Penasihat Gedung Putih Fauci Mundur Bukan Pertanda Baik Bagi Beijing

Zhou Xiaohui

Di tengah bermunculannya berbagai kekacauan di Tiongkok, dan berbarengan dengan pergulatan kalangan petinggi PKT (Partai Komunis Tiongkok) yang tak berkesudahan, belakangan ini telah terjadi sejumlah peristiwa penting di AS (Amerika Serikat) yang akan berdampak pada pergerakan situasi di masa depan. Selain Mahkamah Agung AS telah membatalkan kasus Roe v. Wade, dengan menyerahkan kembali hak aborsi kepada dewan legislatif dan warga masing-masing negara bagian, satu lagi peristiwa sebelum pemilu paruh waktu November mendatang, pada pemilu primer internal Partai Republik AS, kandidat partai yang direkomendasikan oleh mantan Presiden Trump memenangkan suara mayoritas, terutama yang belum lama ini Harriet Hageman dengan keunggulan mutlak mengalahkan anggota kongres Liz Cheney yang saat ini masih menjabat, hal ini semakin menonjolkan tekad warga pemilih konservatif dalam hal melindungi nilai-nilai tradisi Amerika.

 Dalam pidato Hageman setelah menang pemilihan, hingga belasan kali dia mengulangi kata-kata paralelisme yakni: “sudah cukup…”, dengan mengungkapkan masalah yang ada di AS saat ini dan ketidakpuasan warga AS, dia memenangkan gelombang demi gelombang sorak sorai dan tepuk tangan. Di antaranya dia mengemukakan “kita sudah cukup dengan Anthony Fauci!” dan baru saja kata-katanya ini terucap, Fauci sudah langsung bertindak.

 Pada 22 Agustus lalu, Direktur National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID) yang merangkap sebagai Kepala Laboratory of Immunoregulation, sekaligus sebagai Kepala Penasihat Medis Gedung Putih yakni Anthony Stephen Fauci mengeluarkan pernyataan, dirinya akan mundur dari jabatannya pada Desember mendatang. Fauci yang tahun ini telah berusia 81 tahun dan sudah sejak 1984 menjabat sebagai direktur lembaga tersebut, yang telah melalui 7 kali pergantian presiden AS, ia mengatakan alasan pengunduran dirinya karena berharap bisa “melakukan suatu hal lain”. Dan baru pada Juli lalu Fauci mengatakan kepada kantor berita Reuters, ia merencanakan pensiun sebelum masa jabatan Biden yang pertama berakhir, tapi kemungkinan bisa lebih awal.

“Melakukan suatu hal lain” jelas hanya sekedar alasan pengunduran dirinya, alasan yang sebenarnya adalah setelah virus PKT (atau COVID-19, atau Pneumonia Wuhan) mengakibatkan pandemi, sumber asal virus tersebut hingga kini belum ada kesimpulan yang pasti, tidak sedikit anggota dari Partai Republik menyerukan diadakannya investigasi terhadap Fauci yakni apakah dia memainkan fungsi terkait. Seiring dengan semakin dekatnya pemilu paruh waktu, semakin besar pula kemungkinan Partai Republik akan mengungkit kembali masalah itu di kongres, tak sedikit anggota Partai Republik berjanji setelah memenangkan sebanyak mungkin suara, akan memanggil Fauci memberikan kesaksian di hadapan kongres.

Steve Scalise selaku “cemeti” (party whip) Partai Republik di kongres setelah Fauci mengumumkan pengunduran dirinya menyebutkan, “Selama dua tahun lebih, anggota Partai Demokrat di kongres menolak mengadakan forum dengar pendapat terkait sumber asal virus Korona, atau pemerintah kita mungkin dalam hal finansial ikut serta dalam penelitian ‘peningkatan fungsional’. Pada saat anggota Partai Republik meraih kursi mayoritas tahun depan, kondisi ini akan berubah. Sangat senang mengetahui, setelah pensiun nanti, Dr. Fauci akan mempunyai banyak waktu untuk hadir dalam forum dengar pendapat,dan setelah dia resmi mengundurkan diri bisa berbagi pengetahuannya mengenai laboratorium di Wuhan, berikut akibat arahan dan pengawasannya yang terus menerus berubah, yang mengakibatkan misi yang salah harus dibebankan secara paksa kepada warga Amerika.”

