Home Blog Page 1812

Apakah Demonstrasi Hong Kong Dapat Diartikan Berakhirnya Partai Komunis Tiongkok?

0

Steven W. Mosher

Demonstrasi terbesar dalam sejarah Tiongkok terjadi di Hong Kong padal tanggal 16 Juni. Diperkirakan 2 juta orang, atau lebih dari seperempat populasi kota Hong Kong yang berjumlah 7,3 juta, turun ke jalan.

Skala pembangkangan Hong Kong adalah sangat menakjubkan. Sebagai perbandingan, demonstrasi yang sebanding di Amerika Serikat akan memiliki sekitar 100 juta demonstran.

Pemicu langsung protes itu adalah undang-undang ekstradisi yang, jika disahkan, akan membuat semua orang di Hong Kong — bahkan penumpang transit di terminal maskapai internasional — berisiko dideportasi ke Tiongkok untuk diadili dalam sistem pengadilan yang dikendalikan komunis di sana.

Agar  jangan salah menilai, target sebenarnya dari kemarahan Hong Kong adalah Komunis Tiongkok. Ini dikarenakan selama bertahun-tahun Komunis tiongkok telah memperketat kendali di salah satu kota paling kosmopolitan – dan bebas – di dunia. Dan semua orang di Tiongkok tahu akan hal itu.

Ketika rezim Komunis Tiongkok secara sepihak mengubah sistem pemilihan kota Hong Kong pada tahun 2014 untuk menyaring calon pemimpin Hong Kong, warga Hong Kong turun ke jalan dalam protes besar-besaran yang disebut Revolusi Payung. Namun, perubahan tetap terjadi, dan calon favorit Beijing, Carrie Lam, menang.

Komunis Tiongkok menaikkan taruhan lebih lanjut pada tahun 2017 dengan menolak Perjanjian Sino-Inggris. 

Perjanjian Sino-Inggris yang asli “menjamin” bahwa kota Hong Kong akan menikmati pemerintahan sendiri di bawah prinsip “satu negara, dua sistem” hingga tahun 2047. 

Tetapi ketika warga Hongkong mengeluhkan adanya gangguan politik lokal yang berkelanjutan oleh Komunis Tiongkok, mengutip Perjanjian Sino-Inggris, pejabat senior komunis Tiongkok menolak keluhan warga Hongkong dengan mengatakan bahwa Perjanjian Sino-Inggris hanya memiliki “nilai historis.”

Tindakan yang lebih melanggar hukum terjadi tidak lama setelah itu. Lima penjual buku Hong Kong direnggut dari jalanan Hong Kong dan Canton oleh agen-agen Komunis Tiongkok. 

Apakah kejahatan yang dilakukan para penjual buku tersebut? Mereka menjual — di Hong Kong — buku-buku yang telah dilarang di Tiongkok karena menempatkan Xi Jinping dan Komunis Tiongkok dalam kondisi buruk.

Tetapi strategi lama Komunis Tiongkok “membunuh satu untuk memperingatkan seratus” tidak berhasil dengan baik pada warga Hong Kong yang bebas. 

Penculikan warga Hongkong dari jalanan kota mereka sendiri malah memperkuat tekad mereka untuk menentang perambahan lebih lanjut atas kebebasan yang dijanjikan. Perjanjian ekstradisi yang diusulkan akan ditentang oleh mereka.

2 Juta demonstran yang turun ke jalan berasal dari berbagai kalangan, tetapi memiliki satu kesamaan. 

Mereka hampir semuanya adalah keturunan dari jutaan orang Tiongkok Daratan yang melarikan diri dari pemerintahan komunis sejak tahun 1940-an, demi keamanan relatif pemerintahan kolonial Inggris. 

Mereka berkembang pesat di pasar bebas Hong Kong. Mereka sedikit diperintah oleh pegawai negeri yang berpegang pada aturan hukum, sangat kontras dengan sisi lain dari perbatasan dengan Tiongkok. Yang dulu dan sekarang diperintah oleh oligarki komunis yang korup, dan peradilan yang sama korupnya.

Jika tindakan yang diambil oleh warga Hongkong adalah jelas – mereka menyadari mereka harus menentang perambahan lebih lanjut oleh Komunis Tiongkok pada hak-hak dasar mereka – adalah jauh dari jelas bagaimana Xi Jinping akan merespons – tetapi Xi Jinping harus menanggapi.

Menyusul kepergian Inggris pada tahun 1997, Beijing memindahkan pasukannya ke Hong Kong. 

Tetapi selama 20 tahun terakhir, pasukan ini telah kembali ke barak mereka. Tidak pernah sekali pun dipanggil untuk berurusan dengan episode berkala keresahan publik terhadap tindakan sombong Tiongkok.

Hong Kong pada tahun 2019 bukanlah Beijing pada tahun 1989. Bukannya sebuah kontingen kecil wartawan asing yang dapat ditakuti dan dikumpulkan di satu hotel. Ada ratusan wartawan yang tinggal di salah satu kota paling kosmopolitan di planet ini. Ada puluhan, jika bukan ratusan, dari ribuan warga Hong Kong yang tidak ragu untuk memposting di internet setiap kekejaman yang dilakukan oleh Komunis Tiongkok.

Pembantaian di depan mata seluruh dunia akan menjadi kegagalan dari mana Komunis Tiongkok, maupun Hong Kong, akan pulih.

Penerapan langsung kekuatan sebagian besar dikesampingkan oleh faktor lain juga. Hampir semua elit komunis yang korup telah memarkir sebagian pundi-pundi hasil korupsi mereka di Hong Kong, berinvestasi di real estat atau pasar saham di sana. Bagi mereka, dan bagi Tiongkok secara keseluruhan, Hong Kong adalah angsa yang bertelur emas.

Mengakhiri status terpisah Hong Kong — baik melalui aksi militer secara langsung atau melalui pencekikan yang lambat dan berkelanjutan —pada dasarnya, akan membunuh “si angsa bertelur emas.” 

Peran kota Hong Kong sebagai pusat keuangan regional akan berakhir dengan tiba-tiba, saham lokal dan real estat pasar akan ambruk, dan Xi Jinping akan membuat banyak anggota aristokrasi komunis semakin tidak puas dengan pemerintahannya yang berat daripada pendahulunya.

Tangan Xi Jinping bagaikan diikat di wajah pembangkangan ini, yang menyebabkan ia terus kehilangan muka setiap hari. 

Jika ia memerintahkan badan legislatif Hong Kong untuk mengeluarkan undang-undang ekstradisi, maka Hong Kong akan kembali membara. Jika ia memberitahu Carrie Lam dan antek-anteknya yang lain untuk menarik hukum tersebut, ia akan terlihat lemah.

Bila dibiarkan tanpa pilihan yang baik, Xi Jinping dengan tak berdaya melihat jutaan rakyatnya memilih di jalan tidak hanya untuk menentang kebijakannya, tetapi juga menentang pemerintahannya yang berkelanjutan.

Masalah Xi Jinping saat ini di Hong Kong sangat diperparah oleh kebuntuan perang dagang saat ini dengan Amerika Serikat. Di sini, juga, Xi Jinping menghadapi pilihan Hobson, yaitu pilihan bebas yang hanya ada satu opsi yang dipilih.

Jika Xi Jinping sejalan dengan tuntutan Amerika Serikat untuk perdagangan yang adil — yang berarti menghormati hak properti, supremasi hukum, dan membentuk peradilan yang tidak memihak — maka ia melemahkan kendali Komunis Tiongkok atas masyarakat.

Jika, di sisi lain, Xi Jinping menolak reformasi besar-besaran seperti itu, tanpa diragukan lagi Presiden Amerika Serikat Donald Trump akan mengancam menaikkan tarif pada semua barang buatan Tiongkok. 

Jika ini terjadi, maka seluruh sektor ekspor ekonomi Tiongkok — satu-satunya sektor yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip pasar dan benar-benar menghasilkan untung — akan berkurang, karena perusahaan memindahkan pabriknya ke negara lain untuk menghindari tarif.

Akibat yang akan ditanggung bila menolak mengendurkan cengkeraman Komunis Tiongkok pada kekuasaan, akan mengakibatkan ekonomi Tiongkok semakin melemah, yang kini sudah menunjukkan tanda-tanda ketegangan serius.

Apa pun keputusan yang diambil Xi Jinping di Hong Kong atau dalam pembicaraan perdagangan dengan Donald Trump, ia akan menciptakan permusuhan pada saat ia hampir tidak mampu melakukannya. 

Akankah warga di kota-kota lain di Tiongkok mengambil jalan kebebasan? Mungkin saja. 

Tetapi yang lebih mungkin adalah upaya bersama oleh faksi lain di internal Partai Komunis Tiongkok untuk mengambil keuntungan dari kelemahan Xi Jinping saat ini untuk mengurangi pengaruhnya, jika tidak mencopotnya dari jabatan.

Meskipun tergoda untuk duduk dan menonton permainan ini secara real time, Amerika Serikat harus tetap waspada terhadap kemungkinan lain: Bahwa Komunis Tiongkok, untuk mengalihkan perhatian dari masalah domestiknya, dapat memutuskan untuk menghajar Amerika Serikat. 

Ini mungkin mengambil bentuk yang mendorong Little Rocket Man untuk melakukan yang terbaik, yaitu, menembakkan satu atau dua rudal balistik. Atau mungkin menenggelamkan beberapa kapal penangkap ikan Filipina di Laut Tiongkok Selatan, akibatnya memanggil Amerika Serikat datang untuk membantu mitra sekutunya. 

