Kasus Virus Corona Melonjak Tajam di Italia Menjadi 152 Kasus, Karnaval Venesia Ditutup dan Pertandingan Sepakbola Dibatalkan

The Associated Press/The Epochtimes

Jumlah kasus virus corona COVID-19 di Italia dilaporkan meningkat tajam di mana puluhan kasus baru yang dipastikan dilaporkan di Lombardy, wilayah utara Italia, yang meliputi ibukota keuangan Italia, yaitu Milan. 

Seperti dikutip oleh The Epochtimes dari Associated Press yang dilaporkan pada 23 Februari 2020,  keputusan untuk membatalkan Karnaval Venesia diumumkan oleh Gubernur regional Veneto Luca Zaia ketika jumlah kasus virus yang dikonfirmasi melonjak menjadi 152 kasus. Jumlah itu adalah yang terbesar di luar Asia.

Sedangkan Gubernur Lombardy,  Attilio Fontana mengumumkan bahwa ada 110 kasus virus corona yang dikonfirmasi di wilayahnya. Sebagian besar kasus muncul di kota-kota kecil, meskipun setidaknya ada satu kasus Coronavirus di Milan.

Hampir semua kasus virus corona di Italia terkonsentrasi di utara Italia, di mana ada kota yang dikarantina — artinya orang-orang tidak diizinkan keluar masuk perbatasan.

Setelah Lombardy, wilayah yang paling terpukul berikutnya adalah Veneto, di timur laut Italia, setidaknya ada 17 kasus.

Warga Italia menghargai rutinitas hari Minggu — mulai dari sepak bola hingga ke gereja —  terpukul oleh penyebaran virus corona, hampir seluruhnya di wilayah utara Italia.Termasuk pembatalan pertandingan sepak bola Seri A.

Sementara itu, Penghalang jalan dipasang setidaknya beberapa dari 10 kota di Lombardy di pusat penyebaran, termasuk di Casalpusterlengo, untuk mencegah orang-orang pergi atau tiba. Bahkan kereta yang transit di area itu tidak diperbolehkan berhenti. Adapun Bus, kereta api, dan  transportasi umum lainnya — termasuk perahu di Venesia dilakukan didesinfeksi. Sebagaimana dikatakan Gubernur regional Veneto Luca Zaia.  

Museum-museum juga diperintahkan untuk ditutup setelah hari Minggu 23 Februari  di Venesia. Pihak berwenang mengatakan tiga orang di Venesia telah dites positif untuk penyakit virus yang dikenal sebagai COVID-19, semuanya berusia akhir 80-an dan dirawat di rumah sakit dalam kondisi kritis.

Wilayah utara lainnya dengan jumlah kasus yang lebih kecil adalah Emilia-Romagna dan Piedmont.

Dua kasus pertama Italia adalah pasangan turis Tiongkok, yang didiagnosis pada awal bulan ini dan dilaporkan pulih di rumah sakit Roma.

Kasus Kematian pada hari Minggu 23 Februari 2020 dari pasien wanita lanjut usia, yang sudah menderita kanker ketika dia tertular virus itu. Kasus itu meningkatkan jumlah kematian  menjadi tiga orang di Italia. Laporan itu sebagaimana diungkapkan oleh pejabat daerah Lombardy Giulio Gallera.

Pihak berwenang mengungkapkan rasa frustrasinya, pasalnya mereka belum dapat melacak sumber virus yang menyebar di wilayah utara. Kasus itu  muncul pada minggu lalu ketika seorang pria Italia berusia a 30-an di Codogno sakit dalam kondisi kritis.

“Pejabat kesehatan belum dapat menentukan ‘pasien Zero,”’ kata Angelo Borrelli, kepala badan Perlindungan Sipil nasional Italia kepada wartawan di Roma.

Pada awalnya, secara luas dianggap bahwa pria itu terinfeksi oleh seorang teman Italia saat ia makan bersama dan yang baru saja kembali dari pekerjaannya di Shanghai. 

Akan tetapi ketika teman tersebut dites negatif, perhatian virus beralih ke beberapa warga daratan  Tiongkok yang sering mengunjungi warnet yang sama dengan pria yang terkena virus itu. Akan tetapi Gubernur Lombardy, Attilio Fontana mengatakan kepada wartawan bahwa mereka semua dinyatakan negatif. 

