PSBB Transisi Fase 1 di DKI Jakarta Masih Berlaku Hingga 14 Hari Mendatang

ETIndonesia- Jajaran  Pemerintah  Provinsi  DKI  Jakarta  menggelar  rapat  evaluasi  masa  Pembatasan  Sosial Berskala  Besar  (PSBB)  Transisi  Fase  1  bersama  jajaran  Forum  Koordinasi  Pimpinan  Daerah  (Forkopimda)  di  Balai Kota,  Rabu  (01/07/2020).  Dalam  rapat  yang  digelar  sejak  pukul  12.30  hingga  16.00  WIB  itu  didapatkan  hasil  bahwa  PSBB Transisi di wilayah DKI Jakarta diperpanjang selama 14 hari ke depan.

“Dalam rapat gugus disimpulkan bahwa PSBB Transisi, yang itu artinya semua kegiatan berlangsung masih dengan kapasitas 50%, akan diteruskan 14 hari ke depan. Jadi, PSBB di Jakarta diperpanjang selama 14 hari ke depan, dan kita akan  evaluasi  lagi  sesudah  kita  mendapatkan  perkembangan  terbaru,” ujar Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.  

Menurut dia, dasar  pengambilan  keputusan  untuk  memperpanjang  masa  PSBB  Transisi.  Berdasarkan indikator   yang   telah   dianalisis   oleh   tim   Fakultas   Kesehatan   Masyarakat   UI   bersama   para   pakar   epidemiologi, sebenarnya Jakarta berada pada indikator pelonggaran, karena total skor mencapai di atas 70.

Mantan Mendikbud itu menjelaskan, dari  indikator  pantau  pandemi  yang  disusun  oleh  tim  FKM  UI,  ada  3  unsur,  yakni epidemiologi,  kesehatan  masyarakat,  dan  fasilitas  kesehatan.  Di  sini  terlihat  bahwa  unsur  epidemiologi  skornya  75, kesehatan publik skornya 54, dan faskes skornya 83. Sehingga, total skor di DKI adalah 71.

Pemprov  DKI  Jakarta  tidak  ingin  terburu-buru  dalam  melakukan  pelonggaran.  Berdasarkan  hasil  pantuan  dari  Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, kendati laju incident rate di Jakarta relatif terkendali, namun secara mapping wilayah, terdapat wilayah yang laju incident rate-nya terbilang masih cukup tinggi.

“Hasil pantauan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan di Jakarta, ini adalah gambaran mapping kecepatan laju incident rate  di  Jakarta  yang  secara  umum  situasinya  relatif  terkendali.  Ada  satu  kecamatan,  satu  kelurahan,  yang  di  situ  laju incident rate-nya masih ada, masih tinggi,” terangnya.

Selain itu, Gubernur Anies juga memaparkan bahwa dalam masa transisi ini Pemrov DKI Jakarta berkomitmen untuk terus melakukan active case finding (ACF) dengan menyelenggarakan tes secara masif di tempat-tempat yang memiliki probabilitas tinggi terhadap penularan COVID-19.

“Kalau kita melihat kegiatan testing kita, jumlah orang testing kira-kira 7,6% atau 151.171 orang. Kemudian, jumlah tes PCR kita 14.258 per 1 juta penduduk, dengan jumlah spesimen yang di tes sebanyak 313.450 spesimen. Jadi, dari sini nampak bahwa kita sudah di atas yang diharuskan dari WHO,” ujarnya.

Menurt Anies, WHO mengharuskan bahwa sebuah wilayah melakukan 1.000 tes per 1 juta penduduk. Jakarta dengan 11 juta penduduk, maka harus melakukan 11.000 tes per minggu, dan di DKI Jakarta paling tidak seminggu terakhir ini telah melakukan 14.000 testing per 1 juta penduduk.

Terakhir,  Gubernur  Anies  tetap  mengimbau  warga  Jakarta  untuk  memastikan  menerapkan  3  aspek  penting  dalam keseharian  untuk  memutus  mata  rantai  penularan  COVID-19,  antara  lain  memakai  masker,  mencuci  tangan,  dan menjaga  jarak.  (asr)

https://www.youtube.com/watch?v=3Ab0WiZEJMQ