Atau bahkan, untuk membungkam pengkritiknya, melancarkan invasi, atau setidaknya pura-pura menggertak Taiwan.

Apa pun tindakan yang diputuskan Komunis Tiongkok untuk diambil, tidak akan ada pertanyaan mengenai satu hal: Tidak ada rezim komunis yang mampu membiarkan pertunjukan pembangkangan publik sebesar dan mengesankan seperti yang dilakukan oleh warga Hongkong untuk tidak direspon. Terutama tidak ketika itu terjadi pada saat kepemimpinan Partai Komunis Tiongkok di bidang lain dipertanyakan.

Apakah Komunis Tiongkok bermaksud atau tidak menghancurkan Hong Kong sebagai pusat komersial yang bergelora, dan sebagian besar bebas? badai sempurna yang kini berputar di atas  Komunis Tiongkok dapat berarti kehancuran politik Partai Komunis Tiongkok itu sendiri.

Steven W. Mosher adalah President of the Population Research Institute dan penulis buku  “Bully of Asia: Why China’s Dream is the New Threat to World Order”

Panen Organ di Tiongkok yang Sulit Dipercaya, Kerabat Korban : “Kornea Mata Saudara Saya Diambil Paksa”

0

Epochtimes.com

Beberapa waktu lalu, Pengadilan independen di London memutuskan bahwa pembunuhan tahanan oleh komunis Tiongkok untuk mendapatkan organ masih berlangsung hingga kini. 

Yu Luowen seorang warga Tiongkok Yu Luowen, yang sekarang tinggal di Amerika Serikat mengatakan Kepada the Epoch Times terkait saudaranya Yu Luoke, seorang penulis yang dieksekusi oleh komunis Tiongkok selama Revolusi Kebudayaan.

Menurut Yu Luowen, Komunis Tiongkok selalu bertindak kejam selama beberapa dekade. Kornea saudaranya diangkat dan ditransplantasikan kepada orang lain ketika itu.

Pengadilan independen di London ini disebut “Tribunal / pengadilan Tiongkok.” Sir Geoffrey Nice, selaku ketua dari tribunal tempat mengadili suatu perkara, yang pernah bekerja di tribunal kejahatan internasional untuk negara bekas Yugoslavia (1998 dan 2006).

Ia juga pernah memimpin penuntutan mantan presiden Serbia, Slobodan Milosevic, menuntut Milosevic atas dakwaan melakukan genosida, penyiksaan dan kejahatan terhadap kemanusiaan.

Putusan yang dikeluarkan oleh “pengadilan Tiongkok” pada 17 Juni 2019 lalu mengatakan bahwa praktisi Falun Gong yang dipenjara “mungkin menjadi sumber utama” organ yang diambil secara paksa oleh komunis Tiongkok.

Putusan itu mengungkap kejahatan pembunuhan oleh komunis Tiongkok demi organ dan dibeberkan di depan tokoh arus utama di Barat. 

Kyle Bass, pendiri perusahaan manajemen aset Hayman Capital Management berkomentar soal itu.

“Saya merasa jijik membaca berita ini, dan sudah saatnya memutuskan sepenuhnya hubungan dengan gerombolan jahat yang mengendaliklan komunis Tiongkok,” katanya.

Dalam sepekan terakhir, Bass menuduh Huawei mencuri teknologi Amerika dan mengutuk komunis Tiongkok sebagai “algojo genosida.” Dia juga memuji tindakan jutaan warga Hong Kong yang menentang undang-undang ekstradisi.

Putusan “Tribunal Tiongkok” mengatakan bahwa komunis Tiongkok memenjarakan, menyiksa dan mengeksekusi praktisi Falun Gong dan anggota kelompok agama untuk diambil organnya guna kebutuhan transplantasi. Kasus pengambilan organ paksa telah dimulai setidaknya 20 tahun yang lalu dan berlanjut hingga detik ini.

Mantan Anggota Parlemen, dan mantan Menteri Kabinet Kanada David Kilgour dan David Matas, pengacara hak asasi manusia internasional telah menerbitkan laporan berjudul ‘Bloody Harvest / The Slaughter : An Update’ yang mencakup 10 tahun investigasi transplantasi organ yang dimulai sejak tahun 2006. 

Namun, banyak orang yang tidak berani percaya pembunuhan kejam yang dilakukan komunis Tiongkok itu demi mengambil organ para tahanan terutama praktisi Falun Gong. 

Akan tetapi, berdasarkan penuturan Yu Luowen kepada the Epoch Times pada 23 Juni lalu, ia tidak meragukan sedikit pun perilaku jahat komunis Tiongkok setelah mengalami serangkaian peristiwa yang dialaminya.

“Anda harus tahu bahwa dalam pemikiran komunis Tiongkok, mereka dapat melakukan apa pun diluar nalar manusia normal, mereka itu tidak memiliki garis bawah/pembatas,” kata Yu Luowen.

Pada 13 Februari 1966, Yu Luoke, saudara laki-laki Yu Luowen, menerbitkan sebuah artikel berjudul “It Is Time to Struggle against Mechanical Materialism” di Wenhuibao, sebuah surat kabar harian utama Tiongkok di Shanghai.

Yu Luoke menentang kritik Yao Wenyuan terhadap drama sejarah baru “Hai Rui Dismissed from office.” Setelah pecahnya Revolusi Kebudayaan, pada paruh kedua tahun 1966, Yu Luoke menulis sebuah artikel yang terkenal “Family Background Theory.” Artikel itu mengkritik teori garis keturunan komunis Tiongkok.

Pada 5 Januari 1968, Yu Luoke ditangkap dan ditahan atas dakwaan kejahatan “mengorganisir kelompok kecil kontra-revolusioner”. Pada 5 Maret 1970, Yu Luoke dijatuhi hukuman mati di Stadion Buruh, Distrik Chaoyang, timur laut Beijing dan segera dieksekusi, saat itu usianya 27 tahun.

Yu Luowen, adiknya mengatakan kepada the Epoch Times, setelah kakaknya dieksekusi, kornea matanya diangkat dan dipindahkan ke seseorang yang disebut sebagai “Model worker atau pekerja teladan.

“Setelah saudara saya direhabilitasi, seorang dokter pernah menemui saudara perempuan saya dan mengatakan bahwa kornea saudara laki-laki saya telah diambil pada saat itu, sementara organ-organ lain tidak diketahui,” jelas Yu Luowen. 

Dokter itu seorang dokter spesialis mata.Menurutnya kornea mata Yu Luoke telah diberikan kepada seseorang, yang disebut sebagai pekerja teladan pada waktu itu. Pada saat itu, generasi kedua dari pejabat elite komunis Tiongkok tidak memiliki kuasa atau wewenang sekuat sekarang. Pekerja teladan dan individu  saat itu adalah orang-orang yang paling berkuasa. Ketika Revolusi Kebudayaan, hal semacam itu sudah biasa terjadi. 

Menurut Yu Luowen, organ diambil setelah dieksekusi. Seseorang yang telah dipilih organnya lalu dieksekusi. Tingkat kejahatannya berbeda.

“Sekarang, demi organ, seseorang didakwa atas kejahatan yang tidak dilakukan, dengan kata lain sengaja membunuh seseorang untuk diambil organnya. Para praktisi Falun Gong ini tidak melakukan kejahatan sama sekali, tetapi demi mendapatkan organ, mereka disiksa hingga tewas,” kata Yu Luowen.

Demi mengambil organ dan membunuh seseorang bukan baru dimulai saat ini, tetapi telah dilakukan komunis Tiongkok sejak Revolusi Kebudayaan pada 1966 -1976.

Pada April 1978, seorang komandan batalion memberi tahu dia bahwa putra seorang wakil komandan wilayah militer memerlukan transplantasi ginjal.

“Dari mana asal ginjal, tak perlu bertanya lagi, mereka seharusnya juga tahu bahwa satu-satunya cara untuk mendapatkan organ hanya dari tahanan yang dihukum mati,” kata Wakil komandan batalion.

Menurut teori medis, fungsi ginjal wanita lebih baik daripada ginjal pria, terutama ginjal wanita muda. 

“Untuk memastikan keberhasilan operasi, sebaiknya pilih tahanan wanita muda sepertinya di penjara pertama provinsi kalian ada satu tahanan wanita. Orang yang dipilih ini adalah Zhong Haiyuan,” tambah Wakil komandan batalion itu.

Pada 30 April 1977, Zhong Haiyuan dieksekusi. Sebelum eksekusi, dokter militer memberikan tiga suntikan untuk menjaga ginjal tetap dalam keadaan segar. Ketika dieksekusi, sengaja tidak menembak di bagian vital, agar jantung tetap berdetak untuk sementara waktu.

Menurut Yu Luowen, hal semacam itu telah ada semasa Revolusi Kebudayaan. Setelah bertahun-tahun “mengasah”, bagaimana mungkin komunis Tiongkok tidak melakukan hal yang lebih brutal ? 

Sejak  awal berita tentang pengambilan organ, Yu Luowen yakin bahwa berita itu nyata, dan menurutnya kejahatan seperti itu akan terus berkembang.

Sementara itu pengadilan Tiongkok mengatakan bahwa waktu tunggu transplantasi di rumah sakit Tiongkok sangat singkat. Seringkali hanya dalam satu atau dua minggu sudah tersedia organ segar.

Begitu banyak organ yang dibutuhkan, dan waktunya sangat singkat, itu sudah sangat mencurigakan.

