Lebih dari 200 Turis Tiongkok Tiba di Bali dengan Penerbangan untuk Pertama Kalinya Setelah 3 Tahun

Aldgra Fredly

Sebuah pesawat sewaan yang membawa 210 wisatawan dari Daratan Tiongkok tiba di Pulau Bali untuk pertama kalinya setelah tiga tahun pembatasan perbatasan yang diinduksi COVID yang diberlakukan oleh rezim Tiongkok.

Penerbangan Lion Air berangkat dari Shenzhen dan mendarat di bandara internasional di Bali pada 22 Januari, penerbangan pertama sejak Partai Komunis Tiongkok (PKT) melonggarkan pembatasan perjalanannya pada 8 Januari lalu.

Deputi Bidang Pemasaran Kemenparekraf/Baparekraf, Ni Made Ayu Marthini,mengatakan, Indonesia berharap menerima 255.300 wisatawan dari Tiongkok tahun ini. Indonesia telah menerima 94.924 pengunjung Tiongkok dari Januari 2022 hingga Oktober 2022.

“Namun, target jumlah pengunjung Tiongkok mudah-mudahan bisa terlampaui, dan kalau bisa bisa sama dengan 2019,” kata Marthini kepada media.

Indonesia mempertahankan persyaratan masuk yang longgar, sementara negara lain, seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Malaysia, telah memberlakukan aturan masuk COVID-19 bagi pendatang dari Tiongkok karena meningkatnya infeksi COVID-19 di Daratan Tiongkok.

Pada Desember 2022, Presiden Jokowi Widodo mengatakan kemungkinan rendah peningkatan kasus COVID-19 yang dibawa oleh pelancong asing, dengan alasan kekebalan penduduk Indonesia terhadap virus tersebut.

“Selama serosurvey kita menunjukkan hasil di atas 90 persen, artinya kita sudah memiliki imunitas yang baik, maka apa pun yang kita hadapi tidak akan menjadi masalah,” kata Widodo seperti dikutip dari The Jakarta Post.

Tiongkok merupakan salah satu pasar terbesar bagi inbound tourism di Indonesia. Kembalinya wisman Tiongkok diharapkan dapat mendukung keseluruhan target kedatangan wisman tahun ini. Sandiaga Uno, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, mengatakan, Indonesia menargetkan untuk mencatat 3,5 juta hingga 7,4 juta kunjungan asing.

Kurangnya Transparansi dalam Data Tiongkok

Telah ada kekhawatiran yang semakin meningkat atas kebenaran data Partai Komunis Tiongkok (PKT), partai penguasa di Tiongkok, dalam melaporkan situasi wabah di negaranya, mengikuti laporan rumah sakit dan rumah duka yang penuh sesak setelah PKT tiba-tiba meninggalkan kebijakan nol-COVID-nya pada Desember 2022.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mendesak PKT untuk mengumumkan jumlah infeksi dan kematian di Tiongkok. Yan Limeng, seorang virologis asal Tiongkok, menuduh PKT menutupi data tentang infeksi dan virus di Tiongkok.

“Penyebaran COVID-19 baru-baru ini telah menyebabkan gejala yang jauh lebih parah di Tiongkok bila dibandingkan  dengan  negara lain, dan korban tewas sangat tinggi,” ujar Yan.

Dia adalah anggota Lab Referensi H5 influenza WHO yang berbasis di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hong Kong sebelum dia melarikan diri ke Amerika Serikat setelah mempertanyakan asal-usul virus COVID-19.

Chen Cao, seorang peneliti penyakit virus di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok, mengatakan pada konferensi pers pada 13 Januari bahwa 19 cabang evolusi varian virus Omicron telah terdeteksi di negara itu dari 1 Desember 2022 hingga 10 Januari 2023.

Menurut Chen, subvarian BA.5.2 dan BF.7 adalah dua sub- varian yang dominan, terhitung 97 persen dari total 19 cabang yang terdeteksi selama ini. Chen tidak memberikan detail lebih lanjut tentang 19 subvarian tersebut.

“Tetapi tidak masuk akal bahwa varian yang sama telah menghasilkan wabah pandemi yang berbeda di Tiongkok dan dunia,” kata Yan kepada The Epoch Times edisi bahasa Mandarin dalam wawancara eksklusif pada 10 Januari.

Ia juga mengatakan : “Kami sudah menemukan sub- varian BF7 dan XBB di luar negeri. Rezim komunis Tiongkok mengklaim bahwa subvarian yang ditemukan di Tiongkok sama dengan yang ditemukan di luar negeri. Sangat tidak masuk akal jika variannya sama, karena menimbulkan gejala (di Tiongkok) yang jauh lebih parah daripada di luar negeri.”

Yan, seorang peneliti postdoctoral yang berspesialisasi dalam virologi dan imunologi di Universitas Hong Kong sebelum melarikan diri ke Amerika Serikat, mengatakan bahwa para peneliti telah menemukan perubahan yang sangat kecil — lokus yang dapat lolos dari kekebalan — setelah analisis urutan genomik dari virus yang dibawa oleh pelancong Tiongkok ke Italia.

“Ketika kita berbicara tentang Omicron, itu telah menunjukkan beberapa karakteristik umum selama setahun terakhir: Terutama merusak saluran pernapasan bagian atas dan hampir tidak masuk ke paru-paru. Begitu banyak orang mungkin berpikir bahwa Omicron tidak begitu mematikan,” kata Yan. Namun, menurutnya, hal ini masih belum tentu benar dengan semua subvariannya.

“Jika beberapa subvariannya bermutasi di beberapa lokus khusus, subvarian tersebut harus dianggap sebagai subvarian yang independen, meskipun masih merupakan subvarian dari Omicron,” kata Yan.

“Misalnya, seperti di Italia, kami telah menemukan melalui analisis urutan genomik lokus yang dapat melarikan diri dari kekebalan di subvarian (Omicron) yang dibawa oleh pelancong Tiongkok. Artinya, meskipun varian Omicron ini terlihat sangat mirip dengan Omicron yang telah kita kenal sebelumnya, mereka memiliki perubahan kecil yang terutama muncul di lokus ini yang dapat menyebabkan lolosnya virus dari kekebalan tubuh. Begitu virus lolos dari kekebalan, itu menyebabkan lebih banyak kerusakan pada tubuh manusia.”

Dia mencatat bahwa inilah mengapa kasus COVID-19 di Tiongkok lebih parah daripada di negara lain.

Mengenai lolosnya virus dari kekebalan, Yan menjelaskan bahwa sebagian besar orang Tiongkok seharusnya memiliki beberapa antibodi komprehensif setelah tiga tahun wabah pandemi di negara tersebut.

Ia juga mengatakan, “Tetapi varian virus akan melewati antibodi ini, dan tubuh Anda akan sama dengan kehilangan pertahanannya terhadap virus ini lagi.” (osc)