Tidak Disangka, Pegawai Perusahaan Listrik Tiongkok Juga Turun ke Jalan Menuntut Pembayaran Gaji

NTD

Akibat kondisi keuangan yang sedang sulit, banyak departemen Tiongkok menunggak pembayaran gaji karyawannya. Baru-baru ini, sebuah rekaman video yang menunjukkan demo karyawan perusahaan listrik dari suatu tempat di Tiongkok menuntut pembayaran gaji mereka beredar luas di Internet. Ada netizen menyindir lewat komentarnya yang berbunyi : Tidak disangka juga, perusahaan yang menyedot uang rakyat dengan mempercepat pemutaran meterannya pun menunggak gaji karyawannya.

Beberapa hari lalu, beredar luas di Internet Tiongkok sebuah rekaman video karyawan perusahaan listrik di suatu tempat di Tiongkok, ada pria dan wanita yang berunjuk rasa menuntut pembayaran gaji mereka yang belum dibayarkan. Bahkan ada juga pengunjuk rasa yang memakai seragam perusahaan listrik.

Di barisan depan pawai terdapat 2 spanduk besar dengan tulisan yang tercetak di atas kertas putih berbunyi : “Pegawai Biro Penyediaan Tenaga Listrik menuntut pembayaran gaji”, dan spanduk kedua bertuliskan : “Bayarkan uang hasil jerih payah kami !” Sebagian besar pengunjuk rasa di belakang memegang kertas putih bertuliskan : “Menuntut pembayaran upah”.

Lewat video sulit untuk mengetahui kapan dan di mana unjuk rasa itu terjadi. Tetapi dari aksen videografer, tampaknya kejadian tersebut berada di selatan wilayah Tiongkok.

Video tersebut memicu perbincangan di media sosial. Beberapa netizen mengatakan bahwa perusahaan penyediaan tenaga listrik adalah departemen paling berduit. “Sekali pun dipukuli saya tidak akan percaya bahwa perusahaan listrik tidak punya uang untuk membayar gaji”. Namun, ada juga netizen yang berkomentar : Kenaikan harga bahan bakar saat ini adalah “akibat kelesuan ekonomi, dan pasokan listrik diperkirakan akan terbatas sebelum akhir tahun ini”. Oleh karena itu, berita soal menunggak pembayaran gaji itu “mungkin sekali benar”. Yang lain berkomentar bahwa segala macam hal aneh bisa saja terjadi di bawah sistem PKT. “Harga minyak Tiongkok adalah yang tertinggi di dunia, tetapi PetroChina masih merugi setiap tahunnya”. Percaya tidak ?!?

Ada netizen yang mengejek : “Yang merampas uang rakyat juga menuntut pembayaran gaji”, “Lucu juga, setiap rumah tangga Tiongkok yang meteran listriknya setiap detik, setiap menit, setiap jam, setiap hari, setiap bulan dan setiap tahun berputar dengan kecepatan 35% lebih tinggi dari normalnya, masih tidak memiliki dana untuk membayar gaji ?” 

Belum lama ini, Partai Komunis Tiongkok mengumumkan bahwa konsumsi listrik nasional jauh melebihi pembangkit listrik. Sebuah pernyataan yang memicu diskusi hangat di kalangan netizen Tiongkok. Netizen menuduh perusahaan penyedia listrik “secara terang-terangan merampok uang masyarakat biasa” melalui mempercepat pemutaran meter di panel pemakaian listrik. Pejabat Partai Komunis Tiongkok bergegas untuk membantah rumor dengan memberikan berbagai penjelasan mengapa konsumsi listrik di Tiongkok bisa melebihi kapasitas pembangkitan, namun netizen tidak mau mempercayainya.

Menurut data resmi Partai Komunis Tiongkok, konsumsi listrik industri dan konsumsi listrik perumahan di Tiongkok masih terus meningkat dari tahun ke tahun. Namun, keabsahan dari data ini, seperti jumlah penduduk nasional yang diumumkan secara resmi oleh Partai Komunis Tiongkok masih perlu dipertanyakan, karena selama ini mereka berbohong.

Pasca merebaknya epidemi virus komunis Tiongkok (COVID-19), perekonomian Tiongkok terus mengalami penurunan, dan hal ini semakin terlihat jelas pada tahun ini. Dengan banyaknya pabrik dan bisnis yang gulung tikar. Video yang diposting online menunjukkan bahwa bahkan di kota-kota tingkat pertama seperti Shenzhen dan Shanghai, banyak kawasan bisnis yang awalnya ramai sekarang sudah sepi, kawasan industri yang tadinya sibuk kini tinggal bangunannya yang masih berdiri.

Pada saat yang sama, epidemi juga telah menyebabkan peningkatan tajam angka kematian penduduk, sementara angka kelahiran menurun drastis. Krematorium di seluruh negeri kelebihan beban pada akhir tahun lalu, dan sekarang banyak dari mereka harus kembali beroperasi 24 jam sehari lantaran jenazah yang dikirim kembali “menumpuk”. Dunia luar pada umumnya percaya bahwa jumlah kematian warga negara Tiongkok akibat epidemi sangat besar. Namun PKT masih menutup-nutupi dan terus mempublikasikan data populasi palsu.

Dalam hal pembangkit listrik, Tiongkok telah berkali-kali mengalami “kekurangan listrik” dalam beberapa tahun terakhir. Ada laporan bahwa karena harga batu bara untuk pembangkit listrik terlalu tinggi, banyak pembangkit listrik tidak beroperasi dengan alasan “melakukan pemeliharaan”, sehingga berdampak pada berkurangnya persedian listrik. (sin)