Home Blog Page 1374

CDC AS : Warga yang Telah Divaksinasi Lengkap, Tak Perlu Pakai Masker di Luar Ruangan

0

Zachary Stieber

Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) Amerika Serikat menegaskan bahwa orang-orang yang mendapatkan dua suntikan vaksin Moderna atau Pfizer, atau satu suntikan tunggal vaksin Johnson & Johnson, dapat melakukan berbagai aktivitas di luar tanpa memakai masker.

Aktivitas itu mencakup makan di restoran-restoran luar ruangan dengan teman-teman dan menghadiri sebuah pertemuan luar ruangan dengan campuran orang-orang yang divaksinasi dan yang tidak divaksinasi.

Orang-orang yang tidak divaksinasi terhadap virus Komunis Tiongkok diberitahu untuk terus memakai masker dalam saat makan di restoran-restoran luar ruangan maupun menghadiri sebuah pertemuan luar ruangan  itu.

Tetapi orang-orang yang belum mendapatkan sebuah suntikan vaksin dapat berjalan, berlari, atau bersepeda di luar ruangan dan menghadiri pertemuan kecil di luar ruangan tanpa masker.

Namun orang Amerika Serikat yang sudah menerima vaksinasi lengkap dan yang belum divaksinasi harus tetap memakai masker saat menghadiri acara luar ruangan yang ramai seperti pertunjukan langsung, parade, atau permainan olahraga.

Menurut Dr. Rochelle Walensky, Kepala Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit,  Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit tidak dapat memberikan tingkat risiko spesifik untuk setiap aktivitas di setiap komunitas, jadi penting untuk mempertimbangkan situasi pribadi anda dan risiko bagi anda, keluarga, dan komunitas anda sebelum bertualang tanpa masker.

Panduan sebelumnya dari dinas kesehatan menganjurkan orang-orang memakai masker jika mereka berada dalam jarak enam kaki dari orang lain di luar, terlepas dari status vaksinasi mereka. Amerika Serikat mulai memberikan suntikan-suntikan vaksin COVID-19 pada Desember 2020.

Perubahan pedoman terjadi lebih dari setahun setelah adopsi  masker yang meluas dan setelah tekanan dari berbagai dokter dan ahli kesehatan lainnya untuk merevisi anjuran tersebut.

Penundaan dalam mengubah anjuran-anjuran itu memicu kritik baru Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit.

Phil Kerpen,  Presiden Committee to Unleash Prosperity, telah melacak berbagai  metrik COVID-19 selama pandemi, menuliskan dalam sebuah tweet bahwa brankas di luar ruangan telah NOL terhadap status vax.

Diketahui sejak Maret 2020, pedoman Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit adalah bodoh, dan efek utamanya akan membahayakan anak-anak – yang menyajikan ~ tidak ada risiko penularan luar ruangan – tetapi kini  menjadi titik untuk mempermalukan dan penegakan masker di tanah liberal.

Para kritikus mencatat bahwa beberapa kasus infeksi COVID-19 berasal dari luar ruangan dan hampir tidak ada penelitian yang mendukung pemakaian masker di luar ruangan, khususnya untuk orang-orang yang telah menerima vaksinasi lengkap terhadap virus Komunis Tiongkok. Telah menerima vaksinasi lengkap berarti dua minggu telah berlalu sejak seseorang mendapatkan suntikan vaksin yang terakhir.

Misalnya, sebuah penelitian akhir tahun lalu menemukan bahwa bukti yang ada mendukung keyakinan yang dipegang luas bahwa risiko penularan SARS-CoV-2 adalah lebih rendah di luar ruangan. SARS-CoV-2 adalah nama lain dari virus Komunis Tiongkok.

Halaman web Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit menguraikan aktivitas-aktivitas mana yang dianjurkan oleh Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit untuk memakai masker tidak berisi kutipan apa pun untuk penelitian tersebut. Seorang juru bicara menunjuk grup media The Epoch Times ke halaman yang berbeda saat ditanya bukti apa yang mendukung panduan yang diperbarui itu.

Dr. Rochelle Walensky mengatakan anjuran-anjuran untuk orang-orang telah menerima vaksinasi lengkap untuk tetap memakai masker di dalam ruangan dan bahkan terkadang di luar ruangan. Sebagian besar untuk melindungi orang lain, dan benar-benar untuk melindungi orang-orang yang tidak divaksinasi.

Dr. Anthony Fauci, salah satu penasehat medis terbaik Presiden Joe Biden, mengakui selama acara virtual bahwa “risiko infeksi di luar ruangan adalah sangat minim.”

“Jika anda divaksinasi, dan anda berada di luar, bahkan risiko infeksi lebih sedikit,” tambah Dr. Anthony Fauci.

