Partai Oposisi Sri Lanka Bersatu Menuntut Pengunduran Diri Presiden

NTDTV.com

Krisis politik dan ekonomi selama berminggu-minggu melanda Sri Lanka. Kini tak kunjung  menunjukkan tanda-tanda akan mereda. Partai-partai oposisi bersatu dalam posis yang langka pada Hari Buruh 1 Mei, berunjuk rasa di ibukota komersial Kolombo untuk menuntut Presiden  Gotabaya Rajapaksa mengundurkan diri

Pemadaman listrik selama berbulan-bulan di Sri Lanka, lonjakan inflasi  dan kekurangan makanan, bahan bakar dan obat-obatan yang parah terus berlanjut, kata mantan anggota parlemen Hirunika Premachandra. 

Sebuah aksi duduk-duduk digelar di luar kediaman pribadi Gotabaya Rajapaksa memicu gelombang demonstrasi anti-pemerintah, dengan protes harian terkadang berubah menjadi kekerasan.

Pada 1 Mei, partai oposisi terbesar “Persatuan Kekuatan Rakyat” (Samagi Jana Balawegaya, SJB) menyerukan demonstrasi secara besar-besaran di ibukota Colombo Independence Square (Alun-alun Kemerdekaan).  Para orator berturut-turut naik ke panggung untuk menyerukan pengusiran Gotabaya Rajapaksa dan keluarganya yang berkuasa di negara itu.

Keterangan Foto : Aktivis dan pendukung partai Front Pembebasan Rakyat menghadiri rapat umum May Day di Kolombo pada 1 Mei 2022. (AFP melalui Getty Images)

“Presiden telah bersembunyi di kediaman resminya selama sebulan, dan sekarang saatnya bagi kita untuk menangkap telinganya dan mengusirnya,” kata Hirunika Premachandra, mendesak partai-partai untuk bersatu dan menggulingkan pemerintah.

Partai kiri utama Sri Lanka, Front Pembebasan Rakyat (JVP), juga berdemonstrasi di luar stasiun kereta api di Kolombo pada hari Minggu.

Para pengunjuk rasa mengibarkan bendera merah dan meneriakkan: “Gotabaya mundur, Gotabaya mundur.” Mereka bersikeras bahwa pemerintah harus mundur dan diadakan lebih cepat dari jadwal pemilihan umum.

Keterangan Foto : Aktivis dan pendukung partai oposisi utama Sri Lanka Samagi Jana Balawegaya menghadiri rapat umum May Day di Kolombo pada 1 Mei 2022. (ISHARA S. KODIKARA/AFP via Getty Images)

Koalisi penguasa “Front Rakyat Sri Lanka” (SLPP) tidak mengadakan rapat umum pada Hari Buruh seperti biasanya kali ini, tetapi soal Gotabaya.

Rajapaksa mengatakan dalam sebuah pernyataan, “Daripada meminta pertanggungjawaban siapa yang bertanggung jawab atas situasi bermasalah hari ini, kita harus fokus pada apa yang perlu dilakukan untuk meredakan situasi dengan segera.”

Rajapaksa, yang dilanda pengunduran diri massal kabinet pada awal April, sekarang menghadapi kemungkinan mosi tidak percaya pada pemerintah yang direformasi akhir pekan ini.

Dia dan kakak laki-lakinya, Perdana Menteri Mahinda Rajapaksa, keduanya menolak untuk mengundurkan diri dan sebaliknya menyerukan pemerintahan koalisi yang dipimpin oleh presiden, sebuah tawaran yang ditolak oleh oposisi. (hui)

Keterangan Foto : Aktivis dan pendukung partai oposisi utama Sri Lanka Samagi Jana Balawegaya menghadiri rapat umum May Day di Kolombo pada 1 Mei 2022. (ISHARA S. KODIKARA/AFP via Getty Images)

Keterangan Foto ; Demonstran berkemah pada malam hari di tengah krisis ekonomi dan politik di Kolombo, Sri Lanka, 30 April 2022. Anak-anak muda yang marah telah berkemah di jalan-jalan dekat kantor presiden sejak 9 April. Dikenal sebagai “Gota Go Gama,” atau “Gota go village” dalam bahasa Sinhala, kamp itu didirikan untuk menuntut pengunduran diri presiden dan pemerintahannya. (Buddhika Weerasinghe/Getty Images)