“Menurut hukum normal internasional, dan berdasarkan proporsi populasi, tidak mungkin bisa dilakukan dengan begitu cepat. Pasokan organ yang begitu banyak mampu disediakan dalam waktu singkat, jadi saya merasa sangat mencurigakan, dan jelas tidak ada diragukan lagi komunis Tiongkok sedang melakukan pengambilan organ hidup,” kata Yu Luowen.

Dari 19 Oktober hingga 2 Desember 2018, tim investigasi internasional memperoleh 17  bukti yang direkam dalam penyelidkan via telepon terhadap kepala, direktur, dokter dan orang-orang yang bertanggung jawab lainnya dari 12 rumah sakit besar. Rumah sakit itu ada  di 11 provinsi dan kota termasuk Beijing, Tianjin dan Shanghai yang diduga mengambil organ praktisi Falun Gong.  

Hasil penyelidikan menunjukkan bahwa komunis Tiongkok masih mengambil organ dari praktisi Falun Gong untuk transplantasi.

Yu Luowen menilai, kejahatan pengambilan organ tidak akan berhenti sebelum komunis Tiongkok binasa, dan justeru akan semakin merajalela.

“Saya rasa dunia harus bersuara dan melarang praktik semacam itu. Kita harus membiarkan seluruh dunia mengerti bahwa komunis Tiongkok melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan yang tak termaafkan,” ujarnya. (jhon)

Jerman Memeringati 75 Tahun Upaya Pembunuhan Diktator Hitler

0

Yu Ping

Merkel dalam peringatan 75 tahun upaya pembunuhan atas diktator Hitler, memuji Von Stauffenberg sebagai Kolonel Jerman yang menjadi teladan untuk generasi sepanjang masa. 20 Juli 2019 adalah hari yang dikenal sebagai peringatan 75 tahun upaya pembunuhan Hitler. Kanselir Jerman Angela Merkel menyampaikan pidato pada upacara peringatan dan meminta semua kekuatan untuk bersatu dalam mempertahankan demokrasi.

Merkel berbicara pada peringatan tahun itu, dan dia berterima kasih kepada von Stauffenberg atas tindakan heroiknya. Merkel berkata: “Terkadang, melanggar perintah juga merupakan semacam kewajiban.” Merkel menyatakan, von Stauffenberg dan sekutunya dengan berani mencoba menggulingkan rezim Nazi – National Sozialismus, yang tidak adil dan sepenuhnya memahami konsekuensi pribadi yang mungkin ditanggung. “Hingga kini, keberanian sang pejuang untuk melawan adalah teladan bagi kita,” kata Merkel.

Merkel menyatakan bahwa 20 Juli tidak hanya mengingatkan pada mereka yang berpartisipasi dalam upaya pembunuhan 20 Juli, tetapi juga mengingatkan semua orang yang berani bangkit memrotes rezim Nazi kala itu. “Di hari ini kita juga memiliki tanggung jawab untuk menentang trend dalam semua upayanya menghancurkan demokrasi,” kata Merkel. Siapakah Von Stauffenberg itu? Von Stauffenberg adalah anggota inti dari Organisasi Perlawanan Internal Pasukan Pertahanan Jerman.

Sejak 1942, Von Stauffenberg beranggapan bahwa kekalahan Nazi yang telah secara bertahap mulai nampak. Hitler sudah tidak mampu memimpin Jerman. Demi melindungi jutaan orang dari agresi Nazi Jerman, Stauffenberg yang disaat itu berusia 35 tahun memutuskan untuk meluncurkan operasi pembunuhan Hitler.

Pada 20 Juli 1944, Hitler mengadakan rapat pusat di markas Prusia Timur. Von Stauffenberg membawa tas berisi bahan peledak ke dalam ruang konferensi dan menyembunyikannya di bawah meja konferensi. Von Stauffenberg  berupayanya agar bom itu lebih mendekat ke posisi tempat duduk Hitler. Tetapi pertemuan itu tiba-tiba diubah waktunya, von Stauffenberg dengan hanya mengandalkan tiga jari kanannya yang tersisa dari medan perang hanya berhasil menyelesaikan sebuah program detonasi. Padahal dia sebenarnya telah menyiapkan dua bom.

Dengan hanya sebuah bom, kekuatan ledakan itu telah berkurang separuh. Itulah salah satu alasan Hitler bisa lolos dari maut. Ditambah dengan cuaca yang panas, tempat pertemuan telah diubah, dan jendela dibuka untuk ventilasi, sehingga telah mengurangi daya ledak pula. Paket bom von Stauffenberg secara tak disengaja digeser oleh seorang peserta rapat. Bom itu terpisah dari Hitler oleh kaki meja kayu yang tebal. Pada saat bom meledak, Hitler sedang berdiri melihat peta di atas meja. Meja yang tebal dan berat itu telah memblokir kekuatan bom.

Berdasarkan semua “kebetulan” itu, Hitler hanya sedikit terluka dalam percobaan pembunuhan itu. Selama hidupnya Hitler telah lolos dari sekitar 40 upaya pembunuhan dan kali ini aksi Von Stauffenberg  itu menjadi aksi yang paling dekat dengan kesuksesan.

Beberapa jam setelah pembunuhan itu gagal, Kolonel Claus von Stauffenberg dan yang lainnya ditembak mati di halaman markas besar militer pusat di Bendlerblock, Berlin. Von Stauffenberg menulis dalam buku hariannya bahwa “Orang yang melakukan ini harus memahami bahwa rakyat mungkin saja bakal menuduh kami adalah pengkhianat, tetapi jika kami tidak melakukannya, kami adalah pengkhianat dari hati nurani.”

Setelah upaya pembunuhan itu, banyak orang benar-benar menganggap para penggagas “kasus konspirasi 20 Juli” itu sebagai pengkhianat dan mereka telah memikul tudingan itu selama lebih dari 20 tahun.

Dari “pengkhianat” menjadi “pahlawan”

Dalam operasi untuk membunuh Hitler, von Stauffenberg adalah tokoh kunci. Sejak Hitler menginvasi Uni Soviet pada 1941, Von Stauffenberg beralih dari seorang pendukung Nazi menjadi penentang paling gigih. Pada saat itu, kekuatan perlawanan di dalam pasukan Jerman sangat kecil, hanya terdapat sekitar 1.000 orang, sedangkan hanya 200 hingga 300 orang yang terlibat dalam pembunuhan 20 Juli. Jumlah itu sangat kontras dengan 8.000.000 personel bersenjata militer Jerman.

Hal yang paling kontroversial adalah apakah grup konspirasi yang diwakili oleh von Stauffenberg itu adalah patriot atau pengkhianat? Bertahun-tahun setelah berakhirnya Perang Dunia Kedua, opini publik dari masyarakat Jerman juga menganggap insiden 20 Juli itu adalah perselisihan di dalam internal militer. Sampai masa 1960-an, lebih dari separuh orang Jerman menganggap von Stauffenberg sebagai pengkhianat.

Presiden Jerman Johannes Rau kala itu bahkan menyatakan, “Jangan memperlakukan para peserta serangan 20 Juli sebagai pahlawan karena mereka telah menghancurkan tradisi loyalitas orang Jerman terhadap tugas mereka.” Tetapi pasca 1960-an, situasinya telah berubah. Masyarakat Jerman secara bertahap menerima gagasan bahwa orang-orang ini adalah pahlawan penentang Nazi yang berusaha menyelamatkan Jerman.  Setelah penyatuan kembali Jerman pada 1990, Kementerian Pertahanan telah pindah kembali ke Gedung Departemen Angkatan Darat di Jalan Bendler di Berlin.

Untuk memperingati tindakan heroik von Stauffenberg, pemerintah Jerman mengganti nama jalan dimana Kementerian Pertahanan berada menjadi jalan von Stauffenberg. Pemerintah Jerman juga telah membangun sebuah monumen di tempat von Stauffenberg dan yang lainnya dieksekusi. Pada 20 Juli setiap tahun, Pasukan Pertahanan Jerman selalu mengadakan upacara pelantikan bagi para personel militer baru di tempat von Stauffenberg dieksekusi. (HUI/whs)

Kasus Aneh Future FinTech yang Sempat Listing di Bursa NASDAQ

0

Fan Yu – The Epochtimes

Bagi sebagian besar perusahaan, yang listing di NASDAQ Stock Exchange yang berbasis di New York adalah lencana kehormatan. Hal ini memberi perusahaan beberapa legitimasi. Bahkan, memberikan sinyal kepada investor bahwa perusahaan tersebut mencapai tingkat keberhasilan tertentu.

Melansir dari The Epochtimes, akan tetapi para investor di Future FinTech Group Inc. mungkin terkejut. Mereka mendapati bahwa perusahaan tersebut ikutan delisting atau dihapus pencatatan saham dari NASDAQ Stock Exchange. Dikarenakan, gagal mengajukan fincancial statement atau laporan keuangannya beserta bursanya. Untuk diketahui, setelah delisting, selanjutnya saham sudah tak bisa lagi ditransaksikan. 

Future FinTech Group Inc. belum mengajukan laporan keuangan yang diperlukan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2018, atau kuartal yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2019. 

Bursa tersebut saat ini sedang meninjau permintaan untuk perpanjangan dan kepatuhan, tetapi masa depan perusahaan tersebut di pasar modal Amerika Serikat adalah berisiko.

Future FinTech Group Inc. berbasis di kota Xi’an di Provinsi Shaanxi, Tiongkok, dan merupakan contoh terbaru dari perusahaan Tiongkok dengan rekam jejak yang tidak merata. Kasus ini pengungkapan informasi terbatas yang memanfaatkan status listing Amerika Serikat untuk mendapatkan modal asing.