Faktor pendorong lainnya yang membuat Fauci mempercepat pengunduran dirinya adalah pada akhir Juli lalu, Dr. Deborah Birx yang pernah menjabat sebagai koordinator Respon Virus Korona Gedung Putih di era Trump “berkhianat”. Menurut berita Fox News belum lama ini, Birx baru saja menerbitkan buku barunya yang berjudul “Face the Nation”, yang mengakui dirinya dan Fauci telah berbohong kepada Trump dan warga AS. Dia mengakui telah merekayasa fakta dengan dalih keamanan publik, memanipulasi laporan COVID-19 untuk menyesatkan masyarakat. Angka yang dikemukakannya soal 15 hari dan 30 hari untuk mencegah penularan serta menjaga jarak 6 kaki (sekitar 1,8 meter) dan berkumpul tak lebih dari 10 orang, adalah hasil rekayasa.

Fox News menyebutkan, Birx juga mengakui dirinya mengetahui peristiwa kebocoran laboratorium, dia memberitahu Daily Mail bahwa virus tersebut dibuat oleh para ilmuwan di Wuhan Institute of Virology, padahal pada 2020, dia malah mengatakan, tidak ada bukti yang dapat menguatkan bahwa kejadian itu adalah suatu kecelakaan laboratorium, dan mengatakan virus kemungkinan ditularkan dari binatang pada manusia.

“Memberontaknya” Birx jelas telah memberikan tendangan telak terhadap Fauci. Kalau kita melihat kembali konten lebih dari 800 pucuk surel Fauci yang diungkap, maka akan mengerti bahwa pengunduran diri Fauci itu adalah karena keterpaksaan, karena takut dimintai pertanggung-jawaban.

Pada Juni tahun lalu, lewat “Freedom of Information Act” AS surat kabar Washington Post, Buzzfeed, dan CNN telah memperoleh lebih dari 3.000 pucuk surel milik Fauci, waktu pengiriman surel dimulai dari Januari 2020 hingga Juni 2020. Dalam surel tersebut dapat diketahui kondisi awal merebaknya pandemi di AS, dan juga bagaimana Fauci berinteraksi dengan pemerintah, pejabat kesehatan dalam dan luar negeri, media massa, tokoh terkenal dan masyarakat biasa, di antaranya yang paling disoroti adalah masalah sumber asal virus.

Surel menunjukkan, Fauci bersama para koleganya telah mencermati semacam pernyataan pada beberapa bulan di awal 2020, yakni virus PKT kemungkinan berasal dari Wuhan Tiongkok akibat adanya kebocoran sebuah laboratorium di sana, akan tetapi Fauci terus membantah pernyataan tersebut, baru pada sidang senat pada 11 Mei 2021 lalu, Fauci terpaksa berdalih, mengatakan dirinya “tidak percaya” virus seperti itu tercipta secara alami, dan menyatakan mendukung investigasi. Lalu, ada satu pertanyaan: Awalnya sebelum melalui investigasi mengapa Fauci langsung menyangkal bahwa virus itu berasal dari kebocoran laboratorium? Mengapa dia kemudian mengubah pengakuannya pada sidang senat?