Pergeseran tersebut juga terjadi saat Amerika Serikat melihat penurunan kasus lagi. Bahkan saat lebih banyak negara bagian melonggarkan pembatasan, di mana beberapa negara bagian yang hampir memundurkan  setiap aturan terkait COVID sementara sebagian besar negara bagian tidak melihat adanya peningkatan yang sesuai dalam kasus COVID-19. (Vv)

Profesor Kedokteran: Mewajibkan Anak-anak Pakai Masker adalah Paling Berbahaya

0

Zachary Stieber dan Jan Jekielek

Seorang profesor kedokteran di Universitas Stanford mengatakan bahwa mewajibkan anak-anak memakai masker adalah lebih banyak ruginya daripada manfaatnya. 

Dr. Jay Bhattacharya adalah seorang profesor kedokteran di Universitas Stanford. Ia adalah seorang ahli ekonomi di bidang kesehatan.

Dr. Jay Bhattacharya menasihati Gubernur Florida Ron DeSantis untuk tidak mewajibkan anak-anak memakai masker. Menurutnya mewajibkan anak-anak memakai masker adalah lebih banyak ruginya daripada manfaatnya.

“Saya memikirkan hal-hal dari sebuah sudut pandang biaya-manfaat, anda harus berpikir mengenai biaya dan manfaat dari setiap kebijakan yang akan ditetapkan sebelum anda membuat sebuah anjuran,” kata Dr. Jay Bhattacharya di acara “American Thought Leaders” grup media The Epoch Times.

Menurutnya, dalam kasus masker, bukti bahwa anak-anak menyebarkan penyakit Coronavirus bahkan tanpa memakai masker berarti anak-anak adalah penyebar penyakit Coronavirus yang sangat kurang efisien. Hal ini tidak seperti flu di mana anak-anak sebenarnya adalah penyebar penyakit yang efisien. 

Dalam kasus Coronavirus — untuk alasan-alasan yang tidak sepenuhnya dipahami — bahkan anak-anak yang tidak memakai masker adalah sangat kurang cenderung menyebarkan penyakit tersebut kepada orang dewasa, dibandingkan seorang orang dewasa yang adalah penyebar penyakit kepada orang dewasa yang lain.

Penelitian-penelitian menemukan bahwa anak-anak kecil lebih sedikit menularkan virus Komunis Tiongkok atau Covid 19  daripada anak-anak yang lebih besar dan orang dewasa. 

Penelitian-penelitian menunjukkan  anak-anak yang memakai masker seringkali merusak keefektifan masker dengan cara menyentuh maskernya dan berulang kali melepas maskernya. 

Beberapa penelitian menentukan faktor-faktor seperti iritasi, kesulitan bernapas, dan teman-temannya juga kurang menerima memakai masker dilaporkan oleh anak-anak yang memakai masker.

Dr. Jay Bhattacharya adalah seorang profesor kedokteran di Universitas Stanford

Menurut Dr. Jay Bhattacharya, karena anak-anak tidak memakai masker dengan benar dalam banyak kasus, bahkan manfaat terbatas adalah sangat jauh berkurang. Di sisi lain, ada dampak-dampak serius bagi perkembangan anak saat anak dan orang lain di sekitar anak memakai masker.

Anak-anak memiliki kebutuhan perkembangan yang mengharuskan mereka  melihat wajah orang lain. Belajar berbicara, misalnya, menuntut melihat pergerakan bibir. Bagi anak-anak yang sedikit lebih besar, mereka perlu melihat orang-orang, tubuh, anak-anak tersebut belajar bahasa tubuh, bagaimana berinteraksi secara sosial, dengan mengamati orang-orang. 

“Saat anda meminta anak-anak untuk memakai masker, anda memotong semua hal tersebut. Jadi anda memiliki kerugian-kerugian di satu sisi, dan sangat sedikit manfaat di sisi lain,” tambah Dr. Jay Bhattacharya.

Organisasi Kesehatan Dunia – WHO menganjurkan masker tidak perlu dipakai oleh anak-anak hingga usia 5 tahun dan para pembuat kebijakan menimbang fakta-fakta yang berbeda saat mempertimbangkan apakah akan memaksakan pemakaian masker untuk anak-anak berusia antara 6 tahun hingga 11 tahun, seperti intensitas penularan virus  Komunis Tiongkok yang menyebabkan penyakit COVID-19, di daerah tempat anak berada dan data terbaru mengenai penyebaran dari anak-anak.

Anak-anak tidak boleh memakai masker saat sedang berolahraga aktivitas fisik lainnya, meskipun anak-anak harus menjaga jarak setidaknya satu meter dari orang lainnya, kata pernyataan WHO.

