Propaganda Tiongkok di Dalam Negeri dan Luar Negeri: Beijing Mengobarkan Pertempuran Propaganda di Luar Negeri

Antonio Graceffo

Untuk memenangkan hati dan pikiran di luar negeri dan di dalam negeri,  Partai Komunis Tiongkok menggunakan berbagai alat seperti media pemerintah, melibatkan media asing, swa-kritik di Amerika Serikat, dan swa-penyensoran di negara lain.

Melalui alat yang canggih ini, yang didorong oleh media sosial, Partai Komunis Tiongkok mampu mengambil keuntungan dari kekurangan yang nyata atau kekurangan yang dibayangkan dari kekuatan Barat, khususnya Amerika Serikat, untuk meyakinkan warganegara Amerika Serikat dan warganegara Tiongkok tentang gagalnya demokrasi Barat dan unggulnya sistem Tiongkok.

Tujuan propaganda Partai Komunis Tiongkok adalah meneriakkan manfaat dari sistem Tiongkok, serta gagasan bahwa hidup di bawah perlindungan Partai Komunis Tiongkok adalah terbaik. Warganegara Tiongkok tidak perlu mendambakan kebebasan Barat atau demokrasi. Pasalnya, warga negara Tiongkok sudah menikmati sebuah kehidupan lebih baik daripada bagian dunia lainnya. 

Orang-orang Barat yang condong ke kiri dituntun agar percaya bahwa Barat harus belajar dari Tiongkok, dengan mengadopsi sistem sosialisme dengan karakteristik Tiongkok, memberikan sebuah kehidupan yang lebih baik dan kehidupan lebih sederajat bagi semua warga negaranya.

Partai Komunis Tiongkok mengelola beberapa media berita di luar negeri. Tak lain, untuk bertindak sebagai corong pemerintah Tiongkok, menyerukan propaganda Partai Komunis Tiongkok dan memengaruhi orang-orang Barat, dan juga orang-orang Tionghoa di perantauan.  Beberapa di antaranya mencakup China Global Television Network (CGTN), Xinhua, Global Times, dan Sing Tao Daily.

Mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo memperingatkan tentang media-media ini dimiliki dan dikendalikan secara efektif oleh Partai Komunis Tiongkok serta bagian upaya propaganda Partai Komunis Tiongkok.

Media pemerintah Tiongkok di luar negeri umumnya mengeksploitasi kegagalan negara-negara demokrasi, sambil mempromosikan citra positif Partai Komunis Tiongkok. Artikel Xinhua ini berjudul, demokrasi Tiongkok menempatkan ilusi Barat dalam debu, menjelaskan bagaimana “demokrasi Tiongkok” lebih unggul daripada demokrasi Barat. Ini adalah ironis untuk sebuah negara satu-partai yang efektif, di mana terdapat sedikit atau tanpa kebebasan media, di mana para warganegara tidak memilih pemimpin negaranya.

Halaman depan China Daily (kiri), Beijing News (tengah) dan Global Times (kanan) menampilkan bencana Katedral Notre-Dame, di Beijing pada 17 April 2019. (Nicolas Asfouri/AFP via Getty Images)

Artikel Xinhua lainnya, Tindakan keras terhadap protes mengungkapkan standar ganda Amerika Serikat mengenai hak asasi manusia, mengambil reaksi polisi terhadap kerusuhan karena George Floyd. Sementara itu, para demonstran pro-demokrasi di Hong Kong ditangkap di tengah malam dan para legislator pro-demokrasi diusir dari parlemen. Pada saat yang sama, di Xinjiang, orang-orang Uighur menjadi sasaran perlakuan yang paling tidak manusiawi, yang mencakup kerja paksa, penyiksaan, pemaksaan masalah agama, dan panen organ.

Sebuah headline Global Times memuat, Tiongkok mendesak tindakan keras teroris oleh Taliban, karena ledakan yang mematikan di Kabul menunjukkan kegagalan Amerika Serikat.

