Prancis Membalas! Batasi Maskapai Penerbangan Tiongkok

Ntdtv.com- Pemerintah Prancis tiba-tiba mengumumkan bahwa mulai 13 Juli, jumlah maskapai Tiongkok ke Prancis akan dibatasi setiap hari Senin. Tindakan pembatasan itu merupakan respons atas tanggapan Beijing terhadap Air France.

Setelah wabah pneumonia Wuhan, gaya “tangan besi” Prancis berbeda dengan masa lalu, mengubah sikapnya terhadap Tiongkok.

Tidak puas dengan prosedur administrasi pemerintah Tiongkok yang lambat, Prancis sangat jarang memutuskan untuk mengambil tindakan balasan terhadap Tiongkok.

Atas nama “timbal balik”, sejak tanggal 13 Juli 2020 untuk membatasi maskapai penerbangan Tiongkok dari menyediakan rute penerbangan mingguan ke wilayah Prancis. 

Penerbangan China Southern Airlines hanya bisa parkir di landasan pada tanggal 13  Juli, tidak bisa lepas landas.

Melalui kedutaan besarnya di Prancis, Komunis Tiongkok menyatakan bahwa keputusan Prancis secara paksa memotong penerbangan Tiongkok, membingungkan. 

Kedutaan Besar Prancis di Beijing menyatakan di situs web resmi pada tanggal 13 Juli lalu: Keluar dari prinsip timbal balik, Prancis membatasi jumlah maskapai Tiongkok ke Prancis hanya satu penerbangan per minggu. Kedua negara sedang membahas masalah ini, berharap untuk mencapai solusi yang memuaskan.

Pernyataan Prancis menjelaskan bahwa menurut perjanjian timbal balik pada 12 Juni, Tiongkok memberi wewenang kepada Air France untuk mengatur 3 penerbangan ke Tiongkok per minggu.

Akan tetapi dalam praktik operasi yang sebenarnya, hanya satu penerbangan per minggu yang diizinkan untuk terbang ke Tiongkok.

Tiongkok memiliki tiga maskapai internasional besar: Air China, China Eastern Airlines, dan China Southern Airlines. Setiap maskapai dapat terbang ke Prancis seminggu sekali. Jumlah total penerbangan maskapai ke dan dari Prancis setiap minggu ada tiga penerbangan.

Prancis hanya memiliki Air France, yang terbang ke Tiongkok. Oleh karena itu, pemerintah Prancis terus memberikan tekanan diplomatik pada Beijing guna memperjuangkan hak Air France untuk terbang ke Tiongkok tiga kali seminggu dengan prinsip timbal balik. 

Pada saat yang sama, Kedutaan Besar Prancis juga mengingatkan para penumpang agar siap secara psikologis, karena koneksi penerbangan antara Prancis dan Tiongkok mungkin terputus.

Administrasi Penerbangan Sipil Tiongkok tidak segera menanggapi permintaan Prancis, sehingga Prancis yang menunggu dengan tidak sabar, memutuskan untuk mengambil tindakan balasan: Prancis, atas nama “timbal balik,” membatasi tiga maskapai penerbangan Tiongkok hanya satu penerbangan per minggu ke Paris.

Prancis jarang mengambil tindakan balasan terhadap Tiongkok. Namun setelah epidemi, Prancis tidak lagi bersikap tenang terhadap Tiongkok seperti yang terjadi di masa lalu. 

Komentator Florian mengatakan bahwa diplomasi tangan besi Perancis menyampaikan kepercayaan diri negara itu dan bahkan mengancam untuk menghentikan perjalanan. Ini menunjukkan bahwa sikap Prancis telah berubah. Di bawah prinsip timbal balik ini, ada taruhan ekonomi.

Kedutaan Besar/ Kedubes Komunis Tiongkok di Prancis juga mengakui pada tanggal 14 Juli lalu, bahwa mereka sedang menunggu pemerintah komunis Tiongkok untuk menyelesaikan proses persetujuan. 

Kedubes juga  menunjukkan di situs web resmi bahwa pemerintah Prancis mengharuskan Air France menerbangkan tiga penerbangan setiap minggu di Shanghai. Mengingat banyaknya penerbangan internasional yang diterima Shanghai, Shanghai menghadapi tekanan besar untuk pencegahan epidemi.

Air France berharap  untuk lebih banyak terbang ke Shanghai, terutama karena Beijing tidak diizinkan masuk. Setiap penerbangan internasional ke Beijing harus terlebih dahulu berhenti di bandara di luar Beijing sebelum terbang ke Beijing. Pembatasan ini telah menyebabkan biaya tinggi untuk maskapai asing dan hampir tidak mungkin untuk beroperasi.

Kedubes Komunis Tiongkok menyatakan bahwa Shanghai telah setuju untuk menerima penerbangan Air France yang kedua. Namun, maskapai asing harus terlebih dahulu mendapatkan lampu hijau dari kota tujuan dan menunggu pemerintah Tiongkok untuk menyelesaikan proses persetujuan. 

Hanya ada beberapa prosedur yang harus diselesaikan oleh pemerintah pusat Komunis Tiongkok. Namun, otoritas Komunis Tiongkok telah membuat kemajuan yang lambat. 

Hal itu membuat Prancis tidak sabar dan akhirnya menggunakan tangan besi. Secara sepihak, Prancis memotong penerbangan yang relevan, dan membuat keputusan yang membuat Komunis Tiongkok sangat menyesal.

Keterangan foto: Foto menunjukkan pemandangan sebuah pesawat Air France yang diparkir di apron Terminal 3 Bandara Orly di pinggiran Paris pada 24 Juni 2020. (STEPHANE DE SAKUTIN / AFP via Getty Images)

(Ditransfer dari Radio Free Asia / editor yang bertanggung jawab: Zhu Ying)

hui/rp

Video Rekomendasi

https://www.youtube.com/watch?v=tZ7-bks45b0