WHO menambahkan bahwa masker dapat mengganggu proses pembelajaran di sekolah dan dapat berdampak negatif pada kegiatan seperti pendidikan jasmani dan waktu makan.

Beberapa gubernur Amerika Serikat mengamanatkan anak-anak untuk memakai masker. Di Michigan, pemerintahan Gubernur Gretchen Whitmer minggu lalu memerintahkan anak-anak berusia 2 tahun untuk mengenakan penutup.

Dr. Jay Bhattacharya juga menanggapi bagaimana YouTube baru-baru ini menghapus sebuah video dari sebuah pertemuan yang diadakan oleh DeSantis, Gubernur Florida, yang menampilkan DeSantis dan orang-orang lain berbicara mengenai kebijakan COVID-19. YouTube belum menanggapi permintaan komentar.

“Ini adalah benar-benar mengejutkan,” kata Profesor Dr. Jay Bhattacharya, menambahkan bahwa terlibat dalam ilmu pengetahuan  berarti menimbang berbagai bukti terhadap berbagai hal.

“Saya pikir sebuah diskusi yang sehat,  jika YouTube menganggap bahwa anak-anak harus memakai masker, maka buatlah argumen itu. Tunjukkan buktinya kepada kami, tunjukkan alasan anda kepada kami, dan kita dapat berdiskusi,” kata Dr. Jay Bhattacharya mengenai  video  yang masih tersedia di situs lain itu.

Dr. Jay Bhattacharya menegaskan, “Jadi mereka sebenarnya tidak berusaha melindungi publik dari cara yang efektif, apa yang mereka coba lakukan adalah mereka ingin memperingatkan publik bahwa ini adalah gagasan yang berbahaya.”

“Nah, jika mereka akan melakukan itu, mereka memiliki kewajiban moral untuk benar-benar membuat argumen-argumen. Mereka baru saja menyensornya. Mereka ingin membuat aura anda ini seharusnya tidak mendengar gagasan ini, seolah-olah itu adalah buku yang dilarang. Daripada berdebat mengapa buku yang dilarang itu adalah buruk, mereka hanya mengatakan hal itu harus dilarang. Mereka adalah pewaris moral dari para pembakar buku.”  (Vv)

Bibi Perdana Menteri India Meninggal karena Terinfeksi COVID-19

0

NTDTV.com

Sebagian besar krematorium di India overload. Pihak berwenang terpaksa membangun lebih banyak krematorium sementara di tempat parkir atau taman. Bibi Perdana Menteri Narendra Modi, bernama Narmadaben Modi, juga meninggal setelah tertular COVID-19.

India sedang kewalahan oleh virus Komunis Tiongkok atau COVID-19.

Menurut media India Press Trust of India (PTI) anggota keluarga Perdana Menteri India itu meninggal dunia pada Selasa (27/4/2021) saat menerima perawatan.

Menurut saudara laki-laki termuda Modi, setelah tertular, kondisi bibi Narmadaben Modi memburuk sekitar sepuluh hari yang lalu, jadi dia dikirim ke rumah sakit sipil.

Di bawah gelombang besar virus Komunis Tiongkok, sistem medis India ambruk. Sebuah video yang beredar luas menunjukkan jenazah almarhum akibat virus Komunis Tiongkok jatuh dari ambulans yang rusak. Video tersebut mengejutkan netizen.

Seorang petugas medis kemudian menjelaskan bahwa ambulans itu sangat tua dan disumbangkan oleh LSM yang tidak disebutkan namanya.

Menurut The Indian Express, anggota keluarga mengeluh bahwa mereka tidak dapat dikunjungi, dan bahwa mereka tidak dapat memperoleh informasi terbaru dari staf medis, dan mereka tidak dapat menemukan jenazah keluarga mereka sendiri.

Seorang reporter lokal melaporkan bahwa pada Selasa 27 April, di luar krematorium di Bangalore, India, ada antrian panjang ambulans yang membawa mayat menunggu di kremasi.

Sebagian besar krematorium di ibu kota New Delhi bekerja lembur, dan orang-orang terpaksa menunggu lebih dari 20 jam untuk mengkremasi jenazah kerabat mereka. 

Pihak berwenang terpaksa membangun lebih banyak tumpukan kayu pembakaran di tempat parkir atau taman terdekat, dan laporan mengatakan para pejabat masih menjajaki kemungkinan mendirikan krematorium baru di dekat Sungai Yamuna.

Karena meningkatnya korban tewas secara tiba-tiba, permintaan kayu juga meningkat. Ada laporan yang belum dikonfirmasi bahwa pohon di New Delhi telah ditebang untuk dijadikan kayu untuk kremasi.

