DENPASAR – Kementerian Sosial men-dropping 500 ribu masker ke Provinsi Bali dan Nusa Tenggara Barat (NTB) menyusul letusan dan abu vulkanik yang kini masih terus dimuntahkan oleh Gunung Agung.
Pembagiannya, 400 ribu masker disalurkan ke Provinsi Bali, sementara 100.000 ribu sisanya diberikan kepada Provinsi NTB. Sasarannya, adalah para pengungsi dan masyarakat terdampak. Adapun penyaluran dilakukan melalui Dinas Sosial daerah setempat.
“Untuk Bali dropping dilakukan secara bertahap, tahap pertama 200.000 menyesuaikan situasi dan kondisi di lapangan,” ungkap Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa, Rabu (29/11/2017).
Khofifah mengatakan, penggunaan masker untuk menghindari risiko terkena penyakit berbahaya, terutama infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).
Sampai Rabu (29/11) erupsi fase magmatik disertai kepulan abu tebal menerus mencapai ketinggian 2.000-3.400 meter dari puncak. Kepulan abu dan sinar lava masih terus terlihat dari gunung setinggi 3.142 Mdpl tersebut.
Sementara itu, jumlah pengungsi yang terdata semenjak status Gunung Agung naik dari siaga menjadi awas sebanyak 38.678 jiwa yang tersebar 225 titik pengungsian. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menaikkan status Gunung Agung dari level III (siaga) menjadi level IV (awas) pada hari Senin (27/11).
Direktur Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam, Kemensos, Margowiyono menghimbau masyarakat tidak melakukan aktivitas apapun di Zona Perkiraan Bahaya pada radius 8 – 10 kilometer dari kawah Gunung Agung.
“Zona perkiraan berbahaya ini sifatnya bisa berubah bergantung pada arah dan kecepatan angin,” tuturnya.
Diutarakan, Kementerian Sosial terus memantau ketersediaan bahan permakanan para pengungsi. Tim layanan dukungan psikososial (LDP) diterjunkan untuk memberikan trauma healing kepada para pengungsi, utamanya kelompok rentan yaitu lansia, ibu hamil, difabel, dan anak-anak.
“Khusus di Gor Swecapura, Kak Seto dan Kak Henny kami datangkan untuk menghibur anak-anak di pengungsian,” terangnya. (asr)