Apa yang Dibicarakan antara Ketua DPR-AS yang Pertama Melawat ke Taiwan dengan Presiden Taiwan 25 Tahun Silam?

oleh Lin Yan

Pada Senin 1 Agustus, sejumlah media asing yang mengutip informasi dari sumber terpercaya melaporkan bahwa Ketua DPR-AS Nancy Pelosi dapat singgah di Pulau Formosa sebagai bagian dari perjalanan ke Asia.

Nancy Pelosi adalah penerus kedua dari presiden AS. Waktu kunjungannya ke Taiwan bertepatan dengan memburuknya hubungan antara Washington dengan Beijing. Sehingga dunia luar ramai berspekulasi mengenai topik apa saja yang akan dibahas dalam pertemuannya dengan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen ?

Ketua DPR-AS Newt Gingrich, juga pernah melakukan kunjungan rahasia ke Taiwan 25 tahun silam. Hasil pembicaraan saat kunjungan di Taiwan yang dipublikasikan resmi dapat digunakan sebagai referensi.

Menurut pemberitahuan yang dikeluarkan oleh Kantor Kepresidenan Taiwan pada 2 April 1997 saat menerima kunjungan delegasi Ketua DPR-AS, bahwa fokus utama pembicaraan dalam pertemuan antara Presiden Lee Teng-hui dengan Newt Gingrich dan anggota DPR lainnya adalah tentang bagaimana memahami hubungan lintas selat, “Kebijakan Satu Tiongkok”, dan berbicara soal status Selat Taiwan saat itu. Sementara dalam percakapan, Presiden Lee juga menekankan bahwa Taiwan tidak akan mendeklarasikan kemerdekaan !

Lee Teng-hui menyampaikan sambutan tulusnya kepada para legislator yang datang dari jauh.

Lee Teng-hui menegaskan bahwa Taiwan tidak perlu mendeklarasikan kemerdekaan

Dalam pembicaraan saat itu, Presiden Lee Teng-hui pertama-tama menekankan bahwa Republik Tiongkok sudah merupakan sebuah negara demokrasi yang berdaulat dan independen, “Jadi kita tidak perlu, lebih-lebih tidak butuh untuk mendeklarasikan kemerdekaan”.

Lee Teng-hui mengatakan : “Kami berharap kedua sisi selat dapat menjaga stabilitas dan melanjutkan dialog. Ini adalah sikap kami untuk menangani masalah lintas selat dengan cara damai”.

Dalam pemberitahuan yang dikeluarkan oleh Kantor Kepresidenan Taiwan tersebut juga disebutkan bahwa Anggota Kongres, termasuk Gingrich, sangat prihatin dengan perkembangan kedua sisi Selat Taiwan, mereka juga menyatakan pandangan mereka tentang kebijakan “Satu Tiongkok”, dan percaya bahwa AS sangat mengharapkan perdamaian antara kedua sisi Selat Taiwan bisa terbina selamanya. Newt Gingrich dan lainnya juga secara tegas mengakui hasil pencapaian demokrasi politik dan pembangunan ekonomi oleh pemerintahan Taiwan.

Makna “Satu Tiongkok” yang dipahami oleh Taiwan

Menanggapi masalah mengenai “Satu Tiongkok”, Kantor Kepresidenan Taiwan dalam pemberitahuan itu menyebutkan bahwa saat itu Lee Teng-hui secara khusus menyatakan bahwa sebagaimana yang disepakati dalam “Komunike Shanghai” yang ditandatangani bersama oleh partai komunis Tiongkok dan Amerika Serikat tahun 1972 : “Amerika Serikat mengakui bahwa semua orang Tionghoa di kedua sisi Selat Taiwan percaya bahwa hanya ada satu Tiongkok, Taiwan adalah bagian dari Tiongkok”.

Lee Teng-hui mengatakan bahwa sejak itu rakyat dari kedua sisi selat mengaku sebagai wakil dari Tiongkok, tetapi sekarang “PKT menyatakan bahwa satu Tiongkok mengacu pada Republik Rakyat Tiongkok, dan Taiwan adalah provinsi dari Republik Rakyat Tiongkok”, “Tentu saja kami tidak bisa menerima hal ini”.

“Kami mempertahankan bahwa satu Tiongkok itu adalah negara yang demokratis dan bebas setelah penyatuan kembali kedua sisi selat … Kami tidak mungkin meninggalkan ‘Republik Tiongkok’ hanya untuk mendapatkan penyatuan”, kata Lee Teng-hui.

Lee Teng-hui lebih lanjut menjelaskan arti “Satu Tiongkok” kepada Gingrich dan anggota kongres lainnya. Ia mengatakan bahwa “Satu Tiongkok” harus memungkinkan interpretasi yang berbeda dari kedua belah pihak. “Kami berharap Satu Tiongkok akan menjadi Tiongkok yang bebas, demokratis, dan sama-sama makmur setelah penyatuan kembali”. Namun, PKT saat ini lebih menghendaki untuk memperlakukan Taiwan sebagai salah satu provinsinya. “Kami tidak akan pernah mau menerimanya”.

Taiwan masuk komunitas internasional demi kelangsungan menghadapi pengucilan PKT

Lee Teng-hui juga menunjukkan bahwa sejak Taiwan bergabung dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa, PKT telah mengklaim bahwa masalah Taiwan adalah urusan internal, dan negara-negara lain tidak boleh ikut campur. Karena sikap keras kepala PKT, banyak negara secara bertahap menerima pernyataan ini. Sehingga Taiwan ditolak komunitas internasional, apalagi bercokol di PBB. Ini sangat tidak adil.