Otoritas dan rumah sakit India sedang berjuang untuk mengatasi infeksi dan kematian akibat virus Komunis Tiongkok yang belum pernah terjadi sebelumnya. Data resmi pada Rabu 28 April menunjukkan, dalam 24 jam sebelumnya, terjadi peningkatan 360.960 kasus baru, dan 3.293 kasus kematian.

Gedung Putih mengumumkan dalam sebuah pernyataan pada Rabu 28 April bahwa Amerika Serikat mengirim lebih dari $ 100 juta pasokan ke India untuk menangani virus Komunis Tiongkok. Pasokan akan dimulai pada Kamis 29 April dan akan berlanjut hingga minggu depan. (hui)

30 Orang Tewas Akibat Serangan Bom Mobil di Afghanistan, Hotel Runtuh dan Rumah Sakit Rusak

0

NTDTV.com

Sebuah mobil dengan bom besar diledakkan di dekat sebuah hotel 30 April 2021 di Pul-e Alam, ibu Provinsi Logar Timur, Afghanistan. Ledakan tersebut menewaskan sedikitnya 30 orang dan puluhan orang lainnya terluka. Korban tewas kemungkinan akan terus meningkat.

Pada saat kejadian, banyak mahasiswa yang bersiap untuk mengikuti ujian masuk universitas pada minggu depan. Beberapa anggota pasukan keamanan tinggal di hotel.

Ledakan tersebut menyebabkan hotel runtuh dan bangunan rumah sakit terdekat rusak parah, menewaskan sedikitnya 30 orang. Ketua Parlemen Provinsi Logar Hasibullah Stanekzai juga menyatakan, sekitar 60 orang mengalami luka-luka.

Seorang juru bicara Kementerian Kesehatan Afghanistan mengatakan, sekitar 40 orang dikirim ke rumah sakit untuk perawatan, beberapa dari mereka terluka parah. Jumlah kematian mungkin terus meningkat. Pemerintah mengirimkan puluhan ambulans dari ibu kota Kabul ke Pule-e Alam, yang berjarak 60 kilometer, untuk membantu penyelamatan.

Tak jelas siapa di balik ledakan mematikan itu.

Presiden AS Trump sebelumnya menandatangani perjanjian dengan Taliban, sebuah organisasi milisi Afghanistan, menyetujui penarikan pasukan AS dari Afghanistan sebelum 1 Mei 2021. 

Namun demikian, pemerintahan Biden baru-baru ini mengumumkan bahwa semua pasukan AS akan ditarik dari Afghanistan pada 11 September. Keputusan tersebut membuat Taliban berang. Dalam beberapa minggu terakhir, serangan kekerasan sering dilaporkan terjadi di Afghanistan. (hui)

Stok Vaksin Habis, Mumbai, India Tangguhkan Vaksinasi

0

Li Yan

Dampak gelombang kedua epidemi virus Komunis Tiongkok (COVID-19) sistem perawatan kesehatan India lumpuh dan telah kehabisan vaksin. Pada hari Jumat 30 April, India memecahkan rekor kasus baru dalam sehari. 

Menurut data Kementerian Kesehatan India, negara itu menambahkan 386.452 kasus baru dalam 24 jam terakhir pada 30 April 2021. Angka tersebut menjadi peningkatan sehari terbesar di dunia. Dalam kurun waktu yang sama, sedikitnya 3.498 orang meninggal dunia. 

Pada September 2020, gelombang pertama epidemi di India mencapai puncaknya. Dalam setengah tahun, jumlah kasus di negara Asia Selatan ini meningkat dari sekitar 6 juta menjadi lebih dari 12 juta pada akhir Maret 2021. Hanya dalam sebulan di bulan April, negara tersebut melaporkan lebih dari 6,6 juta kasus. Secara total kasus kumulatif melonjak menjadi 18,76 juta kasus.

Menurut data yang dikumpulkan oleh Universitas Johns Hopkins, India adalah negara yang terkena dampak terburuk kedua di dunia dalam hal jumlah total kasus yang dilaporkan. Namun demikian, laporan terbaru menunjukkan tidak semua angka kematian dilaporkan.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pekan ini mengatakan bahwa penyebaran beberapa varian virus Corona bermutasi di India, kemungkinan menjadi alasan lonjakan kasus di negara tersebut. Sistem medis India kewalahan. Tempat tidur dan pasokan medis sudah tidak mencukupi, termasuk oksigen dan obat-obatan yang sangat dibutuhkan.