Nama Future FinTech Group Inc. terdengar sah dan mungkin sengaja diciptakan untuk menarik investor yang tidak curiga. 

“Future” menandakan inovasi, dan “FinTech” adalah kata kunci yang digunakan oleh para startup dan pemegang jabatan. Tujuannya, untuk menggambarkan inovasi terbaru dalam layanan keuangan, seperti munculnya cross border payments fintech, transaksi peer-to-peer landing, atau smart kontrak yang berbasis blockchain.

Mungkin mengejutkan beberapa investor bahwa sejarah perusahaan Future FinTech dimulai pada tahun 1998 sebagai Cyber ​​Public Relations Inc., sebuah penyedia konsultasi e-commerce untuk usaha kecil. 

Nama dan bisnis utama perusahaan tersebut mengalami beberapa perubahan setelahnya. 

Pada satu titik berubah menjadi Entech Environmental Technologies Inc, yang beroperasi melalui anak perusahaan utamanya, H.B. Covey Inc., untuk menyediakan “layanan konstruksi dan pemeliharaan untuk stasiun layanan minyak bumi,” menurut arsip United States Securities and Exchange Commission atau Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat. 

Arsip menunjukkan bahwa pada tahun 2008, Shaanxi Tianren Organic Food Co., Ltd. yang berbasis di Xi’an — produsen konsentrat jus buah yang wujud aslinya adalah Xi’an Zhonglv Ecology Science and Technology Industry Co. Ltd, yang mengembangkan produk plastik resin biodegradable atau yang dapat hancur sendiri — mengadakan perjanjian reverse merger dengan Environmental Technologies Inc. 

Hak ini memungkinkan Tianren Tiongkok menganggap perusahaan Entech Amerika Serikat, sebagai cara yang mulus untuk menjadi perusahaan publik di Amerika Serikat, tanpa perlu mengajukan pengungkapan yang luas seperti yang dipersyaratkan dalam IPO Reguler- Initial Public Offering – atau Penawaran Umum Perdana

Pada titik itu, nama perusahaan diubah menjadi SkyPeople Fruit Juice Inc. dan mulai berdagang dengan simbol ticker “SPU.”

Namun, SkyPeople sama sekali bukanlah investasi besar bagi para pemegang sahamnya. Harga saham SkyPeople anjlok dari  80 dolar AS menjadi kurang dari 2 dolar AS pada tahun 2016, ketika SkyPeople hampir jadi sasaran delisting oleh NASDAQ karena gagal mengajukan keuangan tahunan pada tahun 2015.

Pada bulan Mei 2016, perusahaan SkyPeople merekayasa 8-for-1 reverse stock split, sebuah langkah yang menggabungkan 8 lembar saham menjadi 1 lembar saham dalam upaya meningkatkan harga saham nominal secara buatan.

Kemudian, pada tanggal 9 Juni 2017, SkyPeople tiba-tiba mengubah namanya menjadi Future FinTech dan mengumumkan akan memulai perdagangan dengan simbol ticker yang baru “FTFT.” 

Pada saat yang sama, perusahaan SkyPeople mengubah bisnisnya menjadi bergerak dalam “penelitian dan pengembangan sistem aset digital berdasarkan teknologi blockchain.” 

Selain itu, mengoperasikan inkubator untuk proyek aplikasi menggunakan teknologi blockchain.”

Pada tahun 2017 juga terjadi ketika blockchain dan cryptocurrency menjadi mainstream. Bitcoin, misalnya, meningkat dari nilai 900 dolar AS menjadi 20.000 dolar AS selama tahun 2017. 

Pivot bisnis yang tiba-tiba yaitu Skype dan perubahan nama kemungkinan bukanlah sebuah kebetulan. Itu adalah salah satu dari beberapa perusahaan yang mengambil keuntungan dari tren pada tahun 2017 untuk menghidupkan minat investor.

Hari ini SkyPeople mengoperasikan tiga anak perusahaan utama, dua di antaranya terkait dengan pemasaran online dan FinTech, dan satu lagi, SkyPeople Foods, mempertahankan bisnis warisan konsentrat jusnya. Ketiga anak perusahaan utama terdaftar di Kepulauan Virgin Britania Raya.

Sementara Future FinTech belum melaporkan hasil keuangan 2018 setahun penuh, kinerja keuangannya baru-baru ini telah memburuk. 

Future FinTech membukukan rugi bersih 102,5 juta dolar AS pada tahun 2017 pada delisting sebesar  90 juta dolar AS, terkait dengan aset tetap dan konstruksi yang sedang berjalan di pabrik dan pabrik pengolahan, jauh lebih dari kerugian  5,3 juta dolar AS yang dilaporkan pada tahun 2016. 

Untuk tahun-tahun yang berakhir yaitu tahun 2015 dan 2014 , perusahaan melaporkan laba bersih masing-masing 2,9 juta dan 7,9 juta dolar AS.

Tanda lain dari tekanan keuangan adalah bahwa perusahaan telah berganti auditor independen sebanyak tiga kali dalam empat tahun fiskal terakhir. Akun Future FinTech 2014 disertifikasi oleh Armanino LLP, yang berbasis di San Ramon, California, sedangkan akun Future FinTech 2015 disertifikasi oleh Jia Roger Qian Wang, sebuah akuntan publik dari Flushing, New York. Akun Future FinTech 2016 dan 2017 disertifikasi oleh Wang Certified Public Accountant, P.C.

Laju listing Amerika Serikat oleh perusahaan-perusahaan Tiongkok telah melambat. Pada tanggal 30 Juni, Barron melaporkan bahwa 11 perusahaan Tiongkok telah meningkatkan ekuitas di Amerika Serikat tahun ini, mewakili hanya 4 persen dari total pasar IPO. 

Luckin Coffee adalah yang terbesar, mengumpulkan sedikit lebih dari 600 juta dolar AS pada bulan Mei. Sebagai perbandingan, 40 perusahan listing pada tahun 2018 berasal dari perusahaan Tiongkok, hampir 15 persen dari jumlah secara totalnya.

Sementara itu, para investor Future FinTech dengan cemas menunggu hasil tinjauan NASDAQ. Kecemasan mereka mengenai rencana kepatuhan perusahaan Future FinTech untuk melihat apakah modal investasinya akan bertahan. (Vv/asr)

Beijing-Shanghai-Guangzhou-Shenzhen Apabila Digabungkan, Tetap Sulit Gantikan Hongkong

0

Chen Simin

Setelah Komunis Tiongkok terlebih dahulu melakukan latihan militer di Shenzhen, Tiongkok untuk menggertak gerakan “anti ekstradisi” di Hongkong, baru-baru ini beredar lagi kabar akan mengembangkan sektor moneter di Shenzhen, untuk menggantikan Hongkong.

Informasi publik menunjukkan, pada 2018 silam, kapasitas penumpang di bandara internasional Hongkong mencapai 74,7 juta orang, memecahkan rekor tahunan tertinggi. Fasilitas bandara saat ini sangat memadai menghadapi peningkatan kapasitas di masa mendatang. Volume penumpang di Bandara Shenzhen pada 2018 mencapai 49,35 juta orang, sudah melampaui kapasitas maksimum. Tapi tahun ini landasan pacu ke-3 baru disetujui, dan belum dimulai pengerjaannya.

Komunis Tiongkok menjadikan Shenzhen Special Economic Zone sebagai prestasi pemerintahan, namun setelah 40 tahun pembangunan bandara masih jauh tertinggal di belakang Hongkong, walaupun dikatakan produk domestik bruto – PDB telah melampaui Hongkong. PDB di Beijing-Shanghai-Guangzhou-Shenzhen telah melampaui Hongkong. PDB Shanghai telah melampaui Hongkong sudah sejak 10 tahun ini, namun, hingga saat ini, keempat kota lini pertama itu tidak ada satu pun yang mampu menggantikan posisi Hongkong sebagai pusat finansial dunia.

Jika hanya menggunakan satu hal untuk menjelaskan Hongkong sebagai pusat finansial internasional, maka itu adalah skala IPO di kota itu. Saham yang diterbitkan di Hongkong adalah nomor satu di dunia, bertahun-tahun terus bersaing dengan New York, Amerika Serikat. 

Banyak perusahaan yang ingin mengembangkan perusahaannya secara serius rela melakukan listing di Hongkong atau di Amerika. Daya tarik bursa efek Hongkong terhadap modal dari seluruh dunia jauh melampaui bursa Shanghai maupun bursa Shenzhen. 

Tak hanya perusahaan multinasional saja, bahkan perusahaan BUMN Tiongkok seperti PetroChina, TobaccoChina dan lain-lain beramai-ramai masuk ke bursa efek Hongkong. Beserta raksasa perusahaan dalam negeri Tiongkok seperti Tencent, Xiaomi, juga ikut bertandang ke Hongkong meluncurkan IPO-nya. Bahkan Alibaba Group juga berencana mengubah IPO yang awalnya direncanakan di Amerika Serikat untuk dipindahkan ke Hongkong, dan bukan di Shanghai Stock Exchange.

Walaupun dikabarkan akibat aksi unjuk rasa “anti ekstradisi” Alibaba telah menunda IPOnya di Hongkong, juga ada pandangan yang menilai aksi unjuk rasa itu sangat merusak perekonomian Hongkong. Namun menurut liputan media massa Taiwan, sebagian investor Tiongkok sepertinya justru “makin cinta pada bursa Hongkong saat semakin terpuruk. Antusiasme investor yang membeli lewat Shanghai Connect dan Shenzhen Connect sepertinya tidak menyusut. 