Oleh karena itu,  Angelo Borrelli mengindikasikan strateginya adalah berkonsentrasi pada penutupan dan pembatasan lain untuk mencoba membendung penyebaran virus corona itu di Italia. Negara itu sudah mengambil langkah-langkah awal atas virus corona dengan melarang penerbangan langsung dari Tiongkok, Hong Kong, Taiwan dan Makau. 

Italia juga melakukan pengujian suhu tubuh terhadap jutaan penumpang bandara yang datang dari tempat lain.

“Kekhawatiran itu bisa dimengerti, panik, jangan,” kata Perdana Menteri Italia, Giuseppe Conte kepada pembawa acara talk show televisi pemerintah, yang memberitahukan kepadanya bahwa empat botol gel tangan desinfektan, yang biasanya dijual seharga beberapa euro, kini  dijual seharga 200 euro. 

Adapun untuk media setempat, wawancara dilakukan melalui telepon, sedangkan acara di sebuah studio tanpa penonton, setelah pihak berwenang meminta agar tidak ada publik yang diizinkan masuk karena masalah kesehatan.

Akan tetapi restoran di Milan dan kota-kota Lombardy lainnya di luar area kluster utama masih dapat beroperasi. Dikarenakan tidak seperti di  tempat konser dan tempat hiburan lainnya. Akan tetapi di restoran-restoran “orang-orang tak berkumpul di satu tempat dan ada ruang di antara meja.”

Larangan di kota Lombardy pada acara-acara publik juga diberlakukan terhadap kegiatan Misa di negara yang mayoritas penduduknya Katolik Roma. Venesia juga melarang Misa umum, sementara di Milan, katedral Gothic  yang ikonik tertutup bagi pengunjung. 

Sebelumnya, para uskup di beberapa keuskupan di utara Italia mengeluarkan arahan agar wadah air suci dikosongkan, bahwa hosti komuni diletakkan di tangan umat dan tidak langsung dimasukkan ke mulut umat oleh para Imam saat merayakan Misa. Kepada  umat diminta menahan diri untuk tidak berjabat tangan atau saling mencium saat melaksanakan simbol ritual Salam Damai.

Secara kebetulan, pejabat Vatikan yang bertanggung jawab atas kantor yang menangani mengerahkan Iman berasal dari salah satu kota yang paling terpukul, Codogno. Uskup Agung Rino Fisichella, yang saudara kandungnya tinggal di kota Codogno, menolak untuk mendramatisir tindakan tersebut. 

“Sudah jelas bahwa kita perlu berhati-hati untuk menghindari penyebaran virus corona di kalangan umat,” katanya.

Dalam laporan Associated Press, di Austria, pejabat keamanan Franz Lang mengatakan negara itu mempertimbangkan untuk mengaktifkan kontrol perbatasannya dengan Italia. Kedua negara adalah bagian dari zona bebas visa dan paspor Uni Eropa, tetapi dalam keadaan tertentu masing-masing negara dapat mengaktifkan kembali kontrol perbatasan. 

Pejabat keamaman itu  mengatakan, situasinya akan dibahas dalam pertemuan pejabat setempat. Di Swiss, yang sama dengan Austria berbatasan dengan Italia, ada seruan untuk tetap tenang.

“Berita dari Italia mengkhawatirkan, tetapi terlalu dini untuk berpikir bahwa gelombang sedang bergulir,” kata Daniel Koch, kepala departemen untuk penyakit menular di kantor kesehatan,  kepada media publik setempat SRF.

Sedangkan, Kementerian Kesehatan Jerman mengatakan pihaknya telah memulai konferensi telepon untuk semua otoritas kesehatan masyarakat Uni Eropa tentang wabah di Italia utara. 

Menteri Kesehatan Prancis Olivier Veran mengatakan, pihak berwenang sedang bersiap-siap untuk kemungkinan wabah virus baru di Prancis. Dalam sebuah wawancara yang diterbitkan hari Minggu 23 Februari di surat kabar Prancis Le Parisien, dia mengatakan  memantau dengan cermat situasi “sangat serius” termasuk di negara tetangga Italia.

Awal bulan ini, Prancis melaporkan kematian pertama di luar Asia dari seseorang yang terinfeksi virus yakni seorang turis dari Tiongkok  berusia 80 tahun. (asr)

Video Rekomendasi :