Para ahli mengatakan, cara terbaik India untuk melawan pandemi saat ini adalah dengan memvaksinasi sebagian besar penduduk negara tersebut. Diharapkan mampu mencapai herd immunity di negara berpenduduk 1,3 miliar jiwa. Diharapkan virus tidak dapat menyebar dengan cepat. Hingga saat ini, India telah menerima lebih dari 150 juta dosis vaksin, tetapi hanya sedikit orang yang telah menyelesaikan dua dosis vaksin tersebut.

Mulai 1 Mei, India mengizinkan orang berusia 18 hingga 45 tahun untuk divaksinasi.

India adalah produsen vaksin terbesar di dunia. Akan tetapi, saat ini India sedang menghadapi kekurangan vaksin akibat dampak epidemi. Karena semakin banyak orang yang mendaftar untuk vaksinasi, situasinya diperkirakan akan terus memburuk.

Gara-gara kehabisan stok vaksin, Mumbai, ibu kota keuangan India, berhenti memvaksinasi dari 30 April hingga 2 Mei. 

Perusahaan di Mumbai menyatakan, “Kami melakukan segala yang kami bisa untuk menyediakan lebih banyak inventaris dan melanjutkan vaksinasi.”  

Negara bagian Maharashtra, tempat di mana Mumbai berada, adalah pusat gelombang kedua epidemi di India.

Kantor berita Reuters melaporkan, gelombang pertama penerbangan AS yang membawa bantuan medis seperti tabung oksigen, kit diagnostik dan masker N95 sudah tiba di Delhi pada hari Jumat 30 April. 

Pemerintahan Biden di Amerika Serikat mengatakan, akan memberikan lebih dari 100 juta dolar AS dalam bantuan medis ke India, termasuk menyediakan bahan yang dibutuhkan untuk meningkatkan produksi vaksin dan memproduksi lebih dari 20 juta dosis vaksin. (hui)

Lebih dari 400.000 Kasus Terkonfirmasi dalam Sehari di India, Lagi! Kebakaran di Rumah Sakit

0

NTDTV.com

Laporan media India pada 1 Mei 2021, kebakaran terjadi di sebuah rumah sakit berlantai empat di Kota Bharuch, Negara bagian Gujarat, India. Pada pukul 1 dini hari, api menyebar dari bangsal di lantai pertama rumah sakit tersebut. Api padam sekitar satu jam kemudian. Selama proses tersebut, pemadam kebakaran dan staf rumah sakit membantu sekitar 50 pasien di rumah sakit tersebut. Akan tetapi, 18 orang tewas.

Media lokal, The Press Trust of India mengutip pernyataan seorang petugas polisi setempat yang mengatakan : “Menurut informasi pada pukul 6:30 pagi, tragedi itu menyebabkan 18 kematian, termasuk 16 pasien dan 2 perawat.”

Kebakaran ini bukan pertama kalinya terjadi. Kebakaran serupa terjadi di India. Pada 23 April, kebakaran di pinggiran Mumbai menewaskan 13 pasien yang terinfeksi. 

Saat itu, kebakaran terjadi di rumah sakit lainnya beberapa hari lalu, yang mengganggu pasokan oksigen ke ventilator dan menewaskan 22 orang di negara bagian Maharashtra. 

Menurut data Kementerian Kesehatan India pada tanggal 30 April, dalam hitungan 24 jam terakhir, terdapat 401.993 kasus baru terkonfirmasi. Ini adalah pertama kalinya India mengkonfirmasi 400.000 kasus dalam sehari, dan total 19,1 juta jiwa terinfeksi di negara tersebut. 

Ada 3.523 kasus kematian baru, dan total 210.853 orang meninggal dunia. Banyak ahli percaya, dikarenakan kapasitas pengujian yang tidak memadai dan catatan kematian yang tidak tepat. Jumlah kasus sebenarnya mungkin lebih tinggi.

Namun demikian, sistem perawatan medis India berada di bawah standard dan kekurangan dana jangka panjang. 

Dengan merebaknya corona, terjadi kekurangan oksigen, obat-obatan, dan tempat tidur rumah sakit. Di beberapa daerah, pasien meninggal dunia di luar rumah sakit, krematorium terus dibangun di jalanan.

Untuk mencegah penyebaran epidemi, pihak berwenang India mengumumkan bahwa semua orang yang berusia di atas 18 tahun akan divaksin. Namun demikian, beberapa pemerintah daerah mengakui stok vaksin yang tidak mencukupi. Bahkan orang yang berusia di atas 45 tahun, belum sepenuhnya  divaksin.