Data yang dirangkum oleh “Bloomberg” juga menunjukkan, investor Tiongkok telah meningkatkan kepemilikan saham Hongkong mereka selama 17 hari berturut-turut melalui Shanghai Connect. Itu berarti walaupun sistem propaganda Komunis Tiongkok berusaha keras mencemarkan aksi unjuk rasa di Hongkong, namun masih banyak pemodal dalam negeri mereka yang memberi dukungan diam-diam dengan merangkul Hongkong.

Selain berebut pamor dengan bursa efek Amerika, dan tidak bisa digantikan posisinya oleh Shanghai maupun Shenzhen, bahkan bursa valuta asing Hongkong pun tidak tergantikan oleh Shanghai maupun Shenzhen. 

Merujuk pada pandangan media keuangan dan ekonomi arus utama di Tiongkok, menyatakan walaupun di bidang layanan pembiayaan langsung Hongkong banyak yang telah direbut oleh Shanghai, hanya mengandalkan kumpulan aset RMB lepas pantai terbesar di seluruh dunia, Hongkong sudah mampu mengandalkan layanan manajemen aset itu untuk menghidupi kota. Lihat saja dari total nilai obligasi dimsum atau obligasi RMB di Hongkong, yang pada dasarnya adalah tren peningkatan yang melonjak. 

Di tahun 2007 obligasi dimsum hanya kurang dari USD 10 milyar, dan selama 14 tahun ini telah hampir mencapai USD 600 milyar. Bagi Tiongkok, di satu sisi bisa memanfaatkan status Hongkong sebagai pusat finansial internasional, untuk mendorong reformasi finansial dan mata uang di Tiongkok. Di sisi lain terpisahnya posisi Hongkong dari daratan Tiongkok juga bisa berfungsi sebagai firewall. Tidak perlu khawatir begitu lepas kendali akan berdampak pada stabilitas finansial Tiongkok sendiri. 

Berpijak pada untung rugi di pihak Beijing, maka dipilihlah Hongkong sebagai pusat peredaran RMB lepas pantai. Di baliknya tentu ada keunggulan yang dimiliki Hongkong yang tak tergantikan oleh Shanghai maupun Shenzhen.

Propaganda penyambung lidah Komunis Tiongkok mendoktrin masyarakatnya, “Solidnya ekonomi di Hongkong adalah berkat pemberian Tiongkok”. Sebenarnya “pundi emas pertama” perekonomian Tiongkok berasal dari Hongkong. 

Media massa Tiongkok “Finance & Economics” memberitakan bahwa pada awal dikembalikannya Hongkong dari Inggris, pasar modal Tiongkok masih berada dalam tahap sangat belia. Pembiayaan perusahaan dalam negeri yang unggul, serta reformasi BUMN dan masalah operasional tingkat modal lainnya, membuat Hongkong pun menjadi jalur terbaik. 

Pada saat yang sama banyak perusahaan besar dari Tiongkok listing di bursa Hongkong, juga sangat memacu bursa terkait lainnya serta meningkatkan skala nilai pasarnya. Di samping itu, juga memberikan jalur yang memudahkan para investor dunia untuk berinvestasi di perusahaan Tiongkok.

Ada fakta membuktikan, jika Hongkong begitu mudahnya digantikan, maka sejak dulu sudah digantikan. Bidang finansial itu adalah transaksi kepercayaan, kepercayaan adalah pondasi finansial. 

Bagi instansi finansial dunia, nilai inti yang dapat diberikan oleh Hongkong adalah “kepercayaan.” Kepercayaan yang mencakup kebebasan, keterbukaan media, hukum, internet dan lain-lain yang merupakan “prasyarat untuk menjadi pusat finansial internasional.” Hal itu justru merupakan faktor yang ditindas mati-matian oleh Komunis Tiongkok. 

Beijing-Shanghai-Guangzhou-Shenzhen hari ini tidak satu pun mampu menggantikan posisi Hongkong sebagai pusat finansial internasional, yang terefleksi justru adalah tidak percayanya finansial global terhadap rezim Komunis Tiongkok. (SUD/whs)

(Eksklusif) Setelah 18 Agustus, Pernyataan Terbaru Xi Terhadap Situasi Hongkong

0

Li Lingpu, melaporkan dari Hongkong

Menurut informasi eksklusif yang diperoleh Epochtimes Hong Kong, Xi Jinping bersama para petinggi Zhongnanhai telah menyaksikan berkumpulnya warga Hongkong dalam aksi 18 Agustus lalu.  

Keesokan harinya pada Senin 19 Agustus, Beijing buru-buru menyampaikan instruksi terbaru Xi Jinping kepada para penanggung jawab seluruh departemen dan instansi di Hongkong. 

Isi instruksi itu menyebutkan: “Siapa yang membuat masalah harus diselesaikan sendiri, harus diatasi sendiri, jangan memberikan tekanan lagi pada pusat.”

Selama 11 minggu berlangsungnya gerakan “anti RUU ekstradisi”, pada 18 Agustus lalu lebih dari 1,7 juta warga Hongkong berunjuk rasa di jalan. Walau diguyur hujan lebat, tindakan yang menyentuh perasaan seluruh dunia. 

Melanjutkan pernyataan terbuka Presiden AS Donald Trump yang mengaitkan masalah perang dagang AS dan Tiongkok dengan situasi di Hongkong saat ini, Wakil Presiden AS Mike Pence pada 20 Agustus lalu, kembali membuka kartu Komunis Tiongkok dengan  terkait masalah Hongkong.

Pence menegaskan, jika ingin mencapai kesepakatan dengan AS, Komunis tiongkok harus menaati janjinya pada sino-Inggris pada Tahun 1984.” Komunis Tiongkok pun tidak berani mengerahkan militer untuk menekan warga Hongkong, aura jahatnya pun terpukul.

Menurut informasi yang diungkap oleh generasi kedua Dinasti Merah atau hongerdai (cara baca: hung-erl-tai) kepada surat kabar the Epoch Times, ini adalah pertama kalinya Xi Jinping menyampaikan pernyataan resmi. 

Pernyataan itu  secara jelas dan paling menyeluruh sejak dimulainya gerakan anti RUU ekstradisi. 

Rapat pemberitahuan itu berlangsung sekitar setengah jam, sasaran rapat penyampaian itu adalah semua penanggung jawab instansi Tiongkok di Hongkong, termasuk ketua dan wakil ketua Kantor Penghubung Pusat wilayah eksekutif Hongkong dengan pemerintah pusat di Beijing, pihak militer dan para penanggung jawab BUMN Tiongkok di Hongkong.

Hongerdai itu mengungkapkan, pawai akbar 18 Agustus itu, disaksikan langsung oleh seluruh petinggi Zhongnanhai di Beijing lewat lebih dari 100 pos pengawasan di Hongkong. Dengan, mengerahkan lebih dari 2.000 agen intelijen dari Departemen Keamanan Publik, Departemen Keamanan dan Intelijen, Departemen Informatika, Departemen Politik Pusat Pihak Militer, Departemen Staf Umum dan lain sebagainya, yang disaksikan bersama-sama lewat siaran langsung secara online keseluruhan proses pawai 18 Agustus itu. Termasuk juga saluran siaran langsung oleh the Epoch Times dan stasiun TV New Tang Dynasty. 

Hongerdai itu mengatakan, banyak pejabat Komunis Tiongkok setelah menyaksikan pertemuan akbar 18 Agustus tersebut, mengatakan “terpaksa mengatakan salut kepada warga Hongkong”.

Konten penting pada pidato Xi adalah: “Bagi yang membuat masalah harus diselesaikan sendiri, harus diatasi sendiri, jangan lagi memberikan tekanan pada pusat.”

Selain itu PM Li Keqiang mengatakan, “Warga Hongkong tidak akan tunduk jika ditekan”, dan meminta pemerintah Hongkong agar segera menyelesaikan masalah kehidupan masyarakat.

Hongerdai itu mengatakan, Li Keqiang juga menyatakan, “Carry Lam ini, mutlak tak bisa dipercaya.“ 

Apa yang dimaksud Li Keqiang adalah Kepala Eksekutif Hongkong Carry Lam berikut Kantor Urusan Hongkong dan Makau, Kantor Penghubung Pusat Hongkong dan Aliansi Demokratis Hongkong -DAB- yang telah berbohong kepada pemerintah pusat Xi Jinping. Selain itu, merasa diri benar, memberikan informasi yang keliru pada pemerintah pusat, dan membuat Beijing mengira mereka “mampu mengatasi” Hongkong.

Hongerdai itu juga mengungkapkan, sebelumnya, yang dimaksud dengan “rapat penyampaian” yang digelar pusat bagi departemen berbeda di Hongkong, selalu diadakan oleh Kantor Urusan Hongkong dan Makau dan oleh Kantor Penghubung Pusat, yang selalu berbeda haluan dengan Xi Jinping. 

Selain itu ada pula media yang menyebutkan bahwa pidato Xi Jinping mengatakan “harus memakai cara Chengdu” untuk menyelesaikan masalah Hongkong. Artinya, menghukum pengunjuk rasa dengan berat, serta kesepahaman yang dicapai dalam Rapat Beidaihe dan lain sebagainya. Semua itu hanyalah omong kosong belaka.