The Global Times dengan cepat mengatakan bahwa Amerika Serikat telah gagal di Afghanistan, sementara menghindari penyebutan fakta bahwa Partai Komunis Tiongkok mengadakan pembicaraan tingkat-tinggi dengan Taliban yang kejam dan Partai Komunis Tiongkok secara finansial mendukung banyak organisasi teroris, termasuk United Wa State Army di Myanmar dan Naga Separatist di India.

Berita-berita utama di Xinhua menyatakan, Investasi Tiongkok membawa harapan bagi Afrika, bukannya jebakan dan Tiongkok dipuji karena memperjuangkan upaya global dalam membantu Afrika.” Maksudnya di sini adalah, bukan hanya keterlibatan ekonomi Tiongkok dengan Afrika bermanfaat bagi Afrika, tanpa kerugian, tetapi seluruh dunia mengakui dan memuji kemurahan hati Tiongkok.

Namun, para pengamat internasional menyebut Belt and Road Initiative (juga disebut One Belt One Road) sebagai sebuah jebakan utang, yang menyebabkan negara-negara menjadi kehilangan sebagian otonominya dan menjadi kehilangan kendali atas infrastrukturnya, sambil meningkatkan utang negara-negara tersebut. Misalnya, Sri Lanka kehilangan kendali atas bandara dan pelabuhan terbesarnya. 

Sebagai hasil dari pinjaman BRI, Kongo, pada tahun 2019, berutang kepada Tiongkok sebesar 38,92 persen Produk Domestik Bruto, Djibouti berutang kepada Tiongkok sebesar 34,64 persen Produk Domestik Bruto, dan Angola berutang kepada Tiongkok sebesar 18,95 persen Produk Domestik Bruto.

Demikian pula, kisah Global Times ini, pujian orang-orang Italia yang dikarantina terhadap perjuangan pemerintah Tiongkok melawan COVID-19, menggambarkan rasa terima kasih rakyat Italia kepada Partai Komunis Tiongkok karena telah menyelamatkan negara Italia di tengah pandemi, yang dimulai di Tiongkok. 

Partai Komunis Tiongkok mengkarantina rakyatnya sendiri, menangguhkan hak sipil dan hak asasi manusia, menghancurkan ekonominya, dan meningkatkan pengangguran.

Selain itu, banyak pengamat yakin bahwa sangat cenderung asal-usul pandemi adalah laboratorium Wuhan. Akibatnya, ini adalah satu lagi contoh Partai Komunis Tiongkok yang menciptakan sebuah masalah–menyalahgunakan warganegaranya sendiri dan kemudian membuat dunia percaya Partai Komunis Tiongkok adalah “penyelamat.” 

Sementara itu, orang-orang Italia marah karena Beijing  menerbitkan video dan unggahan media sosial Grazie China, yang diduga berterima kasih kepada Tiongkok karena bantuan Tiongkok selama pandemi. 

Para peneliti Italia menetapkan sejumlah akun, yang menyamar sebagai para warganegara Italia yang mengungkapkan rasa terima kasih, sebenarnya adalah bot-bot Beijing–dilakukan oleh Tentara 50 Sen atau Wumao (para warganegara Tiongkok yang dibayar untuk memposting konten yang didikte Partai Komunis Tiongkok).

Sing Tao Daily, yang berbasis di Hong Kong, adalah media pro-Beijing yang menargetkan orang-orang Tiongkok di perantauan. Judul utama ini adalah khas: Menghadiri upacara pengembalian prajurit yang terbunuh, melihat ke arah jam tangannya, Joe Biden adalah dikritik tanpa malu-malu oleh kaum konservatif–Sing Tao Daily mencari semua kesalahan langkah pemerintah Amerika Serikat dan mengeksploitasinya. 

