Memakai Baju Kimono Juga Ditangkap Polisi Tiongkok yang Gunakan Hari Sensitif untuk Alihkan Konflik

oleh Lin Yi

Bertepatan dengan hari peringatan 77 tahun berakhirnya Perang Dunia II dan menyerahnya Jepang kepada Sekutu, seorang gadis di Suzhou, Tiongkok  yang memakai baju kimono dipaksa berhadapan dengan kekerasan petugas polisi yang bertugas. Berita tentang insiden tersebut sampai menduduki posisi teratas dalam pencarian panas di Internet Tiongkok.

Polisi Tiongkok mengatakan : “Jika Anda menggunakan pakaian etnis Han, saya tidak mungkin berkata demikian. Tetapi baju yang Anda pakai adalah kimono, sebagai seorang warga negara Tiongkok… Anda berwarga negara Tiongkok, bukan ?1? “

Pada 10 Agustus 2022, di sebuah jalanan khusus bergaya Jepang di Huaihai Street, Kota Suzhou, seorang polisi berbicara dengan suara keras yang cenderung membentak terhadap seorang gadis yang mengenakan baju kimono Jepang.

Gadis berbaju kimono itu bertanya : “Saya ingin bertanya apakah Anda boleh berbicara dengan nada membentak-bentak seperti ini ?”

Polisi : “Boleh !”

Selanjutnya polisi dengan brutal merobek lengan baju kimono gadis itu dan menangkapnya dengan alasan “memprovokasi masalah demi menimbulkan pertengkaran”.

Gadis itu kemudian memposting kejadian yang dialami : Polisi menginterogasi dirinya selama lebih dari lima jam, memeriksa semua isi ponselnya, menghapus foto, dan menyita baju kimononya.

Tang Jingyuan, seorang komentator politik mengatakan : “Gadis ini yang mengenakan baju kimono dan mengambil gambar di jalanan yang bergaya Jepang di Kota Shuzhou sebenarnya tidak melanggar hukum atau berperilaku tidak pantas. Jadi polisi itu sesungguhnya terlibat memprovokasi masalah demi menimbulkan pertengkaran”.

Sejumlah besar netizen Tiongkok menyampaikan protes atas kejadian yang dialami gadis, bahkan Hu Xijin pun menuliskan komentarnya : Tidak ada dasar hukumnya seseorang ditangkap karena memakai baju kimono. 

Insiden tersebut terjadi pada 10 Agustus, dan menduduki peringkat atas dalam pencarian panas di Internet Tiongkok. Komentator Tang Jingyuan percaya bahwa ini tampaknya sengaja diatur oleh PKT.

“Pejabat berwenang ingin menggunakan hari peringatan ini, memanfaatkan insiden kimono untuk mengemas pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan polisi selama ini, mengubah jejak mereka yang kotor menjadi tindakan yang tampaknya patriotik”, kata Tang Jingyuan. 

Tang Jingyuan percaya bahwa mulai dari insiden pembunuhan terhadap Shinzo Abe, kemudian insiden tugu peringatan para penjahat perang di Kuil Xuanzang, dan sekarang kasus baju kimono, PKT terus mengobarkan kebencian terhadap Jepang dengan tujuan untuk mengalihkan konflik sosial demi meredakan tekanan yang dihadapi. (sin)