Saat ini, lebih dari 40 negara berjanji untuk mengirimkan pasokan medis ke India, termasuk peralatan rumah sakit. Misalnya, 400 tabung oksigen dibawa oleh pesawat angkut militer AS, dan hampir 1 juta alat test virus dikirim ke New Delhi. (hui)

Epidemi di India Memburuk, Bantuan Berdatangan Hingga Banyak Negara Menangguhkan Penerbangan

0

Liu Haiying dan Ming Yu 

Setelah menambahkan lebih dari 300.000 kasus dalam sehari selama sepuluh hari berturut-turut. India melampaui 400.000 kasus untuk pertama kalinya pada (1/5/2021) dan 401.993 kasus baru yang dikonfirmasi. 

Jumlah infeksi kumulatif secara nasional melebihi 19 juta kasus. Ada 3.523 kasus kematian terbaru dan jumlah kematian kumulatif mencapai 211.853 kasus.

Sebuah tim ilmuwan yang ditunjuk oleh pihak berwenang, setelah mensimulasikan lintasan infeksi, mengusulkan model matematika yang menunjukkan bahwa kasus infeksi India dapat mencapai puncaknya dalam empat hari ke depan.

Gelombang epidemi ini, menyebabkan krisis kesehatan masyarakat di India. Pihak berwenang meminta bantuan dari berbagai negara untuk kebutuhabn oksigen, obat-obatan, dan kebutuhan medis lainnya.

Lebih dari empat puluh negara  berjanji untuk mengirimkan pasokan medis, yang secara berturut-turut telah tiba di India.

Di mulai Australia pada 3 Mei, melarang masuknya warga negara Australia yang telah ke India dalam waktu 14 hari. Pelanggar akan menghadapi denda dan penjara, hingga lima tahun penjara.

Selain itu, mulai 5 Mei, Amerika Serikat akan melarang semua pelancong yang pernah ke India dalam 14 hari terakhir, kecuali untuk warga negara AS dan permanen resident.

Kanada juga menangguhkan penerbangan dari India dan Pakistan ke Kanada, termasuk semua penerbangan  komersial dan pribadi, selama 30 hari mulai tengah malam pada 22 April. Namun demikian, penerbangan kargo tetap diperbolehkan, terutama untuk memastikan pengiriman vaksin dan alat pelindung diri dapat dilanjutkan.

Sementara itu, Tiongkok telah memasuki liburan May Day mulai Sabtu 1 Mei. Data dari industri perjalanan online Trip.com menunjukkan, bagi yang tidak dapat bepergian ke luar negeri, orang-0rang Tiongkok yang melakukan perjalanan domestik mencapai 200 juta jiwa. Angka yang memecahkan rekor tertinggi.

Karena Tiongkok juga telah menemukan virus varian India, informasi epidemi resmi masih tidak transparan. Sedangkan kerumunan massa  selama liburan 1 Mei, dikhawatirkan menjadi celah bagi pencegahan epidemi. (hui)

Penentangan Komunis Tiongkok Terhadap Latihan Maritim Filipina Mendapat Tanggapan Pedas dari Menhan Filipina

0

oleh Xu Zhenqi

Badan Penjaga Pantai dan Perikanan Filipina memulai latihan maritim di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) 200 mil negara itu pada Sabtu 24 April lalu. Itu setelah pemerintah Filipina mengumumkan bahwa mereka akan memperkuat kehadiran militernya. Tujuannya, sebagai tanggapan atas ancaman yang ditimbulkan oleh kapal-kapal komunis Tiongkok.

Menanggapi latihan maritim pada Senin 26 April, Kementerian Luar Negeri komunis Tiongkok menyatakan bahwa Filipina harus menghentikan tindakan yang memperumit situasi dan meningkatkan perselisihan.。

Reuters melaporkan pada Rabu 28 April, Kementerian Pertahanan Filipina menanggapi komentar berbau melarang dari rezim Beijing itu dengan mengatakan, pemerintah komunis Tiongkok tidak berhak memberitahu Filipina semestinya berbuat ini atau menentang perbuatan itu, dan sebagainya di perairannya sendiri.

Menteri Pertahanan Filipina, Delfin Lorenzana memberitahu wartawan bahwa pemerintah komunis Tiongkok tidak memiliki otorisasi atau dasar hukum untuk mencegah kita melakukan latihan ini di Laut Tiongkok Selatan karena klaim mereka (terhadap wilayah yang disengketakan) … Tidak ada dasarnya.

Beijing mengklaim bahwa hampir seluruh perairan Laut Tiongkok Selatan adalah miliknya. Kapal kargo dengan volume perdagangan senilai sekitar tiga triliun dolar AS melewati Laut Tiongkok Selatan setiap tahunnya. Pada tahun 2016, pengadilan arbitrase internasional di Den Haag memutuskan bahwa klaim Beijing tidak sesuai dengan hukum internasional.

