“Grey Rhino” Terus Berlarian Mendekat Jelang Kongres Nasional PKT ke-20

oleh Li Ming

Hanya tinggal seminggu tersisa menjelang penyelenggaraan Kongres Nasional ke-20 Partai Komunis Tiongkok, beberapa ekor “Gray Rhino” (“badak abu-abu”adalah metafora untuk potensi krisis dengan probabilitas tinggi dan berdampak besar terhadap pertumbuhan ekonomi) seperti devaluasi renminbi, terbengkalainya pembangunan sejumlah gedung apartemen, dan penipisan cadangan keuangan pemerintah daerah terus berlari mendekat. Beberapa hari yang lalu, sebuah media Taiwan menyebutkan bahwa pemerintah Tiongkok berpotensi menghadapi risiko keuangan sistemik.

Pada 9 Oktober, Sidang Pleno Ketujuh Komite Sentral Partai Komunis Tiongkok ke-19 diadakan di Beijing, menandai tahap persiapan akhir untuk Kongres Nasional Partai Komunis Tiongkok ke-20. Pada hari yang sama, media berita keuangan Taiwan “Economic Daily News” mengeluarkan artikel yang mengungkapkan bahwa ekonomi Tiongkok sedang menghadapi serudukan dari “Gray Rhino” seperti devaluasi renminbi, badai bangunan yang terbengkalai, dan kebijakan Nol Kasus yang ketat. Jika otoritas gagal menanganinya dengan baik, selain pertumbuhan ekonomi akan terpukul, bahkan mungkin menghadapi risiko keuangan sistemik.

“Gray Rhino” pertama adalah devaluasi renminbi.

Artikel tersebut mengungkapkan bahwa devaluasi RMB telah berlangsung sangat cepat dan ganas sejak awal tahun ini. Baru-baru ini, nilai tukar RMB terhadap USD telah terdepresiasi menjadi RMB. 7,2 untuk USD.1,-. Harga ini adalah pertama kalinya terjadi sejak tsunami keuangan pada tahun 2008, dengan tingkat depresiasi yang mencapai 13%. Dalam konteks harga komoditas global yang tinggi, devaluasi renminbi telah menjadi “pedang bermata dua”. Karena minyak mentah, logam, produk pertanian, dan komoditas lainnya semuanya dalam mata uang dolar AS, depresiasi yang tajam akan melemahkan daya beli renminbi, dan bahkan memicu inflasi harga barang impor, yang akan mengarah pada pengetatan lebih lanjut dari pasar permintaan domestik yang sebenarnya sudah terus melemah. .

Dijelaskan bahwa depresiasi renminbi yang berlebihan akan menyebabkan kepercayaan negara lain terhadap mata uang renminbi runtuh, dan juga akan mendorong arus keluar modal. Fenomena “pembunuhan ganda saham dan valuta asing” yang umum terjadi di pasar keuangan sering disebabkan oleh devaluasi mata uang. Begitu modal asing melihat terjadi devaluasi nilai renminbi, maka mereka akan menjual saham untuk mendapatkan uang tunai, kemudian mengirim dananya keluar negeri, sehingga membentuk sebuah lingkaran setan.

“Gray Rhino” kedua adalah kebijakan Nol Kasus dalam mencegah epidemi.

Artikel tersebut menyebutkan bahwa penyebaran virus COVID-19 telah meningkat, ditambah dengan faktor politik yang dihadapi rezim menjelang Kongres Nasional ke-20, pemerintah daerah yang membabi buta untuk menerapkan lockdown menyebabkan macetnya ekonomi daerah selain memberikan dampak besar terhadap kehidupan warga, sehingga keluhan dan protes masyarakat muncul dimana-mana.

Faktanya, dalam beberapa bulan terakhir wabah COVID-19 muncul dan hilang di seluruh negeri, termasuk Beijing, Shanghai, Tianjin, Guangzhou, Shenzhen, Chengdu, dan kota-kota tingkat pertama lainnya. Banyak kota telah mengalami penguncian yang lamanya berbeda-beda. Jelas pertumbuhan ekonomi terganggu serius olehnya, dan menimbulkan banyak bencana bagi mata pencaharian masyarakat. Warga yang dikurung menderita kelaparan, tidak dapat mencari perawatan medis tepat waktu, dan harga barang melonjak tajam.