Pemberitahuan tersebut juga menyebutkan bahwa Lee Teng-hui dengan jarinya sambil menunjuk ke potret Bapak Bangsa Sun Yat-sen yang berada di dinding ruang resepsi berbicara dengan Gingrich dan anggota rombongan bahwa Republik Tiongkok yang didirikan oleh Bapak Bangsa Sun Yat-sen sampai sekarang sudah 86 tahun, “Keberadaan kita tidak perlu dipertanyakan lagi. Itulah sebabnya mengapa saya ingin menekankan kepada Kalian semua bahwa Republik Tiongkok tidak perlu, lebih-lebih tidak butuh untuk mendeklarasikan kemerdekaan”.

Lee Teng-hui mengkritik praktik PKT yang secara sewenang-wenang “meracuni sumur” kemudian melakukan penekanan terhadap Taiwan. Ia mengatakan : “PKT beranggapan bahwa kunjungan Dalai Lama, konsensus Komisi Pembangunan Nasional, dan bahkan undangan untuk menghadiri Konferensi Terusan Panama, semua ini adalah upaya untuk pemisahan diri dan kemerdekaan”.

Oleh karena itu, Lee Teng-hui menekankan bahwa tujuan Taiwan masuk komunitas internasional adalah demi mempertahankan keberadaan dan pembangunan, karena hanya dengan keberadaan dapat membawa harapan, dengan keberadaan dapat berkembang, dan keberadaan adalah nilai. Tetapi yang ditakuti oleh PKT adalah keberadaan Republik Tiongkok.

Lee Teng-hui : Terhentinya hubungan lintas selat mungkin terkait dengan pertikaian di Beijing

Lee Teng-hui mengatakan bahwa Taiwan terus bekerja keras untuk menyelesaikan secara damai permasalahan lintas selat.

“Faktanya, pintu kami selalu terbuka, tetapi pihak Beijing sejauh ini tidak menanggapi berbagai percakapan konstruktif dan maksud baik kami”, kata Lee Teng-hui.

Dia mengatakan bahwa stagnasi hubungan lintas selat yang terjadi sejak tahun 1996 mungkin terkait dengan perebutan kekuasaan dalam kepemimpinan PKT, karena tidak ada seorang pun di otoritas PKT yang dapat membuat keputusan, sehingga negosiasi lintas selat tidak dapat berlanjut.

“Hal yang perlu saya tekankan lagi adalah, bahwa kami sangat berharap kedua pihak di Selat Taiwan dapat melakukan pertukaran secara damai, dan kami juga menantikan pembukaan kembali forum dialog dan negosiasi”, kata Lee Teng-hui.

Taiwan ingin membeli lebih banyak senjata pertahanan demi melindungi diri

Ketika berbicara tentang pemeliharaan keamanan, Lee Teng-hui dengan jelas mengatakan bahwa Taiwan ingin meningkatkan pembelian senjata dan peralatan pertahanan canggih, dan yang paling penting adalah menjaga keamanannya sendiri untuk memastikan kesejahteraan rakyat tidak terganggu, karena PKT masih enggan untuk mengumumkan secara terbuka bahwa mereka tidak akan menyerang Taiwan dengan kekuatan senjata. Dan melalui latihan penembakan misil tahun 1996 Tiongkok, kita melihat PKT berniat buruk terhadap Taiwan.

Lee Teng-hui percaya bahwa kunjungan Ketua DPR-AS ke Taiwan bermakna penting

Dalam percakapan tersebut, Lee Teng-hui juga menyampaikan rasa terima kasihnya kepada pemerintah AS dan pihak oposisi atas perhatian dan bantuannya kepada Republik Tiongkok, terutama dukungan Kongres AS.

Lee Teng-hui mengatakan, meskipun kunjungan delegasi DPR-AS di Taiwan cukup singkat, tetapi yang terpenting adalah Kongres AS tidak melupakan Republik Tiongkok di Taiwan.

Ia mengatakan bahwa setidaknya ada dua makna penting dalam hal ini. Pertama, Republik Tiongkok di Taiwan adalah sahabat Amerika Serikat di dunia, dan juga merupakan simbol sistem nilai dan cita-cita Amerika Serikat — kebebasan dan demokrasi. Kedua, Dalam hal pertimbangan strategis AS di Pasifik Barat, khususnya di Asia Timur Laut, Taiwan menempati posisi geografis yang penting.

Lee Teng-hui juga menegaskan : “Kebijakan Taiwan tentang daratan Tiongkok masih tetap tidak berubah, dan penyatuan Tiongkok di bawah demokrasi liberal dan keadilan sosial masih menjadi tujuan nasional kita. Tetapi kita tidak boleh melupakan satu fakta, yaitu Tiongkok saat ini masih dalam keadaan terbagi dan dikuasai. Republik Tiongkok di Taiwan ingin menggunakan waktu 30 tahun ke depan untuk membangun negara yang lebih bebas, lebih demokratis dan makmur. Ketika saatnya itu tiba, kita sudah memiliki pijakan yang setara untuk bersama-sama membahas soal reunifikasi nasional”. (sin)