Rencana Pembebasan Lockdown Kota Wuhan Terancam Batal karena Situasi Wabah Masih Serius

ET, oleh Zhou Huixin

Markas besar yang menangani pencegahan dan pengendalian epidemi virus komunis Tiongkok atau pneumonia Wuhan mengeluarkan pemberitahuan pada 3 April. Pemberitahuan itu isinya meminta semua pengelola komunitas untuk terus memperkuat manajemen lockdown dan menggencarkan pengawasan terhadap populasi kunci. 

Ditegaskan bahwa petugas pengelola komunitas wajib melaksanakan prosedural seperti : menanyakan identitas setiap orang yang keluar masuk komunitas, melakukan uji suhu badan, memastikan penggunaan masker, mencatat informasi yang ada, dan lainnya. Di samping itu juga memberi pengarahan kepada warga untuk tidak keluar rumah bila tidak ada hal yang perlu, agar dapat memotong sumber infeksi dan memblokir saluran penularan.

Akibat komunis Tiongkok terus menutupi situasi sebenarnya dari epidemi corona virus di negaranya, menyebabkan virus menular dengan cepat ke seluruh dunia. 

Baru-baru ini, warga dan dokter Wuhan masih terus mengungkapkan informasi tentang kasus baru yang muncul di daerah setempat. Sejumlah media juga mengungkapkan bahwa komunis Tiongkok secara resmi menggunakan metode seperti tidak melakukan pengujian, menolak pasien berobat, tidak memasukkan pasien yang mengalami ‘positif ulang’ atau pasien yang kambuh, dan pasien dengan tanpa gejala ke dalam laporan wabah untuk menciptakan fenomena “nol pertumbuhan” pasien terinfeksi.

Dokumen uji asam nukleat milik Komisi Kesehatan Kota Wuhan pada 14 Maret yang terungkap bahwa jumlah sampel uji asam nukleat warga Wuhan yang diambil pada hari itu adalah sebanyak 16.320. Di antaranya ada 373 kasus dinyatakan positif infeksi, dan di antara 373 kasus itu ada 91 adalah kasus positif baru, atau pasien baru yang terinfeksi virus komunis Tiongkok.

Pengujian terhadap infeksi lewat asam nukleat pada hari itu mencakup sampel milik seluruh pasien rawat inap, jadi jumlah kasus positif baru yang 91 itulah pasien yang baru didiagnosa terinfeksi pada 14 Maret. 

Dalam data epidemi resmi yang dipublikasikan komunis Tiongkok terhadap kasus baru yang dikonfirmasi di Wuhan dari tanggal 14 Maret hingga 16 Maret, masing-masing hanya 4 kasus, 4 kasus, dan 1 kasus. Dengan kata lain, dalam waktu 3 hari sejak 14 Maret, jumlah kasus infeksi baru yang dirilis oleh komunis Tiongkok paling banyak hanya 4 kasus dalam 1 hari.

Faktanya, tidak satupun pemerintah daerah di Tiongkok yang percaya pada laporan diagnosa Hubei apalagi gembar-gembor “Nol Pertumbuhan”. 

Pada 25 Maret, Hubei membebaskan lockdown kota, tetapi banyak penduduk provinsi yang akan keluar kota untuk kembali bekerja mendapati bahwa mereka sama sekali tidak dapat meninggalkan provinsi Hubei karena otoritas lokal lainnya menolak untuk mencabut pembatasan perjalanan terhadap penduduk Hubei.

Pada 27 Maret, terjadi saling baku hantam antara polisi kota Jiujiang, Provinsi Jiangxi dengan polisi kota Huangmei, Provinsi Hubei. Gara-gara pihak polisi Jiujiang memperkuat pemasangan penghalang di Jembatan Sungai Yangtze untuk mencegah warga Hubei memasuki kota Jiujiang.

Di kota Hangzhou, Zhejiang warga Hubei perlu menunjukkan surat kerja, surat bukti dari perusahaan kepada yang bersangkutan agar kembali bekerja, dan surat “izin masuk” yang dikeluarkan komite lingkungan sebelum mereka dapat melewati petugas yang menjaga di daerah “perbatasan”.

keterangan Gambar: Pada 3 April, Pihak berwenang di kota Wuhan tiba-tiba mengeluarkan pemberitahuan tentang rencana membatalkan pembebasan lockdown komunitas, meminta warga untuk tidak keluar rumah, bahkan menginstruksikan pengelola komunitas untuk memperkuat manajemen lockdown. Hal ini menunjukkan bahwa situasi aktual dari epidemi di kota Wuhan masih cukup serius. (AFP/Getty Images)

sin/rp

Video Rekomendasi