Setelah Kasus Deposito, Rush Money di Daratan Tiongkok Membuat Orang-orang Kesulitan Mendapatkan Uang Tunai

Nicole Hao

Setelah hampir satu juta orang-orang di Tiongkok tak bisa mengakses deposito bank mereka di provinsi Henan, wilayah Tiongkok tengah pada awal tahun ini, penduduk  Shanghai di wilayah Tiongkok Timur, Shenzhen di selatan, Dandong di wilayah Utara, dan Jiujiang di wilayah tengah, melaporkan mengalami kesulitan ketika mereka mencoba menarik uang tunai dari rekening bank. 

Beberapa bank di Tiongkok hanya melayani sejumlah pelanggan per hari, beberapa bank membatasi penarikan uang setiap nasabah tidak lebih dari 1.000 yuan atau setara 2  juta rupiah. Bank  lainnya lebih memilih menutup cabang mereka. Bahkan mesin ATM pun kosong.

Bank run atau Rush Money telah terjadi di negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia selama lebih dari seminggu, sebuah kejadian yang tidak biasa. Pasalnya,  sebagian besar bank dikelola oleh negara.

Wang He, seorang komentator urusan Tiongkok yang berbasis di AS, mengatakan kepada The Epoch Times pada 22 Juni, bahwa alasan mengapa masalah bank run belum terselesaikan dikarenakan sistem ekonomi Tiongkok sedang dalam krisis dan rezim Tiongkok tak memiliki kemampuan untuk menyelesaikannya.  

Zheng Yongnian, salah satu penasihat ekonomi  Xi Jinping, menerbitkan sebuah esai pada 1 Juni, di mana ia menunjukkan bahwa ekonomi Tiongkok menghadapi tantangan kritis, termasuk lebih dari setengah investasi asing telah meninggalkan Tiongkok. Sedangkan bisnis swasta Tiongkok berjuang untuk bertahan hidup karena krisis rantai pasokan dan kekurangan uang tunai.

Esai Zheng akhirnya dihapus dari internet Tiongkok segera setelah diterbitkan.

Keluhan Penduduk Shenzhen

Chen, seorang warga di Shenzhen di Provinsi Guangdong,  selatan Tiongkok, kepada NTD, media saudara The Epoch Times, pada 21 Juni mengatakan, ia memiliki rekening di Agricultural Bank of China. Dalam dua hari terakhir, orang-orang berbaris di depan cabang. Ini pertama kalinya ia melihat antrian yang begitu panjang. 

Agricultural Bank of China adalah salah satu dari empat bank utama yang dikelola oleh negara di Tiongkok. Tiga bank lainnya adalah Industrial and Commercial Bank of China, Bank of China, dan China Construction Bank. 

Chen mengatakan bahwa dia diberitahukan  bahwa bank salah membekukan rekening pelanggan. Untuk mencairkan rekening, pihak bank meminta nasabahnya  menyerahkan kartu identitas penduduk Shenzhen mereka secara langsung.

Kartu identitas penduduk adalah metode yang digunakan rezim Tiongkok untuk mengontrol perpindahan orang dari satu tempat ke tempat lain. Orang-orang tersebut tak akan memiliki hak warga, jika mereka tidak memiliki kartu tanda penduduk setempat. Jika seseorang bekerja untuk sebuah perusahaan besar di kota lain selama enam bulan, majikan dapat mengajukan permohonan kartu identitas penduduk untuk karyawan tersebut.

Hao, seorang penduduk di distrik Longgang di Shenzhen, mengatakan kepada The Epoch Times pada 22 Juni bahwa pembekuan rekening adalah metode yang digunakan bank untuk menghentikan orang-orang menarik uang tunai.

Hao menyebutkan : “Sulit untuk menemukan mesin ATM yang memiliki uang tunai di dalamnya. Sebenarnya, sejak sekitar dua bulan lalu, sulit untuk menarik uang tunai. Ia telah mencoba Agricultural Bank of China dan China Construction Bank. Sangat tidak mudah menarik uang tunai. 

Video  viral pada 21 Juni, menunjukkan seorang pria mengatakan bahwa di lingkungan Shiyan di distrik Bao’an di Shenzhen, orang-orang mengantre di luar Bank of China pada pukul 6:00 pagi, tetapi diberitahukan oleh pihak bank telah kehabisan uang. Itu ketika banka dibuka pada pukul 9:00 pagi.

Pihak bank tidak memberikan penjelasan mengapa mereka kehabisan uang tunai.

Kasus Bank Run di Kota Lain

Dandong adalah kota yang bertetangga dengan Korea Utara di seberang Sungai Yalu di Provinsi Liaoning, di wilayah Tiongkok timur laut.  Beberapa minggu terakhir, orang-orang di Dandong mengeluh bahwa mereka tak bisa mendapatkan uang tunai dari rekening bank mereka, tidak peduli seberapa besar saldo mereka.

“Sudah seminggu. Setiap pagi, ada antrean panjang  yang menunggu untuk menarik uang tunai. Namun, ketika giliran kami sore hari, bank sudah kering,” kata seorang warga Dandong dalam video media sosial pada 20 Juni.

Pria yang merekam video tersebut mengatakan bahwa majikan di Dandong menyetor gaji ke rekening bank karyawan mereka di Bank Dandong. Para Karyawan, pada gilirannya, menarik uang tunai untuk biaya kehidupan sehari-hari. Ketika mereka tidak dapat mengakses uang tunai, maka akan menyulitkan mereka.

Warga Dandong lainnya mengeluh dalam sebuah video bahwa dia pergi ke beberapa bank, tetapi tidak bisa mendapatkan uang tunai.

Di kota Jiujiang, Provinsi Jiangxi, penduduk setempat melaporkan bahwa cabang Agricultural Bank of China hanya mengizinkan pelanggan untuk menarik 1.000 yuan  atau kurang jika mereka tidak memiliki registrasi rumah tangga setempat.

Di Shanghai, orang-orang juga mengantre di luar bank.

Huang, seorang penduduk setempat, mengatakan kepada NTD pada 21 Juni bahwa bank hanya akan melayani 300 pelanggan sehari dan dimulai pada 1 Juni, ketika kota itu secara resmi dibuka setelah lockdown COVID. Orang-orang harus pergi ke bank pagi-pagi, jika tidak, mereka bahkan tidak akan bisa masuk bank.

Huang membeberkan, ia bertemu dengan seorang pria berusia 80-an yang mulai menunggu di depan bank antara pukul 04:00 dan 05:00. Dia dihitung sebagai klien ke-107 pada hari ketika bank dibuka pada pukul 9:00. Dia harus tinggal di sana selama beberapa jam lagi, karena bank tidak mengizinkannya masuk jika dia melewatkan gilirannya. 

Tak seperti pada sejumlah negara, banyak penduduk Tiongkok membayar tagihan gas, listrik, dan air di bank, dan sebagian besar pensiunan mengandalkan uang tunai karena mereka tidak tahu cara melakukan pembayaran menggunakan internet dan smartphone, atau membayar belanjaan dengan menggunakan kartu bank. (asr)