Tiongkok Menyaksikan Pertumbuhan Bailout ‘Virus Obligasi’

oleh Fan Yu

Lebih dari 30 miliar yuan dikeluarkan hingga tanggal 20 Februari 2020

Obligasi perang pernah dijual oleh pemerintah Amerika Serikat untuk dibiayai operasi selama Perang Dunia II. Hari ini, Tiongkok memiliki “obligasi virus.”

Perusahaan-perusahaan Tiongkok menerbitkan sejumlah obligasi murah jangka pendek untuk membiayai upaya “pengendalian virus corona” sejak awal bulan Februari.

Sebagian besar perekonomian masih ditutup karena virus corona terus berlanjut menyebar dan membunuh banyak orang. Neraca saldo dan uang tunai perusahaan semakin terbatas.

Program pendanaan obligasi virus ini, diumumkan pada tanggal 31 Januari, berfungsi ganda. 

Program ini akan menyediakan dana untuk membantu mengendalikan wabah Virus corona serta membantu perusahaan-perusahaan yang berjuang untuk menutupi biaya sampai kegiatan bisnis meningkat kembali.

Obligasi ini, secara resmi disebut “obligasi pencegahan dan kendali wabah,” disertai suku bunga rendah — antara 2 hingga 4 persen — dan proses persetujuan yang cepat oleh regulator keuangan.

Beijing menginstruksikan bank milik negara dan perusahaan manajemen aset untuk membeli obligasi tersebut. Untuk memenuhi syarat penunjukan obligasi virus dan syaratnya yang lunak, perusahaan penerbit harus  mendedikasikan 10 persen atau lebih dari hasil untuk memerangi virus COVID-19.

Mengurangi Beban Industri yang Terpukul Keras

Di permukaan, obligasi virus adalah cara untuk membiayai upaya sektor swasta dalam mengendalikan virus corona, sambil menopang neraca perusahaan. Suku bunga rendah, dan durasinya pendek — obligasi ini biasanya jatuh tempo dalam enam bulan sampai 12 bulan, memungkinkan perusahaan untuk membiayai kembali pinjaman ini saat  ekonomi agaknya membaik.

Hingga tanggal 20 Februari, setidaknya 28 perusahaan mengeluarkan 33,5 miliar yuan untuk obligasi tersebut, menurut catatan oleh S&P Global Marketing Intelligence. 

Melirik pengungkapan informasi obligasi di situs web Shanghai Clearing House, sebagian besar perusahaan penerbit berada dalam sektor kondisi terpukul.

Banyak perusahaan yang menerbitkan obligasi ini berasal dari sektor transportasi

— seperti China Eastern Airlines — dan ada segelintir emiten yang terlibat dalam sektor konstruksi, pengembangan, energi, dan layanan konsumen. Sebagian besar obligasi memiliki tingkat bunga tahunan antara 1 dan 3 persen.

“Kami adalah salah satu korban epdemi virus corona terbesar. Yang paling kami butuhkan adalah mengurangi beban keuangan kami,” kata seorang pejabat di Shenzhen Airlines memberitahukan kepada Financial Times.

Shenzhen Airlines, unit Air China milik negara Tiongkok, mengeluarkan tiga

obligasi virus terpisah berjumlah 1,8 miliar yuan, semua jatuh tempo dalam 180 hari. 

Prospektus obligasi mencatat bahwa hasil akan digunakan sebagian untuk langkah-langkah pengendalian virus corona seperti mengembalikan biaya tiket pelanggan dan transportasi kargo ke daerah yang dilanda virus corona, dan sebagian untuk membayar utang yang ada.

Tidak Ada Permintaan Investor

Sementara diperlukan, penerbitan massal obligasi virus ini memberi sinyal bahwa Beijing menyerah pada upaya deleveraging yang diluncurkannya baru-baru ini untuk memprioritaskan merangsang pertumbuhan ekonomi. Ukuran total dari program obligasi virus, dan berapa lama Beijing menjalankannya, akan diberitahu.

Tetapi dari perspektif investor, obligasi ini tidak memiliki pasar sekunder.

Pertama, kupon obligasi ini di bawah konvensi. Obligasi virus dengan

suku bunga rendah adalah tidak sepadan dengan risiko yang harus diambil oleh investor untuk memiliki obligasi tersebut. Penerbit obligasi virus biasanya adalah perusahaan-perusahaan yang kesulitan keuangan dalam sektor atau lokasi dengan kondisi sulit — bukan kelompok yang paling layak kredit.

Selain itu, wabah virus corona tidak menunjukkan tanda-tanda mereda. Posisi keuangan perusahaan-perusahaan ini cenderung memburuk sebelum pulih. Tidak ada menjamin bahwa perusahaan-perusahaan ini tidak akan default atau bangkrut sebelum virus corona terkendali.

“Kekuatan pasar tidak mendukung keamanan [obligasi virus],” kata dana obligasi berbasis di Hangzhou kepada Financial Times.

Misalnya, Xiamen Airlines Co. pada tanggal 12 Februari mengeluarkan obligasi virus senilai 400 juta yuan yang jatuh tempo dalam 177 hari dengan bunga 2,30 persen. 

Menurut S&P Global Marketing Intelligence, kupon itu adalah lebih rendah dari obligasi yang sama (400 juta yuan jatuh tempo dalam 176 hari) Xiamen Airlines diterbitkan kembali pada tanggal 27 November 2019, yang membayar bunga sebesar 2,55 persen kepada investor.

Menurut konvensi pasar, tidak ada cara untuk membenarkan tingkat bunga yang lebih rendah untuk penerbitan obligasi Xiamen Airlines pada bulan Februari 2020. Tanpa program obligasi virus, investor cenderung menuntut tingkat bunga yang jauh lebih tinggi dari 2,30 persen untuk menunjukkan posisi keuangan Xiamen Airlines yang lebih lemah didorong oleh jumlah penumpang yang menurun akibat pembatasan perjalanan di Tiongkok.

Mengingat dinamika ini, saat ini, hampir semua pembeli obligasi adalah bank atau perusahaan investasi BUMN Tiongkok. Banyak dari bank-bank ini menghadapi tantangannya yang unik timbul akibat wabah virus corona.

Jadi obligasi virus tidak lebih dari sekedar bailout sementara yang dipimpin pemerintah Tiongkok terhadap perusahaan yang dilanda dampak virus corona. (Vivi/asr)

FOTO : Warga negara Tiongkok, yang penerbangannya dibatalkan setelah pemerintah Filipina memberlakukan pembatasan perjalanan ke dan dari Tiongkok di tengah pecahnya coronavirus baru, menunggu di luar kantor penjualan tiket China Eastern Airlines di Bandara Internasional Ninoy Aquino di Manila, Filipina, pada Februari. 3, 2020. (Ezra Acayan / Getty Images)

Artikel Ini Sudah Terbit di The Epochtimes