Korban Tewas Bertambah Jadi 18 Orang dalam Ledakan Tungku Smelter di Pabrik Nikel Milik Tiongkok

The Associated Press

Jumlah korban tewas akibat ledakan tungku peleburan di pabrik nikel milik Tiongkok di pulau Sulawesi Tengah, bertambah menjadi 18 orang pada  Selasa 26 Desember, ketika polisi memerintahkan pabrik tersebut untuk menghentikan operasinya sampai penyelidikan selesai.

Ledakan tersebut, yang terjadi pada Minggu, adalah yang terbaru dari serangkaian korban jiwa di pabrik peleburan nikel di Indonesia yang merupakan bagian dari program pembangunan transnasional ambisius rezim komunis Tiongkok yang dikenal sebagai the Belt and Road Initiative.

Nikel adalah komponen kunci dalam produksi baterai global untuk kendaraan listrik.

Empat pekerja Tiongkok dan sembilan pekerja Indonesia tewas seketika pada hari Minggu itu ketika tungku meledak saat mereka sedang memperbaikinya. pernyataan tersebut disampaikan oleh Kapolda Sulawesi Tengah (Sulteng) Irjen Agus Nugroho. Tiga korban lagi meninggal sehari kemudian saat dirawat di rumah sakit setempat.

Dua pekerja lagi meninggal pada Selasa 26 Desember  saat dirawat di rumah sakit, sehingga jumlah total korban jiwa menjadi 18 orang, termasuk delapan pekerja dari Tiongkok, ungkap Deddy Kurniawan, juru bicara PT Indonesia Morowali Industrial Park, yang dikenal sebagai PT IMIP, perusahaan induk dari PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel, tempat ledakan terjadi.

Pabrik tersebut berada di lingkungan Bahodopi, Kabupaten Morowali.

“Kami telah memerintahkan PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel untuk menghentikan operasinya sampai seluruh penyelidikan kami selesai,” kata Nugroho, seraya menambahkan bahwa pihak berwenang telah membentuk tim untuk menentukan apakah kelalaian perusahaan tersebut menyebabkan kematian. Ia juga mengatakan, ledakannya sangat dahsyat hingga menghancurkan tungku dan merusak sebagian dinding samping bangunan.

Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Sulawesi Tengah Arnold Firdaus mengatakan tim investigasi gabungan beranggotakan 18 orang yang terdiri dari pejabat pemerintah pusat di Jakarta dan kelompok kerja dari Kedutaan Besar Tiongkok.

PT IMIP mengatakan dalam pernyataannya pada Minggu bahwa tungku tersebut sedang dalam pemeliharaan dan tidak beroperasi pada saat ledakan terjadi. Namun, “sisa terak di dalam tungku” bersentuhan “dengan benda yang mudah terbakar”, menyebabkan dinding tungku runtuh dan sisa terak baja mengalir keluar.

Deddy Kurniawan mengatakan, tim penyelamat memadamkan api dan mengevakuasi pekerja setelah operasi hampir empat jam. 

Sekitar 41 pekerja masih dirawat di rumah sakit dan klinik perusahaan pada hari Selasa dengan luka serius hingga ringan, termasuk 11 warga negara Tiongkok. Tiga diantaranya yang mengalami luka bakar serius akan diterbangkan ke Tiongkok untuk perawatan lebih lanjut. 

Ini adalah tragedi ketiga tahun ini yang terjadi di pabrik peleburan nikel milik Tiongkok di provinsi Sulawesi Tengah, yang memiliki cadangan nikel terbesar di Indonesia.

Dua operator dump truck tewas ketika mereka tertelan dinding material mirip lumpur hitam menyusul runtuhnya tempat pembuangan limbah nikel pada April.

Pada Januari lalu, dua pekerja, termasuk seorang warga negara Tiongkok, tewas dalam kerusuhan yang melibatkan pekerja dari kedua negara di perusahaan patungan Indonesia-Tiongkok di kabupaten tetangga, Morowali Utara.

Tahun lalu, sebuah truk pemuat menabrak dan menewaskan seorang pekerja Tiongkok ketika ia sedang memperbaiki jalan di area pertambangan PT IMIP, dan seorang pria Indonesia terbakar hingga meninggal ketika tungku di pabrik perusahaan tersebut meledak.

Hampir 50 persen saham PT IMIP dimiliki oleh holding asal Tiongkok, dan sisanya dimiliki oleh dua perusahaan Indonesia. Pabrik ini mulai beroperasi pada tahun 2013 dan kini menjadi kawasan industri berbasis nikel terbesar di Indonesia.