Hongerdai itu mengatakan, “Rapat Beidaihe” sesungguhnya sudah tidak eksis lagi. Saat ini yang tersisa hanyalah sejumlah kader tua petinggi pusat dan manual militer yang berlibur, yang secara politik sudah tidak ada lagi pengaruhnya, dan Xi Jinping juga tidak lagi menghiraukan para manula itu.

Pidato Xi Jinping juga meliputi, tak akan membiarkan pasukan militer memasuki Hongkong. Juga tidak berharap peristiwa anti RUU ekstradisi di Hongkong berimbas pada Tiongkok daratan, serta timbul kondisi dimana warga Hongkong menyasar pemerintah pusat Beijing dan sebagainya.

Hongerdai itu pada hari itu juga mendengarkan penyampaian pidato tersebut, ia mengatakan, di hari itu pada 19 Agustus setelah pidato disampaikan, raut wajah beberapa orang penanggung jawab Kantor Penghubung Pusat di Hongkong itu terlihat sangat tidak senang.

Setelah Beijing menyampaikan pidato Xi Jinping tersebut, Kepala Eksekutif Hongkong Carry Lam di konferensi pers yang digelar keesokan harinya, memperlihatkan sikap yang melunak. Ia berjanji akan menggelar forum dialog, serta memperluas ruang lingkup investigasi Komisi Independen Pengawasan Polisi -IPCC- Hongkong.

Di hari yang sama Ketua IPCC yakni Dr. Anthony Francis NEOH, secara terbuka juga menyatakan dirinya setuju dibentuknya Komisi Investigasi Independen dan Carry Lam, seharusnya tidak boleh menghalangi pembentukan segera Komisi Investigasi Independen tersebut.

Opini Publik Kritik Hongkong Mereda, Kobaran Amarah Polisi Meredup

Di saat yang sama, opini publik di dalam negeri Tiongkok mereda secara menyeluruh. Semua instansi media corong Komunis Tiongkok termasuk CCTV tidak lagi memberitakan pemandangan “polisi bersenjata” atau “pasukan siaga di perbatasan” dan semacamnya. 

Media-media corong ini juga tidak lagi mengeluarkan pernyataan ancaman akan mengerahkan pasukan dan lain sebagainya. 

Selain itu, minggu lalu berita hasil rekayasa Komunis Tiongkok tentang wartawan “Global Times” bernama Fu Guohao dianiaya, kini juga telah mereda. Komunis Tiongkok  tidak lagi dengan skala tinggi mendukung Fu Guohao. 

Nara sumber hongerdai mengungkapkan, wartawan “Global Times” bernama Fu Guohao itu sebenarnya adalah mata-mata Departemen Keamanan, yang menyamar sebagai seorang wartawan.

Hingga 21 Agustus malam hari, sebulan pasca peristiwa serangan teroris di Yuen Long, ketika polisi membersihkan lokasi tidak digunakan gas air mata, polisi tidak menerjang masuk sampai ke dalam stasiun Yuen Long Station untuk mengejar dan menangkap pengunjuk rasa. Berbeda dengan minggu lalu di wilayah pusat kota gas air mata ditembakkan begitu intens dan aksi kekerasan begitu brutal. 

Pada saat yang sama, pada 22 Agustus pagi hari, polisi akhirnya turun tangan, dua orang pria berusia 48 tahun dan 54 tahun terlibat dalam penyerangan, penumpang di dalam Yuen Long Station pada 21 Juli lalu, dituduh terlibat kerusuhan. 

Kasus ini telah dilimpahkan ke Pengadilan Magistrate Fanling. Setelah pertemuan akbar 18 Agustus, kobaran api arogansi polisi agak meredup.

Diperkirakan Pejabat Hongkong Akan Ada Yang Mengundurkan Diri Dengan Alasan “Kondisi Kesehatan”, Akankah Instruksi Politik Xi Jinping Akan Keluar dari Zhongnanhai?

Kali ini sejak terjadi gerakan anti RUU ekstradisi, Kantor Penghubung Hongkong dan Kantor Urusan Hongkong & Makau berkali-kali menyampaikan pernyataan yang memprovokasi warga Hongkong, bahkan dituduh sebagai dalang di balik kerjasama polisi dengan kelompok triad. 

Termasuk pada peristiwa penyerangan di Yuen Long 21 Juli lalu, Kepala Divisi Pekerjaan New Territory pada Kantor Penghubung yakni Gai Ji Lei, diduga pada upacara pelantikan Komisi Desa Shap Pat Heung sempat menyampaikan pernyataan, bahwa “tidak akan membiarkan mereka membuat onar di Yuen Long”, yang diduga memprovokasi kelompok triad Yuen Long bertindak anarkis.

Sebelumnya, anggota Komisi Tetap Politbiro dari kubu Jiang Zemin bernama Han Zheng, yang juga merangkap urusan Hongkong, juga Zhang Xiaoming selaku Kepala Kantor Urusan Hongkong dan Makau, Wang Zhiming selaku Kepala Kantor Penghubung Hongkong dan lain-lain, juga pernah beberapa kali melontarkan pernyataan mendukung Carry Lam. 

Pada seminar 8 Agustus lalu, Zhang Xiaoming menyebut para pelajar Hong Kong sebagai perusuh, juga menuding aksi kerusuhan tersebut jelas memiliki ciri khas “revolusi warna.” 

Ia juga mengatakan Deng Xiaoping pernah mengatakan, jika terjadi kerusuhan, pusat pasti akan turun tangan. Ia menyampaikan komentar yang mengancam warga Hongkong dengan serangan literasi juga ancaman militer.

Hongerdai itu mengatakan, meletusnya masalah di Hongkong secara menyeluruh kali ini, adalah akibat kekacauan yang diciptakan sendiri oleh Carry Lam, selaku Kepala Eksekutif Hongkong, Kantor Urusan Hongkong dan Makau dan Kantor Penghubung Hongkong. Merekalah yang harus bertanggung jawab atas masalah ini.

Sumber itu mengatakan, Xi Jinping tidak mempercayai Kantor Penghubung Hongkong dan Kantor Urusan Hongkong & Makau. 

Xi menganggap mereka terus melakukan seperangkat kebijakan dari tokoh utama pada kubu Jiang Zemin yakni Zeng Qinghong dan mantan Kepala Kantor Urusan Hongkong & Makau yakni Liao Hui. 

Selama ini Kantor Urusan Hongkong & Makau terus menyampaikan berita palsu kepada Beijing, dan juga membuat instruksi politik Xi Jinping tidak pernah bisa keluar dari kantor pusat pemerintahan Komunis Tiongkok di Beijing, Zhongnanhai. 

Namun sejak perang dagang dimulai, Xi Jinping yang sudah pusing tujuh keliling itu, tidak bisa lagi memikirkan masalah Hongkong. Di saat yang sama api kemarahan warga telah membakar Komunis Tiongkok.

Mengenai bagaimana mengatasi masalah Hongkong, hongerdai itu menyatakan, saat ini Beijing tengah berharap cemas situasi di Hongkong akan mereda. Setelah itu mungkin terjadi pengunduran diri sejumlah orang di Kantor Urusan Hongkong-Makau dan Kantor Penghubung Hongkong serta pemerintahan Hongkong dengan alasan “masalah kesehatan”. 

Tapi apakah metode stabilitas Beijing seperti ini akan efektif? Hongerdai itu mengatakan, kemarahan warga Hongkong tidak akan reda, pada 31 Agustus mendatang akan ada lebih banyak lagi orang yang akan turun ke jalan.

 Pada 21 Agustus lalu Presiden Trump menyatakan, dirinya terpilih untuk mengatasi orang-orang Komunis Tiongkok. 

Sejak 18 Agustus lalu Trump secara jelas menyatakan bahwa AS akan mengaitkan situasi Hongkong dengan perang dagang AS-Tiongkok.

Saat itu, Wapres Pence juga memperingatkan Komunis Tiongkok atas masalah Hongkong, agar tidak timbul lagi tragedi seperti penindasan terhadap pelajar di Tiananmen pada 1989 silam.  

Sikap keras Amerika Serikat itu membuat pasukan Komunis Tiongkok  tidak bisa memasuki Hongkong. 

Xi Jinping kemudian menuntut Kantor Urusan Hongkong & Makau serta Kantor Penghubung Hongkong agar segera meredakan situasi di Hongkong.

Setelah pidato Xi Jinping terkait masalah Hongkong disampaikan pada 19 Agustus lalu kepada penanggung jawab instansi pemerintahan Komunis Tiongkok di Hongkong, pada 22 Agustus surat kabar corong Komunis Tiongkok yakni surat kabar “Wen Wei Po” masih menerbitkan artikel berjudul “7 Ciri Khas Terorisme Baru Muncul di Hongkong.”  

Dalam artikel itu, pelajar yang berunjuk rasa disebut perusuh, masih digunakan cara premanisme ala Komunis Tiongkok. 

Tujuannya untuk menjatuhkan dan juga memfitnah serta menyerang para demonstran. Maksudnya juga bertujuan untuk memprovokasi warga Hongkong.

 Xi Jinping Berbeda Paham dengan Han Zheng dan Wang Huning, Kebijakan Beijing Terhadap Hongkong Mengambang

Bisakah perintah politik Xi Jinping keluar Zhongnanhai? 

Pengamat senior Tiongkok di Amerika Serikat bernama Zang Shan berpendapat, terhadap masalah di Hongkong berbagai kalangan luar merasakan kebijakan Beijing terhadap Hongkong mengambang dan tidak menentu. 

