal adalah lanjut usia dan sudah menderita  masalah kesehatan lainnya. Penelitian ini mengungkapkan bahwa usia rata-rata pasien adalah 49 tahun, dan bahwa “kurang dari setengahnya menderita penyakit yang mendasarinya yakni 13 kasus, mencakup diabetes (delapan kasus), hipertensi (enam kasus), dan penyakit kardiovaskular (enam kasus).”

Pihak berwenang Tiongkok pada awalnya juga membantah bahwa penyakit itu dapat menular antar manusia.

Pada tanggal 20 Januari 2020, Zhong Nanshan, seorang ahli terkemuka yang bekerja untuk pemerintah pusat, secara resmi mengumumkan pada konferensi pers di Beijing bahwa penyakit ini menular dari manusia ke manusia.

Tetapi penelitian Lancet mengungkapkan bahwa kasus penularan dari manusia ke manusia yang diketahui pertama kali terjadi jauh lebih awal.

Orang pertama yang meninggal akibat Coronavirus pada tanggal 9 Januari adalah seorang pria. Ia “terpapar terus- menerus” dengan pasar makanan segar yang menurut pihak berwenang Wuhan kemungkinan merupakan sumber wabah Coronavirus.

Lima hari setelah pria tersebut menunjukkan gejala, “istrinya, yang berusia 53 tahun yang tidak memiliki riwayat terpapar ke pasar itu, juga menderita pneumonia dan dirawat di rumah sakit di ruang isolasi,” kata penelitian Lancet. 

Sang istri kemudian didiagnosis menderita Coronavirus. Jadi, virus itu pasti sudah menginfeksi sang istri sebelum tanggal 9 Januari.

Menutup-nutupi Wabah Corona

Pada tanggal 28 Januari 2020, bos Partai Komunis Tiongkok di Wuhan, Ma Guoqiang, membuat mandat yang mengejutkan.

Pada konferensi pers, Sekretaris Partai Komunis Tiongkok Ma Guoqiang mengatakan bahwa pemerintah pusat tidak mengizinkan Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Provinsi Hubei untuk mendiagnosis penyakit itu sampai tanggal 16 Januari 2020. Sebelumnya, sampel pasien harus dikirim ke Beijing. Bahkan kemudian, Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Provinsi Hubei hanya memiliki kapasitas yang hanya cukup untuk melakukan sekitar 300 uji per hari, kata Ma Guoqiang.

Pada tanggal 24 Januari, Beijing akhirnya mengizinkan sembilan rumah sakit di Wuhan serta Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit di Wuhan untuk menegakkan diagnosis. Semua organisasi ini memiliki sertifikasi sebelumnya tetapi tidak diizinkan untuk menegakkan diagnosa.

Demikian pula, Walikota Wuhan Zhou Xianwang menyalahkan atasannya karena salah mengelola krisis tersebut.

Selama program berita yang ditayangkan di stasiun televisi CCTV pada tanggal 27 Januari, Zhou Xianwang mengatakan bahwa pemerintah pusat membuat keputusan untuk menahan informasi mengenai wabah tersebut.

Zhou Xianwang mengatakan pemerintah Wuhan juga tidak mempublikasikan informasi tepat waktu, dan gagal untuk mengendalikan Coronavirus dengan benar.


“Pengungkapan mengenai wabah itu tidak tepat waktu…Sebagai pemimpin pemerintah daerah, saya hanya boleh mempublikasikan informasi setelah saya mendapat izin dari pihak berwenang [pemerintah pusat],” kata Zhou Xianwang dalam wawancara itu. 

Manipulasi Data 

Long Can, seorang wartawan independen Tiongkok yang berbasis di Los Angeles, membagikan tangkapan layar dari postingan media sosial yang dihapus sejak ditulis oleh Meng Xin, seorang pria peneliti di Institut Nasional Tiongkok untuk Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Virus di Beijing. 

Meng Xin mengatakan bahwa ia dan rekan-rekannya menerima sampel hayati dari Wuhan pada tanggal 2 Januari dan berhasil memisahkan virus tersebut pada tanggal 7 Januari. 

“Kami bekerja siang dan malam. Selama satu minggu, kami memisahkan virus tersebut dan memperoleh urutan genom. … Dalam dua minggu ke depan, kami mengembangkan kit diagnostik dan membagikannya ke Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit masing-masing provinsi. Namun…Wuhan terus melaporkan tidak ada kasus baru,” kata Meng Xin.

