Gelombang Panas Ekstrem Melanda Iran, Suhu Udara di Wilayah Pesisir  Mencapai 70°C

 oleh Li Zhaoxi – NTD

Wilayah Teluk Persia sedang dilanda gelombang panas dan kelembaban. Pada Selasa (8 Agustus), indeks panas (indeks gabungan antara suhu udara dan kelembaban relatif) di wilayah pesisir Iran mencapai setinggi 158°F (setara 70°C). Berada di luar rumah selama beberapa jam sudah menjadi cobaan berat bagi tubuh.

Menurut informasi dari NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration), Indeks Panas yang mendekati atau melebihi 130°F sudah termasuk berada dalam kisaran peringatan merah bahaya ekstrem bagi tubuh manusia.

Indeks panas di kawasan Teluk Persia di siang hari sering mencapai 140°F (setara 60°C) dalam beberapa pekan terakhir, dengan sedikit penurunan di malam harinya. Suhu air di permukaan laut Teluk Persia telah mencapai seperti air panas di bak mandi yang 97,6°F (setara 36,4°C) dalam beberapa hari terakhir, suhu yang terpanas dalam 20 tahun terakhir.

Pada Selasa (8 Agustus), indeks panas di sebuah tempat di Pulau Qeshm Iran, yang terletak di pertemuan antara Teluk Persia dan Teluk Oman mencapai 158°F (setara 70°C). Indeks panas di Assaluyeh, pusat minyak dan energi Iran mencapai 146°F (setara 63,3°C).

Pekan lalu, warga Iran mengalami hari-hari panas yang belum pernah terjadi sebelumnya. Pemerintah terpaksa memberlakukan liburan 2 hari gara-gara suhu di Provinsi Khuzestan melonjak sampai di atas 126°F (setara 51°C).

Kota pelabuhan utama Bushehr, tempat program nuklir kontroversial Iran, juga mengalami periode panas ekstrem yang luar biasa panjang tahun ini. Suhu tinggi yang berkisar antara 118°F hingga 128°F terjadi 2 hingga 3 kali lebih sering dari biasanya. Demikian menurut Iowa Environmental Mesonet (IEM), sebuah jaringan pemantauan lingkungan dan cuaca di Iowa, AS.

Profesor Amir Givati dari Departemen Studi Lingkungan Universitas Tel Aviv mengatakan, bahwa mungkin saja banyak orang beranggapan Death Valley di California adalah tempat terpanas di Bumi, padahal tempat terpanas di permukaan planet ini sebenarnya adalah Dasht-e Lut (Gurun Lut) Iran.

Sahar Tajbakhsh, Kepala Organisasi Meteorologi Iran mengatakan kepada Kantor Berita Pelajar Iran (ISNA) bahwa tingkat kenaikan suhu nasional telah mencapai 2 kali lipat dari suhu rata-rata global. Selain suhu yang tinggi, penurunan curah hujan yang signifikan juga menambah keresahan.

Menurut sebuah laporan penelitian yang diterbitkan di jurnal “Lancet Planet Health” pada April tahun ini, Iran menjadi negara dengan kematian terkait cuaca panas perkapita tertinggi di antara negara-negara di Timur Tengah dan Afrika Utara. “Setiap tahun ada lebih dari 1.700 orang di Iran, atau 11 per 10.000 orang yang meninggal dunia akibat cuaca panas. angka tersebut 5 kali lipat lebih tinggi dari rata-rata kematian akibat cuaca panas di Timur Tengah yang 2,5 per 10,000 orang.

“Iran adalah negara besar yang krisis infrastruktur. Cuaca panas tinggi tetapi orang sulit mendapatkan air. Sungai mengering dan pertanian di negara itu rusak parah”, kata Profesor Amir Givati.

Dia mengatakan bahwa ini adalah “krisis besar” bagi Iran, tetapi pemerintah belum juga mengambil langkah-langkah adaptasi yang diperlukan. (sin)