Perdana Menteri Sri Lanka Tiba-Tiba Mengundurkan Diri Saat Bentrokan Meletus

oleh Qiao An

Protes anti-pemerintah di Sri Lanka yang telah berlangsung selama lebih dari sebulan telah terjadi gejolak cukup besar pada Senin 9 Mei. Pada pagi harinya, sejumlah warga pro-pemerintah yang berada di depan Kantor Perdana Menteri dan Galle Face Square melakukan pengrusakan dan pembakaran tenda-tenda dari kubu para pengunjuk rasa yang anti-pemerintah, sehingga terjadi bentrokan keras dan suasana menjadi kacau.

Kepolisian yang datang terpaksa menggunakan meriam air dan gas air mata untuk membubarkan orang-orang dari kedua belah pihak yang berkonflik. Insiden tersebut mengakibatkan sedikitnya 9 orang menderita luka-luka dan dilarikan ke rumah sakit. Sri Lanka telah mengumumkan jam malam nasional untuk mencegah konflik membesar.

Perdana Menteri Sri Lanka, Mahinda Rajapaksa mengumumkan pengunduran dirinya melalui media sosial beberapa jam setelah bentrokan meletus, dan telah melakukan serah terima jabatan kepada saudara laki-lakinya, Gotabaya Rajapaksa yang menjadi Presiden Sri Lanka.

Beberapa pengunjuk rasa bersorak gembira setelah mengetahui Mahinda Rajapaksa telah mengundurkan diri, tetapi menyerukan agar presiden juga mengundurkan diri untuk mengakhiri 20 tahun kekuasaan keluarga Rajapaksa di Sri Lanka.

Selama beberapa bulan terakhir ini, Sri Lanka yang terjebak ke dalam perangkap utang Prakarsa Sabuk dan Jalan pemerintah Tiongkok, telah mengalami resesi ekonomi yang parah. Inflasi negara itu melonjak hingga 18,7 %, warga terpaksa menunggu dalam antrean panjang untuk membeli bahan bakar, makanan, dan obat-obatan. Saat ini, total cadangan devisa Sri Lanka sudah berada di bawah USD. 50 juta, padahal total utang luar negerinya mencapai USD. 51 miliar. (sin)