Meng Xin menuduh pejabat pemerintahan Komunis  Tiongkok menyembunyikan informasi untuk menjaga ilusi keselamatan dan keamanan. 

“Lembaga kami mengadakan pertemuan semua staf pada tanggal 19 Januari. Ma Xiaowei, Direktur Komisi Kesehatan Nasional Tiongkok, memberi kami instruksi: Politik adalah prioritas utama; prioritas kedua adalah keamanan; prioritas ketiga adalah ilmu pengetahuan,” kata Meng Xin.

Situs web portal Tiongkok baru-baru ini mem-posting ulang surat yang bocor dari seorang dokter yang bekerja di rumah sakit top di Wuhan. Surat tersebut, yang ditujukan kepada Ma Xiaowei, awalnya diposting di laman pesan internal situs web Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tiongkok. 

Dokter tersebut menulis bahwa sejak tanggal 12 Januari, sejumlah besar pasien pneumonia mengunjungi rumah sakit tempat ia bekerja. “Infeksi pada paru-paru mereka adalah tidak normal…Kami sangat curiga bahwa itu adalah Coronavirus.”

Tetapi Komisi Kesehatan Wuhan tidak melaporkan kasus baru yang dipastikan  antara tanggal 12 Januari hingga 16 Januari. 

Dokter tersebut mengatakan hasil CT scan pasien menunjukkan infeksi yang konsisten dengan gejala jenis Coronavirus baru, tetapi “manajer kami tidak mengizinkan kami untuk memberikan laporan diagnosis Coronavirus tersebut kepada pasien.” 

Dokter tersebut mengatakan banyak dari pasien yang tidak terdiagnosis ini berkeliaran di sekitar Wuhan tanpa mengenakan masker. Bahkan staf kesehatan yang bekerja di departemen lain di rumah sakit itu menolak mengenakan masker sebelum Wuhan dikarantina pada tanggal 23 Januari 2020. 

Seorang sumber orang dalam mengatakan kepada The Epoch Times berbahasa Mandarin pada tanggal 24 Januari mengatakan bahwa Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tiongkok memanipulasi jumlah kasus yang dipastikan, dengan mengendalikan jumlah kit diagnostik yang tersedia untuk rumah sakit.

Orang dalam tersebut, yang bekerja di sebuah organisasi yang memiliki lisensi untuk memberikan kit diagnostik tersebut, mengatakan bahwa hanya “rumah sakit yang memenuhi syarat” yang boleh mendapatkan kit diagnostik. Selain itu, jumlah kit diagnostik yang dipasoknya adalah kurang dari 10 persen dari yang dibutuhkan untuk menguji pasien.

“Itulah yang menjelaskan mengapa tiba-tiba, Tiongkok melaporkan lebih dari seratus kasus baru yang dipastikan  dalam beberapa hari. Tiongkok memanipulasi penghitungan. Jumlah pasien yang sebenarnya adalah jauh lebih besar,” katanya.

Zhongyuan Huadian Tech, sebuah perusahaan Wuhan, mengirim surat terbuka kepada pemerintah daerah Wuhan pada tanggal 22 Januari, yang berisi bahwa Rumah Sakit Tongji menolak untuk merawat karyawannya bernama Zhang Xin dan ayahnya. 

Perusahaan tersebut mengutip respons rumah sakit: “Kami tidak memiliki kit diagnostik, dan kami tidak menerima pasien yang belum ditegakkan diagnosisnya.”

Pada tanggal 24 Januari, Significant People, media independen Tiongkok melaporkan bahwa Rumah Sakit Pertama Wuhan, Rumah Sakit No. 6 Wuhan, Rumah Sakit Palang Merah Wuhan, dan Rumah Sakit Paru Wuhan adalah rumah sakit yang ditunjuk untuk merawat pasien yang menderita Coronavirus, tetapi semua rumah sakit tersebut menolak pasien karena pasokan kit diagnostik tidak mencukupi.

Laporan tersebut mengutip beberapa pejabat kesehatan Wuhan yang mengatakan bahwa Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tiongkok yang menentukan “alokasi kit diagnostik untuk setiap rumah sakit.” (Vivi/asr)

Video Rekomendasi :