Pada 7 Maret pemerintah komunis Tiongkok mengerahkan 220 kapal Tiongkok untuk berlabuh di perairan sekitar Whitson Reef yang disengketakan, hal mana memicu protes keras dari Manila, dan juga menarik perhatian khusus dari Amerika Serikat. Pemerintah Filipina menganggap, orang-orang di kapal ini sebagai milisi. Filipina telah mengajukan protes diplomatik tetapi Beijing tidak mengevakuasi seluruh kapal itu.

Pada 13 April, Kementerian Luar Negeri Filipina memanggil Dubes Huang Xilian untuk menyatakan ketidakpuasan pihak Manila terhadap berlabuhnya kapal-kapal Tiongkok di perairan sengketa di Laut Tiongkok Selatan.

Amerika Serikat, Jepang, dan Uni Eropa juga mengungkapkan keprihatinan mereka tentang niat pemerintah komunis Tiongkok dan mengutuk tindakannya.

Pada Rabu 28 April, Menteri Luar Negeri Filipina Teodoro Locsin kembali mengajukan protes diplomatik dan mengutuk tindakan intimidasi dari pihak Beijing. Dalam waktu tidak lama ini, pemerintah Filipina telah mengajukan lebih dari selusin protes diplomat kepada pemerintah komunis Tiongkok.

Teodoro Locsin dalam cuitannya menulis : Mereka dapat melakukan apa saja yang mereka kehendaki selama itu di daratan Tiongkok, tetapi kita akan terus mematuhi hukum internasional dan mengklaim hak di perairan kita yang diputuskan oleh Mahkamah Internasional di Den Haag.

Latihan maritim Filipina dilakukan di dekat sebuah pulau di Kepulauan Spratly yang diduduki oleh Filipina dan di dekat Pulau Huangyan yang disengketakan. Berdasarkan hasil arbitrase 2016, banyak negara memiliki hak untuk menangkap ikan di perairan Pulau Huangyan.

Teodoro Locsin mengatakan bahwa, akibat pemerintah komunis Tiongkok secara ilegal menduduki terumbu karang dan mengubah fungsinya menjadi pulau buatan, membuat segalanya berubah menjadi semakin rumit.

Dia mengatakan : “Seharusnya penjajah (mengacu pada pemerintah komunis Tiongkok) itu yang segera berhenti maju dan pergi dari sana”. (sin)

Jurnalis Epoch Times Dikuntit oleh Pria Tak Dikenal di Hong Kong

0

Frank Yue

Seorang jurnalis wanita untuk The Epoch Times edisi Hong Kong Sarah Liang mengatakan  baru-baru ini ia dikuntit di jalan oleh seorang pria tidak dikenal.

Ia pergi ke sebuah toko yang pro-demokrasi Hong Kong untuk wawancara pada (26/4/2021) sore hari. Saat ia keluar dari stasiun MTR Prince Edward, ia mendapati seorang pria paruh baya mengikutinya, memakai sebuah topi dan headset.

Sarah Liang sengaja mengitari kawasan itu beberapa kali, pria itu tidak menguntitnya lagi.

“Sepertinya pria itu tahu di mana tujuan saya, karena pria itu langsung memasuki toko yang dijadwalkan untuk saya kunjungi saat pria itu tidak dapat melihat saya,” ujarnya.

Sarah Liang berhadapan dengan pria itu dan menanyainya sementara merekam dengan menggunakan telepon seluler, dengan mengatakan, “Mengapa anda menguntit saya?”

Sarah Liang (Kiri) dan rekannya memprotes penindasan Komunis Tiongkok terhadap kebebasan pers di Hong Kong pada 27 April 2021. (Sarah Liang / The Epoch Times)

Pria itu pergi berlalu, menyangkal tuduhan tersebut, dengan mengatakan, “Saya tidak mengenal anda.”

“Lalu kenapa anda menguntit saya ke sini jauh-jauh dari stasiun MTR Prince Edward jika anda tidak mengenal saya? Apakah anda adalah seorang reporter dari Ta Kung Pao?”, tanya Sarah Liang. 

Ta Kung Pao adalah sebuah surat kabar veteran pro-Beijing, berafiliasi dengan Kantor Penghubung Pemerintah Rakyat Pusat di Hong Kong.

Setelah ini, pria itu tiba-tiba mulai berlari. Sarah Liang berusaha mengejarnya, meneriakkan pertanyaannya lagi. Pria itu lari dengan cepat.

Sarah Liang menduga pria itu pasti merasa canggung dengan apa yang ia lakukan. “Jika saya benar-benar telah memperlakukannya secara tidak adil, ia dapat menjelaskan bahwa ia tidak bersalah. Mengapa ia melarikan diri?” kata Sarah Liang.

