Evergrande Gagal Lagi Bayar Utang untuk yang Ketiga Kalinya, Krisis Menyebar ke Sejumlah Industri Real Estate Daratan Tiongkok

Liu Minghuan

Evergrande Group gagal membayar utangnya untuk ketiga kalinya. Kali ini  gagal membayar bunga obligasi sebesar US$148 juta atau Rp 2,1 triliun yang jatuh tempo pada Oktober ini.  Krisis sudah menyebar ke seluruh industri real estate daratan Tiongkok. Sejumlah perusahaan real estate seperti Fantasia Holding juga terseret. Modern Land dan Sinic Holdings kini menunda  pembayaran utang mereka

Evergrande Group melewatkan pembayaran bunga atas dua obligasi dolar AS pada September, dan masa tenggang akan berakhir pada akhir Oktober, dengan nilai total US$ 131 juta. Pada saat yang sama, obligasi senilai US$260 juta yang dijamin oleh Evergrande juga melewati masa tenggang pada 8 Oktober.  Tidak ada berita yang mengabarkan tentang pelunasan utang tersebut. 

Pada 11 Oktober, Evergrande Group kembali gagal membayar bunga utang sebesar US$148 juta saat jatuh tempo, melibatkan tiga utang dolar AS. Tanggal jatuh temponya adalah April 2022, April 2023, dan April 2024, yang mewajibkan membayar bunga setiap enam bulan sekali.

Pada saat Evergrande gagal membayar utang yang ketigakalinya, industri real estate seperti Fantasia, Modern Land, dan  Sinic  Holdings juga mengalami kekurangan dana. Akibatnya  memperparah risiko utang. Pada 11 Oktober, Modern Land mengumumkan bahwa mereka akan menunda penebusan saldo obligasi USD 200 juta yang jatuh tempo pada 25 Oktober. Saat ini sedang mencari pengertian dan persetujuan investor hingga 25 Januari 2023.

Modern Land, yang didirikan oleh Zeng Baobao, keponakan mantan wakil ketua Partai Komunis Tiongkok Zeng Qinghong, baru-baru ini gagal membayar utang dan gagal membayar kembali obligasi senilai US$206 juta pada 4 Oktober.

Reuters mengutip analisis  bahwa di bawah situasi krisis utang Evergrande yang belum terselesaikan, default utang dolar AS Modern Land akan membuat perusahaan real estate Daratan Tiongkok memburuk.  Default Modern Land adalah yang terbaru dalam masalah industri real estate Tiongkok dan masalah likuiditas.

Situs web Economic Observer melaporkan bahwa 140 obligasi dolar AS real estate turun lebih dari 20% dalam sebulan terakhir. Dipengaruhi oleh default Modern Land oleh perusahaan real estat, 44 obligasi dolar AS real estate turun lebih dari 20% dalam seminggu dari  4 hingga 9 Oktober.

Beberapa investor  percaya bahwa gagal bayar obligasi kredit oleh perusahaan real estat Tiongkok telah menyebabkan investor panik, lalu menjual, sehingga menekan harga.

Menurut laporan itu, Tahun 2021 dan paruh pertama Tahun 2022 adalah periode puncak untuk pembayaran utang dolar AS. Ditambah dengan pengaruh kontrol kebijakan resmi, sehinga erusahaan real estat menjadi sulit untuk mengumpulkan pembayaran sejak paruh kedua tahun ini. Sedangkan risiko serta tekanan pembayaran utang terus meningkat. (hui)