Trump Buka Kemungkinan Lebih Banyak Penutupan Misi Komunis Tiongkok di AS

Cathy He

Presiden Amerika Serikat Donald Trump membuka kemungkinan tentang lebih banyak misi diplomatik Komunis Tiongkok di AS terpaksa ditutup. Itu setelah pemerintah AS memerintahkan penutupan konsulat Tiongkok di Houston.

Saat konferensi pers terkait virus Komunis Tiongkok atau coronavirus pada Rabu 22 Juli 2020, Trump mengatakan “selalu mungkin” pos-pos diplomatik Tiongkok lebih lanjut akan diperintahkan untuk ditutup. 

Departemen Luar Negeri AS mengatakan sebelumnya bahwa misi Tiongkok di Houston ditutup “untuk melindungi kekayaan intelektual dan informasi pribadi Amerika.”

Trump juga merujuk kepada kobaran api yang diamati di lokasi konsulat Houston. Ia  mengatakan, “Saya kira mereka membakar dokumen atau membakar kertas, dan saya bertanya-tanya tentang apa itu semua.”

Semalam sebelumnya di Houston, petugas pemadam kebakaran tiba ke konsulat Tiongkok di Houston setelah terlihat asap. 

Sebuah video yang dikirim ke kantor berita setempat menunjukkan sejumlah lubang api di halaman terbuka konsulat. 

Polisi Houston kepada FOX 26 mengatakan bahwa staf di sana membakar dokumen karena mereka diusir dari gedung.

Juru bicara kementerian luar negeri Komunis Tiongkok Wang Wenbin mengatakan, konsulat beroperasi secara normal. Akan tetapi tidak menanggapi pertanyaan tentang dokumen yang dibakar.

Sementara itu, Dean Cheng, seorang peneliti senior di The Heritage Foundation mengatakan penggusiran semacam itu akan memberi sedikit waktu bagi Tiongkok untuk memindahkan semua dokumen dan peralatan mereka, sehingga pembakaran dokumen-dokumen itu kemungkinan besar merupakan memusnahkan file-file sensitif.  

Cheng mengatakan, Kemungkinan rezim Komunis Tiongkok akan membalas dengan meminta menutup konsulat AS di Tiongkok. Amerika Serikat dan Tiongkok masing-masing memiliki lima misi diplomatik di masing-masing negara.

Kementerian luar negeri Komunis Tiongkok menyebut perintah penutupan “peningkatan yang belum pernah terjadi sebelumnya.” Selain itu, mengatakan bahwa Beijing akan membalas jika Amerika Serikat tidak mencabut perintah itu.  Disebutkan bahwa Amerika Serikat memberi waktu kepada konsulat selama 72 jam untuk mengosongkan gedung.

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo, dalam kunjungannya ke Denmark, tidak menyampaikan secara spesifik tentang penutupan konsulat Komunis Tiongkok itu. Akan tetapi, ia mengulangi peringatan tentang kampanye jangka panjang rezim Komunis Tiongkok untuk mencuri kekayaan intelektual Amerika. 

Dia merujuk pada dakwaan federal pada hari Selasa 21 Juli terhadap dua hacker Tiongkok yang dituduh jaksa terlibat dalam kegiatan selama satu dekade. Mereka terlibat pencuiran rahasia dagang dan informasi sensitif dari kontraktor pertahanan, penelitian COVID-19 dan ratusan korban lainnya di seluruh dunia.

Pompeo dalam konferensi pers di Denmark kepada wartawan mengatakan : “Presiden Trump  mengatakan, ‘Cukup.’ Kami tidak akan membiarkan ini terus terjadi, Kami menyatakan dengan jelas harapan-harapan mengenai bagaimana Partai Komunis Tiongkok akan berperilaku, ketika mereka tidak melakukan, kami akan mengambil tindakan yang melindungi rakyat Amerika, tindakan itu yang Anda lihat diambil oleh Presiden Trump. Kami akan terus terlibat dalam hal itu.”

Menurut New York Times, David R. Stilwell, kepala Departemen Luar Negeri AS untuk Asia Timur dan Pasifik, mengatakan konsulat jenderal Houston dan dua diplomat lainnya, baru-baru ini tertangkap menggunakan kartu identitas palsu untuk mengawal para pelancong Tiongkok ke sebuah penerbangan sewaan di George Bush Intercontinental Bandara di Houston, Texas.

Stilwell mengatakan bahwa konsulat Houston “memiliki sejarah terlibat dalam perilaku subversif.” Selain itu, merupakan “pusat” upaya militer Tiongkok untuk mencuri penelitian Amerika seperti dilaporkan oleh New York Times.

Timbal balik

James Carafano, wakil presiden lembaga Heritage Foundations ‘untuk keamanan nasional dan kebijakan luar negeri, mengatakan langkah itu “sangat konsisten dengan apa yang telah dilakukan pemerintah ini selama empat tahun.”

Carafano menyebutkan : “Kebijakan Tiongkok — yang disebut diplomasi ‘prajurit serigala’ dan operasi rahasia mereka – menjadi lebih agresif,  karena mereka menjadi lebih agresif, saya pikir Amerika Serikat lebih siap untuk merespon hal itu,” 

Dia mengatakan kepada The Epoch Times bahwa pemerintah AS telah meningkatkan tindakan untuk memastikan timbal balik dalam hubungannya dengan rezim komunis.

Carafano mengatakan “Kita mengizinkan warga Tiongkok untuk mengeksploitasi kebebasan masyarakat Amerika, Tiongkok tidak memberikan kita hampir semacam akses di Tiongkok, dan kita tidak melakukan apa pun tentang itu.”

Penggunaan konsulat dan warga negara Tiongkok dalam kegiatan spionase, “jelas sesuatu di mana kita membiarkan warga Tiongkok mengambil keuntungan dari kita.”

Departemen Luar Negeri AS awal tahun ini menetapkan sembilan outlet media yang dikelola pemerintahan komunis Tiongkok sebagai misi asing. Langkah itu meningkatkan pembatasan operasi mereka di wilayah AS. 

Tindakan itu digambarkan oleh pemerintah sebagai tindakan balasan terhadap Komunis Tiongkok yang terus menggunakan “intimidasi untuk membungkam  pers yang bebas dan independen.”

Trump pada Mei lalu melarang masuknya mahasiswa atau pascasarjana Tiongkok dari universitas yang berafiliasi dengan Tentara Pembebasan Rakyat. Tujuannya untuk melawan spionase ekonomi rezim Komunis Tiongkok dan pemberlakuan sanksi kepada rezim Tiongkok. (asr)

Reuters dan Ivan Pentchoukov berkontribusi pada laporan ini.

Keterangan Foto : Presiden Donald Trump berbicara kepada wartawan selama konferensi pers tentang tanggapan pemerintahannya terhadap pandemi COVID-19 di Ruang Brady Press di Gedung Putih di Washington pada 22 Juli 2020. (Chip Somodevilla / Getty Images)

Video Rekomendasi :

https://www.youtube.com/watch?v=1_7HFSMmuEU