China Evergrande Menjual Pesawat Pribadi Demi Membayar Utang yang Jatuh Tempo

oleh Zhang Ting

Wall Street Journal mengutip sumber terpercaya pada 5 November memberitakan bahwa China Evergrande Group mengumpulkan dana senilai USD. 50 juta lebih untuk pembayaran utangnya dengan menjual 2 buah pesawat pribadi.

Berdasarkan informasi yang diungkapkan oleh sumber tersebut serta data yang tercatat pada Business Aviation, diketahui bahwa pembeli kedua pesawat Evergrande berjenis jet Gulfstream adalah investor AS yang transaksinya telah dilakukan pada bulan Oktober tahun ini. 

Dana tersebut  kemudian digunakan oleh China Evergrande, untuk membayar bunga dari 2 obligasi dalam dolar AS yang jatuh tempo sebelum masa tenggang 30 hari berakhir.

Menurut informasi yang beredar di Internet dan ungkapan sumber yang mengetahui masalah ini, bahwa China Evergrande  sekarang memiliki setidaknya 4 buah pesawat pribadi, ada 1 lagi yang masih berada dalam status sudah dipesan. Xu Jiayin, pendiri dan ketua pengembang real estat, menghabiskan banyak uang untuk membeli pesawat jet mewah selama masa kejayaan perusahaan. Perusahaan besar Tiongkok lainnya seperti HNA Group, juga memiliki jet pribadi yang sangat mewah.

Wall Street Journal menyebutkan bahwa kedua pesawat jet Gulfstream yang baru dijual ini, adalah pesawat lebih kecil yang dimiliki Evergrande. Menurut iklan terkait, perusahaan saat ini sedang mencari pembeli untuk pesawat jet pribadi berbadan lebar jenis Airbus ACJ330 milik mereka.

Menurut sumber yang mengetahui masalah ini, Evergrande telah menghabiskan lebih dari USD. 220 juta untuk membeli pesawat tersebut beberapa tahun yang lalu. Pesawat tersebut yang memiliki interior kabin VVIP, selain ada fasilitas shower, ruang hiburan, kamar tidur, juga ada 1 meja makan, kursi di sekitarnya juga dapat digunakan sebagai tempat tidur. Pesawat yang mampu mengangkat hingga 40 orang penumpang beserta 12 orang awaknya ini saat ini cuma diparkir di Bandara Internasional Hongkong.

Perusahaan Evergrande tidak menanggapi permintaan komentar dari Wall Street Journal.

Sumber yang mengetahui masalah ini mengatakan bahwa salah satu pesawat yang dijual oleh Evergrande adalah pesawat jarak jauh G650ER berusia 5 tahun yang dapat mengangkat 15 orang penumpang. Pesawat tersebut dijual oleh Evergrande dengan harga kurang dari USD. 40 juta pada akhir bulan Oktober lalu. Dan pembelinya adalah Earth Air, sebuah perusahaan yang didukung oleh investor penerbangan swasta Los Angeles. Perusahaan ini sudah memiliki 2 buah jet Gulfstream serupa.

Alex Joya, Presiden Earth Air telah mengkonfirmasi pembelian pesawat termaksud, tetapi mengatakan bahwa ia tidak dapat mengungkapkan rincian transaksi.

Earth Air telah mendaftarkan pesawat yang dibelinya dari Evergrande. Sebuah iklan online menunjukkan bahwa pesawat tersebut tercatat telah terbang selama lebih dari 1.400 jam dan harga yang diminta adalah USD. 43,9 juta.

Kepada Wall Street Journal sumber tersebut mengatakan bahwa Gulfstream lain yang dijual oleh Evergrande, adalah pesawat jet tua dengan harga sekitar USD. 15 juta. Pembelinya adalah ‘Aviation Sales Associates’ dari California. Tetapi perwakilan dari perusahaan tersebut menolak mengomentari tentang transaksi pesawat.

Selama bertahun-tahun, China Evergrande mengembangkan usahanya dengan meminjam banyak dana dari Bank, menyebabkan perusahaan menanggung lebih dari USD. 300 miliar utang. Setelah pecahnya krisis utang Evergrande, perusahaan telah mencoba untuk menjual beberapa bagian aset dari kerajaan besar itu untuk membayar kembali utangnya.

Evergrande gagal membayar tepat waktu bunga utang sebesar USD. 83,5 juta dan USD 47,5 juta yang jatuh tempo masing-masing pada 23 September dan 29 September. Evergrande diberikan masa tenggang 30 hari untuk penyelesaiannya. Jika utang masih belum dilunasi pada akhir masa tenggang, investor dapat menyatakan Evergrande default.

Pada akhir Oktober, Evergrande berhasil mengumpulkan dana sebelum masa tenggang berakhir dan membayar bunga atas 2 utangnya dalam dolar AS, sehingga untuk sementara waktu terhindar dari gagal bayar utang yang risikonya harus ditebus mahal.

Reuters mengutip ungkapan dari seorang pemegang obligasi Evergrande memberitakan bahwa meskipun perusahaan saat ini dapat membayar utang bunganya, tetap prospek perusahaan jauh dari cerah.

“Saya pikir mereka mengeluarkan dana itu hanya untuk menebus waktu”, kata orang itu. (sin)