Kritik terhadap pemimpin Tiongkok Xi Jinping tidak akan terpikirkan di Tiongkok, oleh karena itu, media Partai Komunis Tiongkok menafsirkan kritik terhadap presiden Amerika Serikat, oleh orang-orang Amerika Serikat, sebagai bukti bahwa Amerika Serikat berada di ambang kehancuran.

Cerita lain di Sing Tao Daily mengambil kesempatan untuk mendukung sentimen-sentimen Partai Komunis Tiongkok  seperti cerita ini mengenai sebuah pertemuan antara Penasihat Negara Yang Jiechi dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken: Surat Perang Joe Biden untuk Xi Jinping.

Menurut cerita, Yang Jiechi memberitahu Antony Blinken, Saya tidak berpikir sebagian besar negara di dunia mengakui nilai-nilai universal yang dianjurkan oleh Amerika Serikat, atau setuju bahwa pendapat-pendapat Amerika Serikat dapat mewakili opini publik internasional. Tujuan Partai Komunis Tiongkok adalah untuk menggantikan Amerika Serikat sebagai pemimpin dunia. Bagian dari mencapai tujuan ini adalah mempromosikan gagasan bahwa dunia lebih suka dipimpin oleh Tiongkok daripada oleh Amerika Serikat.

Pada tahun 2019, China Global Television Network (CGTN), yang menayangkan cerita seperti “Amerika Serikat Gagal Mewujudkan Demokrasinya,” dianggap sebagai sebuah agen asing oleh Kementerian Kehakiman Amerika Serikat.

Pada Oktober 2020, pemerintahan Donald Trump menunjuk lagi enam  media Tiongkok sebagai misi-misi asing, termasuk Yicai Global, Jiefang Daily, Xinmin Evening News, Social Sciences in China Press, Beijing Review, dan Economic Daily, sehingga totalnya menjadi 15 media Tiongkok yang dipaksa untuk mendaftar.

Sebagai misi-misi asing, entitas-entitas ini  diharuskan untuk mengungkapkan daftar staf mereka kepada Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat, dan juga kepemilikan-kepemilikan properti.

Tak seperti penyensoran media asing di Tiongkok, Amerika Serikat sebelumnya tidak pernah dan saat ini tidak membatasi apa yang boleh dipublikasikan oleh 15 media Tiongkok ini dan media asing lainnya.

Posisi Amerika Serikat adalah bahwa para pembaca bebas untuk membaca apa yang mereka inginkan, tetapi para pembaca memiliki hak untuk mengetahui bahwa  media-media ini adalah bagian dari sebuah upaya propaganda Partai Komunis Tiongkok, bukannya outlet-outlet berita yang independen atau outlet-outlet berita yang tidak bias.

Pada tahun 2021, Kementerian Kehakiman menambahkan Sing Tao Daily dalam daftar media Tiongkok yang harus mendaftar sebagai agen asing. 

Sing Tao Daily mengklaim hanyalah perusahaan milik pribadi, tetapi pemilik saat ini maupun pemilik sebelumnya dari Sing Tao Daily adalah anggota Konferensi Konsultatif Politik Rakyat Tiongkok, sebuah badan penasihat tingkat-tinggi yang terdiri dari orang-orang setia dan memiliki hubungan dekat dengan Partai Komunis Tiongkok. (Vv/asr)

BACA Selanjutnya : Propaganda Tiongkok di Dalam Negeri dan Luar Negeri: Keterlibatan Aktor-Aktor Amerika Serikat

Antonio Graceffo, Ph.D., menghabiskan lebih dari 20 tahun di Asia. Dia adalah lulusan dari Shanghai University of Sport dan memegang Tiongkok-MBA dari Shanghai Jiaotong University. Antonio bekerja sebagai profesor ekonomi dan analis ekonomi Tiongkok, menulis untuk berbagai media internasional. Beberapa bukunya tentang Tiongkok termasuk “Beyond the Belt and Road: China’s Global Economic Expansion” dan “A Short Course on the Chinese Economy”

https://www.youtube.com/watch?v=c6WCrIb4Bic