“Masa Depan Taiwan Jangan Seperti Tiongkok, Masa Depan Tiongkok Seharusnya Seperti Taiwan”

Aboluowang

Suatu ketika tanpa sengaja penulis (Ngan Shun-kau,) melihat sebuah rekaman video wawancara antara ekonom Taiwan Hsieh Chin-ho dengan Tsai Ing-wen. Presiden Tsai berkenan menerima wawancara untuk program TV biasa, suatu hal yang tidak mungkin dilakukan di Tiongkok. Di depan kamera, Tsai Ing-wen sama sekali tidak terlihat seperti seorang presiden, tetapi lebih seperti seorang eksekutif bisnis. Tsai Ing-wen keluar dari kediaman dengan kendaraan biasa dan tanpa pengawalan yang berlebihan. Sedangkan Xi Jinping mengerahkan pasukan dan “masyarakat” penyambutan ketika keluar dari kediaman. Perbedaan-perbedaan ini saja sudah cukup untuk menentukan siapa yang lebih unggul.

Wawancara itu berlangsung sekitar seminggu sebelum pemilihan presiden Taiwan tahun ini. Ekonom Hsieh Chin-ho merangkum perubahan signifikan dalam perekonomian dan penghidupan masyarakat Taiwan dalam 8 tahun sejak Tsai Ing-wen menjabat sebagai presiden. Sejumlah besar data resmi menunjukkan bahwa yang diwariskan oleh mantan presiden sebelumnya Ma Ying-jeou kepada Tsai Ing-wen pada saat itu adalah perekonomian dan penghidupan masyarakat Taiwan yang berada pada titik terendah.

Kesan yang penulis peroleh dari rekaman wawancara itu adalah, Tsai Ing-wen berfokus untuk menyelesaikan masalah yang ada pada beberapa hal setelah naik panggung. Yang pertama adalah mendukung perusahaan teknologi tinggi besar Taiwan seperti TSMC untuk memperluas kapasitas produksinya. TSMC mendirikan pabriknya di Kota Tainan, dan pemerintah mendukung sepenuhnya untuk membantu menyelesaikan masalah tanah, air, listrik dan lainnya. Hal itu terjadi bertepatan dengan TSMC sedang melakukan perkembangan berskala besar. TSMC juga memimpin sejumlah besar perusahaan terkait, sehingga terbentuklah rantai perusahaan yang lengkap.

Hal kedua adalah mendukung pengembangan usaha kecil, menengah dan membantu sejumlah besar pabrik yang telah berinvestasi di Tiongkok untuk kembali ke Taiwan. Saat ini, jumlah karyawan di usaha kecil dan menengah mencapai 70% dari Populasi pekerja di Taiwan.

Hal ketiga adalah tidak memprovokasi pihak yang berada di seberang selat, tetapi pada saat yang sama secara aktif mempersiapkan perang dan mempromosikan pembuatan sendiri senjata canggih. Selama masa jabatannya, Taiwan mencapai produksi kapal selam dalam negeri. Dia mengirim Hsiao Bi-khim (sekarang Wapres) sebagai utusan Taiwan untuk Amerika Serikat sehingga terbukalah hubungan diplomatik selain dengan AS juga dengan negara-negara Uni Eropa.

Hal keempat adalah mereformasi sistem anuitas dan mencapai distribusi yang lebih masuk akal. Secara ekonomi, pemerintahan Tsai menerapkan kebijakan yang bermanfaat bagi rakyat dan menaikkan tingkatan yang bebas pajak. Kini 60% penduduk Taiwan yang bekerja tidak perlu membayar pajak. Ketika pemerintah mengalami surplus, pemerintah akan memberikan dana kesejahteraan sebesar TWD.6.000,- kepada setiap warga negara. Warga negara Taiwan hanya perlu membayar biaya pendaftaran saat berobat ke rumah sakit, tidak peduli seberapa parah penyakitnya. Selain itu, terdapat pula perawatan jangka panjang bagi para lansia, subsidi bagi bayi yang baru lahir, dan subsidi bagi pendidikan generasi muda, lapangan kerja, dan pembelian properti. Ini semua sudah didukung oleh undang-undang. Tapi sayangnya penulis tidak bisa mengingat sebanyak itu.

Hal kelima adalah mengatasi kesulitan energi baru. Energi dengan tenaga angin dan fotovoltaik Taiwan berkembang pesat, sehingga banyak perusahaan energi baru besar dunia yang sudah menetap di Taiwan. Masalah perlindungan lingkungan tidak cuma sebatas omongan belaka, tetapi benar-benar diterapkan, bahkan menunjukkan kinerja yang bagus.

Wawancara tidak hanya mencakup isu-isu mengenai perekonomian nasional dan penghidupan masyarakat. Ketika Tsai Ing-wen baru berkuasa, Taiwan menduduki peringkat terendah di antara Empat Macan Asia (Hongkong, Singapura, Korea Selatan dan Taiwan). Tetapi menjelang Presiden Tsai meninggalkan jabatan, Taiwan telah berada diperingkat teratas di antar Empat Macan Asia.

Sebagian besar dari kekuasaan Tsai yang 8 tahun bertumpang tindih dengan kekuasaan Xi yang 10 tahun. Tsai Ing-wen menjadi presiden pada tahun 2016, dan Xi Jinping menjadi sekretaris jenderal pada tahun 2012. Tsai lengser pada tahun 2023, dua masa jabatan Xi berakhir pada tahun 2022. Masa jabatan Tsai adalah delapan tahun, tetapi masa jabatan Xi adalah sepuluh tahun. Mereka masing-masing memimpin pemerintahan di kedua sisi Selat Taiwan dalam periode waktu yang hampir sama.

