Krisis Ekonomi Terburuk dalam 70 Tahun Sri Lanka Membangkitkan Kemarahan Rakyat

NTD

Krisis ekonomi terburuk Sri Lanka dalam kurun waktu 70 tahun meledak pada Sabtu (9/7/2022). Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe mengumumkan pengunduran dirinya di tengah kemarahan publik. Selanjutnya, tak lama setelah sejumlah besar orang menyerbu kediaman presiden, Ketua Kongres juga mengumumkan setelah menerima pemberitahuan secara resmi dari presiden Gotabaya Rajapaksa bahwa ia  mundur dari jabatannya pada 13 Juli.

Ekonomi Sri Lanka ambruk dan bahan mata pencaharian masyarakat serba kekurangan. Lebih dari 6 juta orang telah kehilangan ketahanan pangan. Pada 9 Juli pagi, puluhan ribu rakyat Sri Lanka, termasuk anggota serikat pekerja, melakukan demonstrasi di Kolombo, menuntut pengunduran diri Gotabaya Rajapaksa dan Ranil Wickremesinghe.

“Para pengunjuk rasa masuk ke rumah pribadi Perdana Menteri Wickremesinghe dan membakarnya,” kata pernyataan dari kantor Wickremesinghe.

Polisi mengatakan tidak ada laporan korban jiwa dan Wickremesinghe serta keluarganya tidak berada di rumah pada saat kejadian.

Keterangan Foto : Pengunjuk rasa anti-pemerintah berkumpul di jalan selama protes menuntut pengunduran diri Presiden Sri Lanka Gotabaya rajapaksa dan Perdana Menteri Wickremesinghe di Galle, Sri Lanka, 9 Juli 2022. (Buddhika Weerasinghe/Getty Images)

Sebuah sumber pemerintah Sri Lanka mengatakan Wickremesinghe telah dikawal ke lokasi yang aman.

Rakyat Sri Lanka meluncurkan beberapa gelombang demonstrasi secara besar-besaran pada bulan April, memaksa Perdana Menteri Mahinda Rajapaksa  mengundurkan diri pada 9 Mei, dan diganti oleh perdana menteri 4 kali Wickremesinghe yang merangkap sebagai menteri keuangan.

Setelah kerusuhan meletus, Wickremesinghe mengadakan pertemuan dengan beberapa pemimpin partai untuk memutuskan langkah apa yang harus diambil sebagai tanggapan. Tak lama setelah itu, kantor Wickremesinghe mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa dia bersedia mengundurkan diri untuk memfasilitasi pembentukan pemerintahan baru dari semua pihak.

Namun demikian, pengunduran diri Wickremesinghe masih belum bisa meredam kemarahan massa, sejumlah besar demonstran juga menyerbu kediaman dan kantor Presiden Rajapaksa pada 9 Juli, berteriak agar dia mundur.

Keterangan Foto : Pengunjuk rasa anti-pemerintah mengambil bagian dalam protes menuntut pengunduran diri Presiden Sri Lanka Rajapaksa dan Perdana Menteri Wickremesinghe di Gale, Sri Lanka, 9 Juli 2022. (Buddhika Weerasinghe/Getty Images)

Meskipun polisi Colombo memasang penghalang jalan dan mencoba menghentikan para demonstran dengan gas air mata dan jet air, orang-orang yang marah masih menerobos garis pertahanan. Para demonstran berhasil menduduki kediaman presiden sekitar tengah hari, ketika itu Rajapaksa sudah tidak ada lagi di rumah kepresidenan.

Sebuah video oleh media lokal News 1st menunjukkan bahwa, demonstran mengibarkan bendera nasional di kediaman presiden, dan beberapa orang melompat ke kolam renang di kediaman presiden untuk merayakannya.  Jalan-jalan di sekitar kediaman presiden juga dipadati demonstran dengan perkiraan jumlahnya mencapai puluhan ribu orang.

Keberadaan Rajapaksa saat ini tetap menjadi misteri. Menurut laporan, Rajapaksa telah dikawal dari kediaman resmi pada 8 Juli untuk melindungi keselamatannya. 

 News 1st mengutip Port of Colombo  mengatakan bahwa, sebelum para demonstran masuk ke kediaman resmi, konvoi mengawal penumpang di mobil hitam ke kapal perang, dan sekelompok koper dikirim ke kapal perang lainnya. Kemudian 2 kapal perang bersama berlabuh pergi meninggalkan pelabuhan 

Ketua parlemen Sri Lanka, Mahinda Yapa Abeywardena mengatakan dalam sebuah pernyataan video bahwa presiden telah memberitahunya bahwa dia akan mengundurkan diri pada 13 Juli, sebagaimana yang dilaporkan oleh kantor berita Reuters.

Abeywardena mengatakan Keputusan untuk mundur pada 13 Juli dibuat untuk memastikan transisi kekuasaan yang damai. Ia meminta masyarakat untuk menghormati hukum dan menjaga perdamaian. 

Amerika Serikat Meminta Para Pemimpin dari Semua Lapisan Masyarakat  Agar Menyelesaikan Ketidakpuasan Sosial

Sri Lanka yang dulunya makmur, kini menderita kekurangan bahan bakar dan makanan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Amerika Serikat telah membantu Sri Lanka dalam beberapa pekan terakhir. 

Rajapaksa memiliki hubungan yang sulit dengan Amerika Serikat, terutama karena sanggahannya atas tuduhan kejahatan perang terhadapnya selama beberapa dekade perang saudara berdarah dan kemitraan ekonominya yang erat dengan Tiongkok.

Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan bahwa, ketika Presiden Sri Lanka Rajapaksa bersiap untuk mundur, AS meminta Kongres Sri Lanka untuk berkomitmen memperbaiki situasi negara saat ini, bukan untuk kepentingan satu pihak.

Pihak AS mendesak pemerintah Sri Lanka saat ini atau pemerintah baru yang dipilih sesuai dengan konstitusi untuk bertindak cepat menemukan solusi dan menerapkannya, tak lain untuk mencapai stabilitas ekonomi jangka panjang dan meredakan kekhawatiran rakyat Sri Lanka tentang ekonomi yang memburuk. Mengatasi ketidakpuasan, termasuk kekurangan listrik, makanan dan bahan bakar.” (hui)