Propaganda Tiongkok di Dalam Negeri dan Luar Negeri: Keterlibatan Aktor-Aktor Amerika Serikat

Antonio Graceffo

Menurut Institut Hoover, Beijing telah melakukan  kampanye propaganda yang berkelanjutan di Amerika Serikat selama beberapa lama. Kampanye ini difokuskan untuk merusak kepercayaan dan kebijakan Amerika Serikat, sambil mengeksploitasi kebebasan berbicara dan gelombang swa-kritik orang-orang Amerika Serikat saat ini.

Alat-alat utama rezim Tiongkok adalah media sosial, ruang-ruang kelas, dan media arus utama Amerika Serikat.

Lebih dari 200.000 akun Twitter ditemukan berfungsi secara langsung untuk Partai Komunis Tiongkok, yang mengeksploitasi kematian George Floyd atau klaim Amerika Serikat lainnya mengenai rasisme sistemik.

Sementara itu, di Tiongkok, orang-orang etnis Tibet, Uyghur, dan Mongolia telah menjadi korban dari segala macam penindasan dan pelanggaran, termasuk genosida kebudayaan, penyiksaan, penahanan, dan kejahatan terhadap kemanusiaan.

Ruang-ruang kelas Amerika Serikat telah menjadi front lain, di mana Partai Komunis Tiongkok telah melancarkan serangan perang propagandanya. Institut Konfusius, yang berada di kampus-kampus perguruan tinggi Amerika Serikat, dibayar oleh Tiongkok, tetapi muncul dengan ketentuan-ketentuan bahwa para mahasiswa tidak dapat membahas topik-topik sensitif seperti hak asasi manusia, Tibet, pembantaian lapangan Tiananmen, atau Taiwan. 

Institut Konfusius juga dituduh memata-matai dan mengawasi kegiatan-kegiatan mahasiswa Tiongkok dan Taiwan di kampus-kampus Amerika Serikat.

Salah satu corong terbesar Partai Komunis Tiongkok, Kantor Berita Xinhua, diizinkan untuk menyewa sebuah papan reklame yang besar sekali di Times Square New York, pada tahun 2011. Papan reklame di Times Square adalah sangat mahal, dan tuan-tuan tanah dengan senang hati menerima  pembayaran, bahkan dari Partai Komunis Tiongkok.

Demikian pula, dalam jangka waktu hanya beberapa bulan, China Daily membayar jutaan dolar ke sejumlah surat kabar, majalah dan media lain Amerika Serikat untuk sisipan-sisipan, suplemen-suplemen, pencetakan, dan iklan propaganda. 

Selama periode empat tahun, pembayaran-pembayaran itu diperkirakan mencapai total  USD 19 juta, di antaranya The Wall Street Journal menerima USD 6 juta, sementara The Washington Post mendapat USD 4,6 juta. Hal ini menggarisbawahi fakta bahwa kampanye propaganda internasional Partai Komunis Tiongkok, dibantu oleh warganegara dan perusahaan-perusahaan Amerika Serikat, yang bergantung pada uang Tiongkok.

Banyak pembayaran Partai Komunis Tiongkok ke media Amerika Serikat, adalah untuk sisipan-sisipan yang tampaknya adalah berita, tetapi sebenarnya mempromosikan narasi Beijing mengenai acara-acara dunia. 

Salah satu sisipan ini bertajuk One Belt One Road sejajar dengan negara-negara Afrika, mendukung manfaat-manfaat Inisiatif Belt and Road di Afrika, dan bagaimana orang-orang Afrika menyambut persahabatan dan bantuan Tiongkok. 

Artikel tersebut tidak menyebutkan aspek-aspek negatif Inisiatif Belt and Road, seperti utang perbudakan, korupsi, hilangnya kedaulatan, dan bisnis-bisnis Tiongkok  yang mendorong penduduk setempat keluar dari sektor-sektor tertentu. Kisah lain menceritakan bagaimana Amerika Serikat-Tiongkok mengenakan tarif secara negatif mempengaruhi pembeli-pembeli rumah Amerika Serikat, melalui peningkatan biaya kayu.

Sementara cerita ini dimaksudkan untuk mendiskreditkan mantan Presiden Donald Trump karena memberlakukan tarif, dan mengubah pemilih Presiden Donald Trump menjadi melawannya, gagal menyebutkan itu tarif diberlakukan untuk menyelamatkan pekerjaan di industri kayu Amerika Serikat atau bahwa mereka menanggapi puluhan tahun Tiongkok mengenakan tarif-tarif yang lebih tinggi untuk produk Amerika Serikat.

Kementerian Kehakiman Amerika Serikat melaporkan bahwa China Daily membayar USD 50.000 untuk iklan di The New York Times, sementara itu China Daily membayar USD 240.000 kepada Foreign Policy, USD 34.600 kepada The Des Moines Register, dan USD 76.000 kepada CQ Roll Call. Total pengeluaran China Daily mencapai USD 11.002.628 yang dibayarkan ke surat-surat kabar, untuk iklan, ditambah tambahan USD 265.822  yang dibayarkan ke Twitter. 