Di antara surel terdapat sepucuk surel yang dikirimkan oleh penanggung jawab lembaga penelitian biomedis terbesar di AS kepada Fauci, isinya menyebutkan “ciri-ciri yang tidak lazim” pada virus semacam ini mungkin menunjukkan bahwa virus tersebut “dirancang khusus”, terhadap hal itu Fauci menanggapi bahwa dirinya akan berdialog tentang masalah ini lewat telepon. Selain itu, pada April 2020, sepucuk surel yang dikirimkan oleh Francis Collins selaku Direktur National Institute of Health AS yang berjudul “konspirasi berubah menjadi epidemi”, respon Fauci terhadap surel ini sudah dihapus.

Pada 18 April, anggota tim WHO selaku sponsor Laboratorium Wuhan, yang juga Ketua EcoHealth Alliance New York yakni Peter Dasza mengirim surel kepada Fauci yang isinya berterima kasih atas penyangkalan Fauci terhadap “pernyataan bahwa virus berasal dari kebocoran laboratorium”. Dasza tidak hanya telah mendanai riset fungsional pada Wuhan Institute of Virology, tapi juga merupakan salah seorang investigator utama yang diutus WHO untuk menyelidiki laboratorium tersebut. EcoHealth Alliance yang dipimpinnya juga merupakan salah satu dari tiga besar lembaga yang memperoleh pendanaan dari National Institute of Health (NIH). Dia memanfaatkan “studi gain of functions” yang dilakukan virologis RRT yakni Shi Zhengli di Wuhan untuk mengajukan permohonan pendanaan dari NIH, yang kemudian “diberikan” kepada Wuhan Institute of Virology, dan Fauci adalah yang bertanggung jawab menyetujuinya.

Dalam surel dijelaskan pula, antara Fauci dengan Kepala Pusat Pengendalian dan Pengawasan Penyakit (CDC) RRT yakni George F. Gao terdapat interaksi melalui surel. Saat pandemi mulai menyebar ke seluruh dunia di awal 2020, dalam sepucuk surel dengan mantan Menteri Kesehatan AS pada Februari Fauci menyatakan, “Masker sebenarnya dipersiapkan bagi pasien yang terjangkit, tujuannya agar mencegah mereka menularkan virus pada orang yang belum terjangkit, dan bukan untuk melindungi orang yang belum terjangkit agar tidak tertular.” Dia juga menambahkan, masker yang dijual di toko-toko “tidak mampu secara efektif menangkal virus, karena virus tersebut berukuran sangat kecil, sehingga mampu menembus bahan masker”. Dan George F. Gao setelah diwawancarai majalah Science, media massa memberitakan bahwa Gao menuding masyarakat AS dan negara Barat lainnya yang tidak memakai masker, telah “membuat satu kesalahan besar”. Setelah itu dalam surel pada 2 Maret George F. Gao menjelaskan kepada Fauci, bahwa itu adalah wartawan sendiri yang telah membesar-besarkannya, dia sendiri tidak pernah menuding seperti itu, dan jawaban Fauci adalah “Maksud Anda sepenuhnya saya pahami. Tidak ada masalah”.

Ketika Fauci dikritik oleh kaum konservatif AS, dalam surel 8 April George F. Gao menghiburnya, “Saya telah membaca sejumlah berita (tapi semoga tidak benar), Anda sedang diserang oleh sejumlah orang. Dalam kondisi yang tidak rasional seperti sekarang ini, semoga Anda baik-baik saja”. Lalu tiga hari kemudian Fauci membalas surel itu dengan pernyataan terima kasih, disebutkan “Terima kasih atas perhatian Anda. Tapi walaupun ada beberapa orang gila, kondisi masih terkendali”. Perhatian dari George F. Gao terhadap Fauci sepertinya memiliki makna lain, apakah di balik keduanya terdapat kisah yang terselubung?

Ada satu lagi surel yang berkaitan dengan Tiongkok. Pada 17 Februari 2020, seseorang yang bernama Jodie Dillman mengirim surel kepada Fauci yang mengatakan seorang perawat di Harbin membocorkan rahasia. Dikatakan bahwa jumlah orang yang meninggal di Harbin jauh melampaui angka yang dipublikasikan, pasien dan petugas medis yang mati di lobi rumah sakit tak dimasukkan ke dalam daftar pasien meninggal, para petugas medis tidak mempunyai perlengkapan perlindungan, pokoknya semua orang yang sebelum mati tidak terdiagnosa positif maka tidak akan dianggap mati karena virus.