Sarah Liang berkata, “Ta Kung Pao adalah corong Partai Komunis Tiongkok,” dengan menambahkan bahwa Ta Kung Pao telah memuat artikel yang menyerukan pemerintah Hong Kong untuk melarang Apple Daily pada 20 April.

Media pro-Beijing dan para pejabat pemerintah di Hong Kong, telah mengatur pandangannya untuk menutup surat kabar independen setempat Apple Daily — salah satu dari beberapa outlet media gratis yang tersisa di Hong Kong.

Apple Daily didirikan oleh taipan media Hong Kong Jimmy Lai, yang pada 16 April dijatuhi hukuman 14 bulan penjara karena berpartisipasi dalam unjuk rasa pro-demokrasi Hong Kong dan anti-Beijing pada tahun 2019.

Ini bukanlah pertama kalinya reporter The Epoch Times dilacak.

Dua hari sebelumnya pada  24 April, seorang pria yang mirip petugas pengiriman memasuki gedung apartemen Sarah Liang setelah mendaftarkan namanya sebagai “Liao” di pintu masuk.

Pada pukul 16.30 tanggal 27 April, reporter “Epoch Times” Hong Kong Sarah Liang (kiri) dan juru bicara Epoch Times mendatangi Kantor Polisi Mong Kok untuk melaporkan dua insiden gangguan Sarah Liang dalam beberapa hari terakhir. Petugas Kepolisian pergi ke luar untuk menanyakan Sarah Liang tentang insiden tersebut. (Song Bilong / The Epoch Times)

Pria tersebut naik ke atas dan mengetuk pintu rumah Sarah Liang, mengklaim bahwa seorang teman asing bermarga Cheng telah mempercayakannya untuk memberikan sebuah bingkisan yang besar yang berada di lantai bawah.

Sarah Liang menjawab bahwa ia tidak mempunyai teman seperti itu.

Pria itu bertanya, “Bukankah anda adalah Sarah Liang?”

Sarah Liang terus bertanya siapa dia, apa nomor telepon Cheng, teman pria itu, dan apa bingkisan itu.

Pria itu tergagap-gagap dan tidak dapat menjelaskan dirinya sendiri.

“Apakah anda adalah seorang mata-mata Partai Komunis Tiongkok?” tanya Sarah Liang. Pria itu tidak menjawab secara langsung dan hanya mengatakan ia telah mendaftarkan namanya di lantai bawah.

Ketika pria itu membalikkan badannya, Sarah Liang keluar dan memotret pria itua. Sarah Liang tidak menemukan bingkisan apapun.

Sarah Liang yakin pria itu baru saja datang untuk memastikan alamatnya.

“Saya merasa Partai Komunis Tiongkok mengintimidasi saya, dengan mengatakan, ‘Anda berada di layar radar.’ Partai Komunis Tiongkok berhasil menemukan alamat saya. Ini adalah sangat jahat. Kami tidak melakukan kesalahan apa pun. Kami hanya berdedikasi untuk meliput kebenaran,” kata Sarah Liang.

Sarah Liang juga menyebutkan insiden-insiden yang menargetkan The Epoch Times di Hong Kong.

Pada 19 November 2019, empat pelaku pembakaran yang mengenakan masker memasuki sebuah toko percetakan milik The Epoch Times di Tsuen Wan, Hong Kong, dan menyalakan api yang merusak peralatan percetakan.

Pada 12 April dini hari pada tahun ini, empat penyusup kembali menerobos masuk ke percetakan tersebut dan menggunakan palu godam untuk merusak komputer-komputer dan peralatan pencetakan, lalu mencuri sebuah komputer saat mereka melarikan diri.

Cheryl Ng, seorang juru bicara The Epoch Times edisi Hong Kong, mengatakan siasat itu adalah karakteristik Partai Komunis Tiongkok dan bertujuan membungkam sebuah outlet independen yang melaporkan topik-topik yang tidak sesuai dengan narasi rezim komunis.

Pada 27 April, Sarah Liang pergi ke Kantor Polisi Mong Kok dan melaporkan insiden penguntitan dan meminta sebuah penyelidikan untuk memastikan keamanan keluarganya.

Pada saat yang sama, Sarah Liang mengutuk keras penindasan Partai Komunis Tiongkok terhadap  kebebasan pers dan mengintimidasi para reporter di Hong Kong. Sarah Liang mengatakan ia akan terus mempertahankan kebebasan berbicara di Hong Kong dan tidak akan pernah mundur dari meliput kebenaran sebagai seorang jurnalis. (Vv)

Zhang Xiaohui  dan Alex Wu berkontribusi untuk laporan ini