Penerima lain dari total USD 657.523 uang Partai Komunis Tiongkok adalah The Los Angeles Times, The Seattle Times, The Atlanta Journal-Constitution, The Chicago Tribune, The Houston Chronicle, dan The Boston Globe.

Akibatnya, Kementerian Kehakiman Amerika Serikat mengharuskan China Daily untuk mengungkapkan kegiatan-kegiatannya di bawah Undang-Undang Pendaftaran Agen Asing (FARA).

Kampanye propaganda media Tiongkok diaktifkan oleh media arus utama Amerika Serikat.

Media berhaluan kiri Amerika Serikat, kadang, mempromosikan posisi Beijing sambil mendiskreditkan media konservatif, hanya untuk menerbitkan  sebuah sudut pandang lawan. 

Salah satu contohnya adalah outlet  yang mendukung klaim-klaim Tiongkok bahwa asal mula COVID-19 bukanlah Institut Virologi Wuhan, sementara mengkritik media konservatif karena menerbitkan bukti sebaliknya. Pada saat yang sama, media Partai Komunis Tiongkok di Amerika Serikat berusaha untuk mengalihkan kesalahan atas asal usul COVID-19 ke negara lain, termasuk Amerika Serikat.

Sebuah contoh halus dari keterlibatan media Amerika Serikat dalam propaganda Partai Komunis Tiongkok adalah bahwa media Amerika Serikat sering menyebut Xi Jinping sebagai “Presiden” Tiongkok, bukannya  Sekretaris Jenderal Partai Komunis Tiongkok. 

Menurut definisi, seorang presiden adalah dipilih. Tidak hanya Xi Jinping tidak dipilih, tetapi konstitusi Republik Rakyat Tiongkok adalah diubah, memungkinkan Xi Jinping untuk tetap berkuasa seumur hidup.

Swa-penyensoran Amerika Serikat adalah alat lain di kotak peralatan Partai Komunis Tiongkok. Takut kehilangan akses ke pasar-pasar Tiongkok mendorong banyak perusahaan swasta Amerika Serikat untuk menghindari apa pun yang mungkin membuat Beijing kesal. 

Para pembuat film Amerika Serikat termasuk para pelaku yang terburuk. Beberapa media Amerika Serikat terbesar, termasuk NBC News, CNBC, dan MSNBC, dimiliki oleh Comcast, yang juga memiliki Universal Studios. 

Tiongkok adalah sekarang pasar ekspor terpenting untuk film, dan, akibatnya, Universal telah mengedit sejumlah filmnya untuk mengakomodasi Partai Komunis. 

Film Top Gun menghapus sebuah bendera Taiwan dari karakter utama jaket penerbangan. Pembuatan ulang “Red Dawn” mengubah naskahnya, menampilkan

Amerika Serikat secara tidak masuk akal diserang oleh Korea Utara, bukannya komunis Tiongkok. 

YouTube diketahui melakukan memotong anggaran atau menghapus video-video yang kritis terhadap rezim Partai Komunis Tiongkok. Manajer umum NBA Houston Rockets meminta maaf ke Beijing, setelah mentweet untuk mendukung para pengunjuk rasa pro-demokrasi Hong Kong.

Salah satu contoh swa-penyensoran yang lebih aneh adalah, ketika Uni Eropa menghapus bahasa yang menyalahkan Tiongkok dalam sebuah laporan mengenai informasi sesat.

Melalui upaya propagandanya, kepuasan media Amerika Serikat, dan swa-penyensoran Amerika Serikat, Beijing mampu menggambarkan Tiongkok sebagai sebuah negara dengan berbeda tetapi gaya pemerintahan yang setara, di mana warganegara menikmati sebuah standar kehidupan yang tinggi, banyak kebebasan, dan secara universal mendukung Partai Komunis.

Tentu saja, jika ini adalah benar, maka rezim Tiongkok akan mengadakan pemilihan umum dan tidak perlu menyensor media dan media sosial di dalam negeri atau luar negeri. (Vv)

BACA JUGA : Propaganda Tiongkok di Dalam Negeri dan di Luar Negeri: Beijing Mengobarkan Pertempuran Propaganda di Luar Negeri

Antonio Graceffo, Ph.D., menghabiskan lebih dari 20 tahun di Asia. Dia adalah lulusan dari Shanghai University of Sport dan memegang Tiongkok-MBA dari Shanghai Jiaotong University. Antonio bekerja sebagai profesor ekonomi dan analis ekonomi Tiongkok, menulis untuk berbagai media internasional. Beberapa bukunya tentang Tiongkok termasuk “Beyond the Belt and Road: China’s Global Economic Expansion” dan “A Short Course on the Chinese Economy”