Selain 2 ekor “Gray Rhino” yang disebutkan di atas, penipisan fiskal pemerintah daerah adalah “Gray Rhino” terbesar yang dihadapi otoritas Tiongkok.

Sejak awal tahun ini, pemborosan keuangan pemerintah dari pusat sampai ke daerah menjadi semakin jelas. Beberapa pengamat mengungkapkan bahwa krisis keuangan di Tiongkok telah muncul. Ini menjadi “Gray Rhino” terbesar yang harus dihadapi Xi Jinping setelah Kongres Nasional ke-20 jika ia tetap ingin terus mempertahankan kedudukannya.

Penipisan fiskal pertama kali dimanifestasikan dalam kesulitan keuangan pemerintah daerah. Sejak musim panas tahun ini, berita tentang gaji pegawai negeri dan guru di banyak kota terpaksa disunat beredar santer. Hal itu juga dialami oleh sejumlah kota terletak di wilayah selatan Sungai Yangtze yang dulunya terkenal makmur.

Yan Chungou, seorang media senior, dalam artikelnya yang berjudul “Penyusutan Cadangan Keuangan Merupakan Gray Rhino Terbesar Tiongkok” mengungkapkan bahwa hubungan hirarki dalam kepemimpinan PKT dipertahankan dengan memperkaya kantongnya sendiri tetapi bukan dengan kata-kata kosong seperti nilai-nilai. Dan keserakahan adalah pelumas bagi rezim PKT dalam menjalankan operasionalnya. Setelah cadangan fiskal pemerintah daerah kosong, maka ruang korupsi bagi pejabat di semua tingkatan menjadi menyempit, yang akhirnya pasti akan menjurus kepada “gesekan antara atas dengan bawah”. Oleh karena itu, secara umum, “pemerintah tidak akan memotong pendapatan pejabat dan pegawai pemerintah di semua tingkatan kecuali jika situasi benar-benar sangat parah”.

Tapi sekarang, selain gaji pegawai pemerintah di berbagai provinsi telah terkena potongan. Guru dan tenaga medis pun tidak terkecuali. Bahkan para petugas ber-APD yang bertugas dalam pencegahan dan pengendalian epidemi juga ikut bergabung dalam barisan menuntut dibayarnya gaji mereka. Penyusutan keuangan pemerintah daerah yang serius dapat kita lihat dari sini.

Artikel lebih lanjut menunjukkan bahwa menipisnya sumber daya keuangan pemerintah daerah berasal dari kemerosotan ekonomi yang sulit untuk dibalikkan keadaannya serta penurunan keseluruhan industri real estat. “Pemerintah daerah tidak lagi dapat menghasilkan uang dari menjual tanah, sedangkan penerimaan dari pajak pemerintah pusat juga menurun tajam akibat krisis ekonomi. Sehingga pemerintah pusat tidak berdaya untuk menyelamatkan pemerintah daerah. Bertambah sulitlah pemerintah daerah dalam upaya penyelamatan diri. Hubungan antara pemerintah pusat dengan daerah selain tidak dapat saling memberi keuntungan, malahan saling berebut keuntungan. Dan situasi ini dapat diringkas dengan tepat oleh pepatah terkenal Mencius – 上下交征利而國危矣 (dibaca : Shangxia jiao zhenglì er guo wei yi, yang artinya : Dari raja hingga rakyat jelata semua pihak bersaing satu sama lain dalam merebut kepentingan, yang pasti akan mengarah pada pembunuhan raja dan perampasan takhta, dan negara akan berada dalam bahaya karenanya).

Artikel itu dengan blak-blakan menyatakan : “Air yang membeku setebal 3 kaki tidak karena pendinginan yang terjadi sehari. Sistem kediktatoran PKT yang telah diterapkan dalam jangka panjang telah menciptakan situasi buruk hari ini yang sulit untuk diperbaiki”.

Beberapa netizen daratan Tiongkok juga memberikan  komentar di bawah laporan terkait di situs web luar negeri berbahasa Mandarin : “Saya pikir tidak cuma 2 ekor Gray Rhino ! Tampaknya ada sekelompok Gray Rhino yang sedang berlari mendekat. Krisis Selat Taiwan, krisis nuklir Korea Utara , decoupling karena sanksi AS, dan ambruknya pasar real estat yang belum teratasi ……” (sin)