Ketika Xi Jinping baru berkuasa, boleh dikatakan PKT berada di puncak kejayaannya, Tak lama setelah penyelenggaraan Olimpiade Beijing, situasi dalam dan luar Tiongkok cukup mendukung pengembangan ekonomi. Namun setelah Xi Jinping mengambil alih tongkat estafet kepemimpinan, dia menyia-nyiakan kekayaan rakyat Tiongkok, bahkan ingin meniru gaya kepemimpinan Mao Zedong, dan memamerkan ambisinya, selain memandang rendah Barat, merusak tatanan internasional, juga memaksakan ekspansi eksternal. Dalam hal perekonomian dalam negeri dan mata pencaharian masyarakat, yang ia lakukan adalah menghancurkan tetapi tidak membangun, menindak perusahaan swasta dan asing, membiarkan pemerintah daerah meminjam uang tanpa kemampuan membayar,  mengabaikan pembengkakan jumlah pengangguran. Sejak saat itu, kekuatan nasional Tiongkok menurun dengan kecepatan yang mencemaskan, bukan lagi secara perlahan.

Mari kita tengok Taiwan, ketika Tsai Ing-wen mengambil alih kepemimpinan, situasi yang terjadi adalah kekacauan yang ditinggalkan oleh Ma Ying-jeou. Suara mendukung Ma yang pro-PKT terus melorot karena tidak becus menangani urusan dalam dan luar negeri. Namun, Tsai Ing-wen memimpin rakyat Taiwan untuk selangkah demi selangkah keluar dari jurang keterpurukan. Perbedaan terbesar antara Tsai Ing-wen dengan Xi Jinping adalah di Taiwan, Tsai Ing-wen bekerja untuk rakyat, sedangkan di Tiongkok, rakyat yang bekerja untuk Xi Jinping.

Tsai Ing-wen mengenyam pendidikan modern di Amerika Serikat dan penuh dengan konsep demokrasi modern. Karena dia adalah presiden yang dipilih secara demokratis, segala sesuatu yang dia lakukan didasarkan pada kepentingan rakyat. Oleh karena itu, dia mengelola negara dengan konsep modern, sehingga perekonomian dan penghidupan masyarakat mengalami kemajuan besar. Di sisi lain, Xi Jinping terisolasi dari peradaban Barat dan menghabiskan waktunya hanya untuk mengurusi persoalan jabatan resmi, memainkan kekuasaan juga memamerkan kesombongannya dalam memerintah. Karena itu, perbedaan dalam pencapaian politik dari kedua pemimpin tersebut terletak pada ambisi ideologi dan moral dari mereka.

Xi Jinping terobsesi dengan sentralisasi kekuasaan. Baru-baru ini, dia telah melakukan perombakan yang tidak normal dan ilegal, yang telah menghancurkan tata tertib PKT yang sudah berjalan selama 40-an tahun. Dampak buruk yang disebabkan oleh perbuatan sesuka hatinya tercermin dalam top down approach yang tidak berjalan, efektivitas kepemimpinan yang melemah. Sehingga pelanggaran disiplin baik terang-terangan atau terselubung terus berlangsung, bahkan berkembang sampai ke sektor swasta. Karena keluhan masyarakat tidak ditangani sesuai konstitusi, maka hukum rimba kerap terjadi.

Sementara itu Tsai Ing-wen menyerahkan kepada Lai Ching-te Taiwan yang makmur. Tsai Ing-wen bertindak sesuai konstitusi, meninggalkan banyak pengalaman yang dapat dimanfaatkan oleh penggantinya untuk membawa Taiwan berkembang lebih jauh. Taiwan terus membaik dari hari ke hari, tapi Partai Komunis Tiongkok menurun dari hari ke hari. Di masa mendatang, perbedaan ini akan semakin mencolok.

Baru-baru ini Ma Ying-jeou yang sudah tua dan kehilangan akal sehat dipanggil ke daratan Tiongkok untuk bertemu penguasa. Tampaknya dia sudah tidak mampu lagi membedakan situasi mana yang baik dan buruk antara kediktatoran yang membawa kehancuran ekonomi di satu sisi dengan pemerintahan demokrasi yang membawa negara menuju kemakmuran di sisi lain. Dia memilih untuk meninggalkan yang dekat demi yang jauh, dan meninggalkan kebaikan demi kejahatan. Politisi yang tidak kompeten seperti dia itulah yang mau bersaudara dengan Xi Jinping. Ma Ying-jeou telah tinggal dan hidup di Taiwan yang demokratis dan maju selama beberapa puluh tahun. Tetapi, Ia selain tidak melindungi dan mendorong agar Taiwan berkembang lebih baik di masa mendatang, malahan ingin bersandar ke Partai Komunis Tiongkok yang terbelakang dan otoriter. Ini benar-benar tidak masuk akal. Dengan “profil pribadi” seperti itu lebih cocok bagi Ma untuk hidup di daratan Tiongkok dan menjabat sebagai ketua “Komite Revolusi Kuomintang Tiongkok”.

Dalam sejarah Tiongkok, Tsai Ing-wen adalah sosok positif, Xi Jinping adalah sosok negatif, sedangkan Ma Ying-jeou tidak pantas disejajarkan dengan mereka. Sejarah memiliki penilaiannya sendiri, dan rakyat adalah hakim terakhir. (sin)