Hal ini bisa dilihat dalam masalah Hongkong antara Xi Jinping dengan pengaturan yang dilakukan mantan Komisi Tetap Politbiro Komunis Tiongkok yang bertanggung jawab atas urusan Hongkong dan Makau yakni Zeng Qinghong, dengan pejabat Kantor Urusan Hongkong dan Makau yakni Han Zheng, juga Komisi Tetap Politbiro Komunis Tiongkok yang menangani propaganda yakni Wang Huning, belum tercapai kata sepakat.

Menurut Zang Shan, melunaknya Komunis Tiongkok sebenarnya adalah akibat dari angkat suaranya Amerika, beberapa saat ini. 

Mantan Menlu Komunis Tiongkok yang kini menjabat sebagai Sekjend Komisi Kerja Pusat Urusan Luar Negeri merangkap direktur kantor Yang Jiechi, terus menguji berbagai sikap Washingtong DC. Komunis Tiongkok benar-benar merasakan sikap keras petinggi AS terhadap Komunis Tiongkok. 

Faktanya, pada 18 Agustus lalu, pemimpin tertinggi Komunis Tiongkok telah memutuskan untuk menempuh langkah mundur. Perwakilan Komunis Tiongkok di Hongkong yang paling “berpengaruh” yakni Elsie Leung sebelum pertemuan akbar 18 Agustus dimulai, telah melontarkan informasi bahwa “Komunis Tiongkok melunak”.

Pada 18 Agustus pagi hari, tokoh perwakilan dari organisasi partai bawah tanah Komunis Tiongkok di Hongkong yang juga mantan Sekretaris Kehakiman Hongkong yakni Elsie Leung, saat diwawancara menyatakan, kekuatan militer Komunis Tiongkok yang terhimpun di Shenzhen adalah untuk keperluan latihan “hari kemerdekaan”, disebutkan menghina bendera dan lambang negara adalah “tindakan kecil”. 

Pada 18 Agustus di hari itu sebanyak 1,7 juta warga berkumpul, kepolisian telah “melunak”, pertama kalinya tidak menembak dan melepaskan gas air mata ke arah massa demonstran. 

Sehari sebelumnya kekuatan merah dalam skala besar yang mendukung polisi, juga lenyap tak berbekas.  

Sebelum kegiatan itu, dikabarkan akan ada organisasi didatangkan ke Hongkong seperti triad Fujian, Klen Baju Putih dan lain-lain. Akan tetapi, tak terlihat tanda-tandanya, semua ini seharusnya terkait dengan kebijakan terbaru yang ditempuh oleh Zhongnanhai.

Zang Shan mengatakan, baru-baru ini dari barisan media ekstrem kiri Komunis Tiongkok, terlihat pernyataan “Komunis Tiongkok tidak peduli apakah dapat mencapai kesepakatan dagang dengan AS atau tidak”, dengan kata lain, kebijakan Xi Jinping terhadap Hongkong tengah menghadapi tantangan dari lawan politiknya, antara Trump dan Xi Jinping memiliki kekompakan tertentu.  

Trump meminjamkan kekuatan bagi Xi, berharap Xi Jinping dapat menyelesaikan masalah Hongkong dengan cara damai dan manusiawi. 

Namun pada akhirnya apakah Xi Jinping mampu menyelesaikannya? Saat ini masih sulit dikatakan. Pasalnya, tantangan terbesar Xi Jinping adalah dirinya terbentur dengan sistem Komunis Tiongkok yang bersifat jahat itu. Sistem itu akan memberikan kesempatan bagi kekuatan politik yang bertekad menyanderanya, yakni mantan Komisi Tetap Politbiro sekaligus mantan wakil kepala negara, Zeng Qinghong, untuk membuat kekacauan. (SUD/WHS/asr)

Media Mainstream yang Terbangun Gara-gara The Epoch Times

oleh Marc Ruskin

Semestinya sudah tak mengherankan lagi, bagi pembaca media arus utama dan sumber berita lainnya, bahwa The Epoch Times telah masuk radar target oleh media NBC dan MSNBC di Amerika Serikat.

Seperti halnya soal amarah mereka, mereka menembakkan sejumlah distorsi dan pembunuhan karakter. Tujuannya untuk meluncurkan kampanye demi mendelegitimasi ancaman yang mereka rasakan.

The Epoch Times adalah outlet berita yang bersaing dan berupaya melaporkan berdasarkan fakta yang obyektif – kebenaran – terlepas dari apakah fakta-fakta itu membongkar kenyataan yang tak konsisten dengan pesan yang benar secara politis yang mana didukung oleh outlet berita legacy.

Hiruk pikuk serangan NBC adalah indikasi keberhasilan yang dicapai oleh The Epoch Times. 

Seandainya surat kabar itu tidak mengakumulasi jumlah pembaca dan kredibilitas pada kecepatan yang mencengangkan, salah satu cabang utama media tradisional tidak akan memulai upaya yang tidak diatur sedemikian rupa untuk melemahkan kredibilitas outlet media yang meroket tajam — sebuah serangan yang dimulai untuk mengacaukan informasi. Maksudnya untuk menghalangi pembaca baru itu. Tak lain, untuk membalikkan momentum tumbuh pesatnya Epoch Times. 

BACA JUGA :  NBC News Mengulangi Serangan Propaganda Komunis Tiongkok dalam Mendiskreditkan The Epoch Times

Sementara itu, NBC telah berusaha untuk melukiskan The Epoch Times karena dasarnya sebagai geriatri – salah satu cabang ilmu kedokteran keadaan dan penyakit-penyakit manula – dan dengan demikian bukan milenium – pseudo-news organ, staf koran kebanyakan terdiri dari jurnalis dan editor muda yang berbagi antusiasme dan persahabatan muda, serta kesatuan tujuan yakni  melaporkan fakta dengan jujur dan menghidupkan kembali jurnalisme tradisional.

Ironisnya, NBC mengkritik The Epoch Times dari semua hal, mengambil posisi kritis sehubungan dengan pemerintahan Komunis Tiongkok. 

Rupanya,  memuntir dengan ideologis yang aneh, sekarang mengkritik rezim komunis Tiongkok  menjadi negatif, sebagai dasar untuk mengutuk jurnalisme The Epoch Times.

Perlu dicatat bahwa ketika The Washington Times didirikan, ia juga diserang oleh media arus utama, dan diejek dan dituduh sebagai organ Sun Yung Moon dan “Moonies.” 

Namun, staf editorial dan jurnalisnya memiliki editorial yang sepenuhnya independen, seperti halnya The Epoch Times.

Reaksi spontan Facebook terhadap karya-karya NBC — membatasi akses ke iklan untuk pelanggan yang diizinkan berkompetisi di surat kabar — merupakan gejala upaya korporasi dan media sosial untuk menghindari batasan the First Amendment,  tentang penindasan ucapan dan pendapat yang tidak menyenangkan. 

Untuk diketahui, First Amandemen sebuah undang-undang Kongres tahun 1788 yang menghasilkan sejumlah amandemen atas Konstitusi Amerika. 

BACA JUGA : Jurnalis NBC Memutarbalikkan Fakta, Memfitnah Falun Gong Demi Memperkuat Serangan Terhadap Media Rivalnya

First Amanademen berisi, Kongres AS tidak akan membuat hukum yang mengatur negara untuk mensponsori agama, atau yang melarang penyelenggaraan kebebasan beragama; atau membatasi kebebasan berbicara, atau kebebasan pers; atau hak-hak rakyat untuk berkumpul secara damai, dan mengajukan petisi kepada Pemerintah agar menanggapi keluhan.

Karena First Amendment hanya berlaku untuk tindakan pemerintah, entitas swasta yang condong ke kiri bebas untuk turun tangan dan berusaha untuk menekan ekspresi yang mana terlarang bagi pemerintah oleh Deklarasi Hak-Hak atau Bill of Rights di AS.  

Tujuannya awalnya Deklarasi Hak-Hak, untuk menetapkan batasan atas hal-hal yang dapat dan tidak dapat dilakukan pemerintah demi menghormati kebebasan pribadi.

 The Epoch Times sebenarnya bukan pro-Trump, tapi sebagai pro-kebenaran, dan karenanya mengancam mereka yang ada di media arus utama. (asr)

Marc Ruskin  menghabiskan waktu selama 27 tahun sebagai Agen Khusus FBI. Dia adalah kontributor tetap dan penulis “The Pretender: My Life Undercover for FBI.” Dia mengabdi sebagai staf legislatif Senator AS Daniel Patrick Moynihan dan sebagai asisten distrik kejaksaan di Brooklyn, NY

Sebuah Waralaba Menolak Menjual Epoch Times di Hong Kong, Diduga Disebabkan oleh Tekanan dari Komunis Tiongkok

0

Eva Pu – The Epochtimes

Penduduk setempat Hong Kong menyuarakan keprihatinannya setelah sebuah waralaba lokal, rantai toko yang populer 7-Eleven memutuskan untuk menarik The Epoch Times edisi Hong Kong dari toko-tokonya di Hong Kong sejak tanggal 16 Agustus 2019.

7-Eleven melisensikan waralaba di seluruh dunia melalui kemitraan dengan merek setempat.

Waralaba 7-Eleven di Hong Kong tidak memiliki hubungan dengan perusahaan 7-Eleven yang bermarkas di Amerika Serikat.

Surat kabar The Epoch Times berbahasa Mandarin pertama kali didirikan pada tahun 2000 oleh sekelompok orang Tiongkok-Amerika yang ingin menyediakan sumber berita independen yang bebas dari pengaruh rezim Komunis Tiongkok.