Akan tetapi, setelah menerima surel ini Fauci justru tidak menanggapinya, tidak hanya tidak mengirimkan lagi surel tersebut kepada orang lain sebagai tembusan, tapi juga tidak melaporkannya kepada Gedung Putih. Padahal di saat itu, ia telah mengetahui adanya pernyataan bahwa virus berasal dari laboratorium di Wuhan. Fauci mengabaikan berita penting seperti ini, dan menyangkal kalau virus berasal dari Wuhan, apa alasannya yang sebenarnya?

Lalu pada 7 September 2021, situs berita AS The Intercept mengungkap data sebanyak lebih 900 halaman tentang riset virus Korona yang didanai oleh NIAID yang dipimpin oleh Fauci. Dokumen tersebut mencakup pengajuan pengalihan dana yang sebelumnya tidak dipublikasikan, menunjukkan institut tersebut pernah mengalihkan dana pemerintah kepada Wuhan Institute of Virology di RRT. Dalam dokumen yang baru saja dipublikasikan itu menunjukkan bahwa lembaga yang dipimpin Fauci telah mendanai penelitian peningkatan fungsional yang dilakukan oleh Wuhan Institute of Virology, dengan memodifikasi dan meningkatkan tingkat penularan virus binatang, guna meneliti lebih lanjut dampaknya terhadap manusia.

Terhadap hal ini, senator Partai Republik Rand Paul di akun Twitter-nya mengatakan: “Saya telah meminta Departeman Kehakiman untuk memeriksa pernyataan kesaksian Fauci yang telah berbohong kepada kongres. Laporan ini seharusnya sudah sangat jelas menyatakan bahwa dia harus dituntut pertanggung-jawabannya.”

Bocornya surel Fauci dan terungkapnya informasi terkait, serta pernyataan kesaksian Dr. Birx, menjelaskan bahwa departemen terkait AS sebenarnya sejak awal sudah mengetahui bahwa virus COVID-19 berasal dari Wuhan, Tiongkok, dan pihak AS telah ikut mendanai virus PKT, Fauci sedang berupaya menutupi fakta. Sebagai seorang warga AS sekaligus penasihat medis kepresidenan, kepentingan siapakah yang diutamakan oleh Fauci?

Walaupun Fauci menutupinya, walaupun penguasa PKT terus menekankan virus itu berasal dari alam bebas, tapi negara Barat yang dipimpin AS, terus menyelidiki sumber asal virus PKT tersebut, dan semakin lama semakin banyak bukti yang menjelaskan, semakin banyak pakar dan tokoh dunia yang menilai, bahwa virus tersebut berasal dari Wuhan Institute of Virology.

Pada April 2020, Presiden kala itu Donald Trump menyatakan, dirinya telah mempunyai bukti bahwa virus yang mengakibatkan pandemi global kali ini berasal dari sebuah laboratorium di Wuhan. Menlu Pompeo ketika diwawancarai media massa pada Mei, menyatakan, “Ada banyak bukti yang menjelaskan bahwa virus tersebut berasal dari laboratorium di Wuhan. Harus diingat, RRT memiliki sejarah menulari seluruh dunia, mereka memiliki catatan menjalankan laboratorium yang tidak memenuhi syarat. Ini sudah bukan pertama kalinya, seluruh dunia telah terpapar virus akibat kesalahan fatal yang diakibatkan laboratorium milik RRT.”

Pada Mei 2021, Presiden AS Biden menginstruksikan, agar badan intelijen menginvestigasi dan menyerahkan laporannya terkait sumber asal COVID-19 dalam tempo 90 hari. Walaupun kesimpulan dari laporan tersebut tidak jelas dan samar-samar, tapi telah membuat PKT berkeringat dingin.

