IDF Memberi Waktu 4 Jam bagi Penduduk Kota Gaza untuk Mengungsi Sebelum Melancarkan Serangan

oleh Li Yan

Pada Selasa 7 November, Israel memberi waktu empat jam kepada warga sipil yang masih terjebak di Kota Gaza untuk segera mengungsi. Warga yang melarikan diri dari kota tersebut mengatakan bahwa mereka telah melihat tank-tank Israel dalam posisi bersiap menyerang Kota Gaza.

Israel mengatakan pasukannya telah mengepung Kota Gaza dan bersiap melancarkan serangan segera untuk memusnahkan kelompok teroris Hamas yang menyerang kota-kota Israel sebulan lalu. Sepertiga dari 2,3 juta penduduk Jalur Gaza tinggal di Kota Gaza.

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan pada Senin bahwa setelah militan yang telah menguasai Gaza selama 16 tahun terakhir dikalahkan, Israel akan memikul tanggung jawab atas keamanan wilayah tersebut tanpa batas waktu. Ini merupakan komentar pertamanya mengenai rencana masa depan Gaza pasca konflik Israel – Palestina.

“Saya percaya Israel dapat memikul tanggung jawab keamanan secara keseluruhan tanpa batas waktu karena Israel telah melihat konsekuensinya jika kita tidak melakukan hal itu”, kata Netanyahu kepada ABC News.

Perang yang dipicu serangan mendadak dengan menerobos pagar perbatasan Gaza oleh Hamas pada 7 Oktober tahun ini, telah menewaskan 1.400 orang warga Israel yang sebagian besar adalah sipil, dan menculik lebih dari 200 orang lainnya. Sejak itu, Israel melancarkan serangan ke Jalur Gaza yang dikuasai Hamas dalam upaya melenyapkan kelompok militan tersebut. Menurut pejabat kesehatan Gaza, konflik tersebut telah menewaskan lebih dari 10.000 orang.

Namun, juru bicara Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat mengatakan pada Senin bahwa pihak departemen Gaza telah membesar-besarkan jumlah korban tewas dan memberikan data yang tidak akurat.

Israel menawarkan warganya kesempatan untuk meninggalkan Kota Gaza mulai pukul 10.00 hingga 14.00. Kementerian Dalam Negeri Gaza menyebutkan 900.000 warga Palestina masih mengungsi di Gaza utara, termasuk Kota Gaza.

Militer Israel mengumumkan : “Demi keselamatan kalian, mohon manfaatkan kesempatan berikutnya untuk bergerak ke selatan, melewati Wadi Gaza”. Wadi Gaza mengacu pada lahan basah yang membagi Jalur Gaza menjadi 2 bagian.

Warga Gaza Adam Fayez Zeyara mengatakan kepada Reuters : “Ini adalah perjalanan paling berbahaya dalam hidup saya. Kami melihat tank dari dekat. Kami melihat kematian”.

Warga mengatakan bahwa tank-tank Israel kebanyakan beroperasi pada malam hari dan pasukan Israel terutama mengandalkan tembakan udara dan artileri untuk membuka jalan bagi serangan darat.

Gencatan senjata

Militer Israel mengatakan bahwa pihaknya telah merebut kompleks militan di Jalur Gaza utara dan bersiap menyerang militan yang bersembunyi di terowongan. Video yang dirilis oleh tentara Israel menunjukkan pasukan menggunakan buldoser untuk menggali tanah dan merobohkan tembok.

Letnan Kolonel Israel Richard Hecht mengatakan kepada wartawan bahwa tidak jarang militan Hamas “keluar” dari pintu terowongan untuk melemparkan granat atau meluncurkan roket ke arah pasukan Israel.

“Jadi saat kami memasuki dan mendekati Kota Gaza, kami akan berupaya membongkar terowongan-terowongan itu”, katanya.

Pihak militer mengatakan, pesawat Israel menyerang beberapa militan Hamas yang bersembunyi di sebuah gedung dekat rumah sakit al-Quds di Kota Gaza.

Baik Israel dan Hamas menolak seruan gencatan senjata. Israel mengatakan para sandera harus dibebaskan terlebih dahulu. Sementara Hamas menginginkan hal sebaliknya.

Netanyahu mengatakan bahwa gencatan senjata menyeluruh akan menghambat upaya perang Israel, namun penangguhan pertempuran karena alasan kemanusiaan dapat terus dipertimbangkan tergantung pada situasinya.

Gedung Putih mengatakan bahwa Presiden AS Joe Biden telah membahas gencatan senjata sementara dengan PM. Netanyahu melalui panggilan telepon pada Senin, menegaskan kembali dukungan untuk Israel sambil menekankan bahwa Israel harus melindungi warga sipil. Amerika Serikat mendukung pernyataan Israel bahwa Hamas dapat menggunakan gencatan senjata menyeluruh untuk menghimpun kekuatan.

Netanyahu mengatakan Israel akan mempertimbangkan “jeda taktis” dalam pertempuran di Gaza untuk memungkinkan para sandera pergi atau bantuan masuk, namun ia kembali menolak seruan gencatan senjata.

Sejak pekan lalu, ratusan warga Gaza pemegang paspor asing telah diterima masuk Turkiye melalui Rafah. Namun banyak warga Gaza yang masih terjebak di Jalur Gaza. (sin)