Dan pada September 2021 organisasi pelacakan virus global yakni DRASTIC, dari sejumlah pelapor yang disamarkan identitasnya memperoleh dokumen dari EcoHealth Alliance yang mengajukan dana riset pada Badan Proyek Riset Lanjutan Pertahanan (DARPA) AS yang menunjukkan, Ketua EcoHealth Alliance yakni Peter Dasza pada 2018 mengajukan kontrak kepada Pentagon, yang menyangkut “penelitian peningkatan fungsional” yang berbahaya, dokumen ini membuktikan bahwa virus PKT adalah dibuat atau diperkuat di dalam laboratorium, dan orang yang bekerjasama dengan Peter Dasza adalah Shi Zhengli selaku pakar virology dari Wuhan Institute of Virology.

Pada 17 Desember 2021, saat diwawancarai oleh Fox News Trump menyebutkan PKT telah menghancurkan seluruh dunia, dan harus membayar ganti rugi sebesar USD 60 Triliun (891.156 triliun rupiah, per 28/08) akibat pandemi pneumonia Wuhan itu. Trump juga menyebutkan bahwa PKT telah memeras AS selama bertahun-tahun di bidang ekonomi. Dan pada Agustus, ganti rugi yang diajukan Trump adalah minimal USD 10 Trilyun (148.526 triliun rupiah), dia juga mengusulkan agar “sebagai langkah pertama, semua negara harus menghapus semua hutang mereka kepada Tiongkok, sebagai pembayaran di muka atas uang ganti rugi ini.” Ini menandakan, bukti di tangan Trump menunjukkan virus PKT berasal dari Wuhan Institute of Virology, dan karena RRT sengaja menutupinya dari dunia, dan membiarkan virus tersebut menyebar ke seluruh dunia, sehingga berjatuhanlah begitu banyak korban jiwa dan orang yang tertular.

Apabila pada pemilu paruh waktu AS pada November nanti, Partai Republik berhasil merebut kembali kendali atas kongres, bahkan sampai kamar senat, maka “Justice for Victims of COVID19 Act” yang diajukan oleh senator Josh Hawley yang menuntut pertanggung jawaban RRT yang telah menyebabkan virus menyebar ke seluruh dunia, mungkin ada peluang akan diloloskan. Dan undang-undang tersebut akan mencabut hak kekebalan hukum RRT, dan terhadap perilaku jahat RRT — seperti membungkam pelapor, dan menutupi informasi penting terkait virus PKT — dan akan dapat ditempuh hak gugatan pribadi.

UU akan mengizinkan pengadilan membekukan aset milik pemerintah RRT, agar dapat memberikan ganti rugi kepada korban. UU tersebut mengusulkan agar Kementerian Luar Negeri membentuk tim kerja khusus membantu korban COVID-19 menggugat, melakukan investigasi internasional terhadap kelalaian Beijing mengatasi pandemi, termasuk memanfaatkan WHO untuk menutupi kebohongannya. Jika rezim RRT menolak tuntutan ganti rugi internasional, AS akan memimpin kekuatan internasional, untuk mendapatkan ganti rugi dari pemerintah RRT, termasuk menyiapkan program pemaksaan Beijing mempersiapkan ganti rugi.

Dengan sendirinya, pengunduran diri Fauci bukan pertanda baik. Apakah ini tidak akan membuat Beijing ketakutan? Dan ketakutan ini akan semakin besar seiring dengan mundurnya Fauci, seiring dengan semakin banyaknya korban, serta serangkaian peristiwa yang sedang terjadi di AS. Semakin banyak pertanda yang menunjukkan, cepat atau lambat dalam hal sumber asal virus, PKT akan diserang dan dituntut pertanggung-jawabannya oleh seluruh dunia. (sud)