Pada tahun 2002, The Epoch Times biro Hong Kong didirikan. Selama bertahun-tahun, The Epoch Times telah menerbitkan surat kabar harian, yang didistribusikan secara gratis.

Pada bulan April, The Epoch Times edisi Hong Kong beralih menjadi surat kabar harian yang dijual dan The Epoch Times mulai menjual surat kabar hariannya di toko 7-Eleven dan kios-kios koran di seluruh Hong Kong.

The Epoch Times edisi Hong Kong menandatangani kontrak delapan bulan yang dapat diperbarui dengan perusahaan induk 7-Eleven, Dairy Farm Company Ltd. Pada bulan April, menjadikan 500 rantai toko 7-Eleven sebagai saluran distribusi utama The Epoch Times.

Tetapi pada 15 Juli, The Epoch Times menerima surat resmi dari 7-Eleven yang memberitahukan publikasi bahwa surat kabar harian The Epoch Times akan sepenuhnya disingkirkan dari rak 7-Eleven pada bulan Agustus, tanpa menyertakan penjelasan. Permintaan lebih lanjut untuk bertemu dengan manajemen tidak mendapat tanggapan.

Cheryl Ng, juru bicara The Epoch Times biro Hong Kong, mengatakan bahwa keputusan itu adalah tidak masuk akal dan akan merampas hak pembaca setempat atas informasi yang benar.

“Jenis perilaku ini adalah sangat tidak biasa di dunia bisnis, terutama mengingat penjualan yang telah jauh di atas target minimum,” kata Cheryl Ng pada konferensi pers di Hong Kong pada tanggal 15 Agustus.


Tantangan

Cheryl Ng mengatakan bahwa sejak menandatangani kontrak, The Epoch Times edisi Hong Kong menghadapi serangkaian persyaratan ketat dari Dairy Farm, yang memiliki rantai toko tersebut.

Dua bulan setelah surat kabar The Epoch Times muncul di rak-rak toko 7-Eleven, Dairy Farm tiba-tiba mengurangi jumlah gerai distribusi menjadi 150, dengan alasan volume penjualan yang rendah. Choo Peng Chee, CEO Dairy Farm Wilayah Asia Utara, menggambarkan hal tersebut sebagai keputusan bisnis, dalam pertukaran email dengan The Epoch Times biro Hong Kong pada tanggal 12 Juni.

Bertentangan dengan penjelasan Dairy Farm, Cheryl Ng mengatakan, penjualan surat kabar The Epoch Times jauh melebihi target. Ia menambahkan bahwa tindakan Dairy Farm adalah tidak konsisten, karena perusahaan tersebut menarik surat kabar The Epoch Times dari toko-tokonya yang ada di dalam atau di dekat stasiun kereta bawah tanah, di mana surat kabar The Epoch Times telah menunjukkan penjualan tertinggi.

Menurut Cheryl Ng, Dairy Farm juga melarang The Epoch Times edisi Hong Kong untuk secara jelas menampilkan nama atau logo 7-Eleven untuk mempublikasikan ketersediaannya, baik dalam bentuk cetak atau di situs webnya, sehingga sangat menghambat kemampuan publikasi untuk menjangkau pembaca.

Dalam materi promosi, surat kabar The Epoch Times hanya diizinkan menggunakan frasa yang tidak jelas seperti “tersedia di toko swalayan,” tambah Cheryl Ng. Hal ini menimbulkan tantangan bagi pembaca lama dan baru untuk menemukan surat kabar The Epoch Times.

Untuk memberitahu saluran distribusi barunya kepada pembaca, staf The Epoch Times biro Hong Kong terpaksa berdiri di dekat toko 7-Eleven untuk mempromosikan surat kabar tersebut.

“Karena keterbatasan ini…[dan] fakta bahwa kami tidak lagi mendistribusikan surat kabar kami secara bebas di jalan, The Epoch Times benar-benar menghilang,” kata Cheryl Ng.

Baik Dairy Farm maupun perusahaan induknya yang berbasis di Inggris, Jardine Matheson, tidak menanggapi permintaan komentar.


Kebebasan Pers Terancam

Para kritikus dan pembaca setia Hong Kong telah menyatakan kecewaannya atas pemutusan kontrak tersebut dan menyatakan bahwa tindakan tersebut berbau politik.

Reporters Without Borders telah meminta 7-Eleven Hong Kong untuk “mempertimbangkan kembali keputusannya dan tidak menyerah pada tekanan apa pun yang mungkin telah mereka terima atau akan mereka terima di masa depan.”

“Kami tidak dapat melihat alasan apa pun kecuali tekanan dari otoritas Tiongkok untuk penarikan surat kabar The Epoch Times,” kata Cédric Alviani, Direktur Reporters Without Borders Biro Asia Timur, kepada The Epoch Times.

Ia mengatakan penghentian distribusi di banyak toko 7-Eleven adalah kehilangan “elemen positif untuk pluralitas media.”

Kekhawatiran erosi kebebasan berekspresi dan kebebasan sipil di Hong Kong telah meningkat sejak diserahkannya Hong Kong oleh Inggris ke kedaulatan Tiongkok pada tahun 1997.

Dalam beberapa bulan terakhir, warga Hongkong turun ke jalan setiap minggu sejak bulan Juni, dengan alasan kekhawatiran bahwa RUU ekstradisi yang kontroversial akan menjadi penghambat terakhir perambahan Beijing terhadap otonomi Hong Kong.

Cheryl Ng mengatakan bahwa The Epoch Times edisi Hong Kong telah berusaha untuk memberikan gambaran yang akurat mengenai aksi unjuk rasa dari garis depan.

Aktivis setempat dan mantan anggota parlemen Leung Kwok-hung mengeluh bahwa penolakan 7-Eleven untuk menjual surat kabar The Epoch Times akan mengakibatkan warga Hongkong tanpa sumber berita independen mengenai aksi unjuk rasa.

The Epoch Times edisi Hong Kong telah “memungkinkan orang untuk melihat lebih banyak informasi dan wawasan… [dan] selama 10 tahun terakhir menargetkan Partai Komunis Tiongkok dan penindasan yang dilakukan Partai Komunis Tiongkok terhadap berbagai kelompok,” kata Leung Kwok-hung pada konferensi pers. Ia menambahkan bahwa ia sendiri adalah pembaca setia surat kabat The Epoch Times.

Leung Kwok-hung menyebut penjelasan Dairy Farm karena keputusan yang “tidak logis” dan “murni unsur politik,” mencatat bahwa penjualan beberapa surat kabar setempat yang pro-Beijing, seperti Ta Kung Pao dan Wen Wei Po, dijual di toko-toko 7-Eleven tanpa masalah. “Kenapa 7-Eleven tidak mengganggu penjualan surat kabar tersebut?”

Pakar Tiongkok dan mantan editor majalah, Cai Yongmei yang bermarkas di Hong Kong mengatakan bahwa pembatalan 7-Eleven untuk menjual surat kabar The Epoch Times mencerminkan cengkeraman rezim Tiongkok yang semakin ketat terhadap Hong Kong.

“Rezim Tiongkok ingin menekan aksi unjuk rasa warga Hongkong…Jika anda membuat perjanjian bisnis dengan perusahaan Tiongkok, rezim Tiongkok akan menekan anda dari aspek ini,” kata Cai Yongmei kepada The Epoch Times. Ia mencatat bahwa Cathay Pacific, maskapai penerbangan utama Hong Kong, baru-baru ini memecat beberapa anggota stafnya yang berpartisipasi dalam aksi unjuk rasa baru-baru ini, di tengah tekanan dari Beijing.

Leung Kwok-hung menambahkan: “Hong Kong sedang mengalami masa sulit. The Epoch Times edisi Hong Kong adalah cerminan dari itu. Jika The Epoch Times dapat diperlakukan seperti ini, maka media lain dapat menderita lebih banyak tekanan.”

Cheryl Ng meminta pemilik bisnis setempat dan perorangan untuk menjadi bagian jaringan distribusi surat kabar The Epoch Times dan memajukan peredarannya. Ia menambahkan bahwa publikasi “[menolak] untuk dibungkam pada saat kritis ini” dan akan terus melayani masyarakat sebagai “bukti sejarah” tanpa peduli biaya.

“Kebebasan adalah tidak gratis,” kata Cheryl Ng. (Vv/asr)

Komunis Tiongkok Khawatir Tidak Dapat Bertahan Hingga Tahun Depan

0

oleh Wu Minzhou – cn.epochtimes.com

Para pejabat tinggi komunis Tiongkok baru-baru ini mengadakan pertemuan tahunan di Beidaihe, Beijing, Tiongkok.

Setiap musim panas pada Juli – Agustus, para pemimpin senior Partai Komunis Tiongkok baik yang aktif maupun yang mantan biasanya akan diundang ke Beidaihe untuk berlibur musim panas sambil ‘berdialog’ dalam ruang tertutup.

Pengusaha kaya Tiongkok yang berada di pengasingan, Guo Wengui pada 10 Agustus mengungkapkan, bahwa ada seorang “kawan lama” anggota komunis Tiongkok peserta pertemuan yang memperbincangkan dalam pertemuan Beidaihe soal kesulitan luar dalam yang dihadapi pemerintah Tiongkok akhir-akhir ini.

Sosok ini mempertanyakan apakah komunis Tiongkok masih akan dapat bertahan sampai tahun depan ?

Guo Wengui percaya bahwa kejadian ini mencerminkan bahwa perselisihan yang makin sengit dalam internal partai semakin meruncing. Dan fenomena ‘komunis sendiri yang membunuh komunis’ kian tampak jelas.

Guo Wengui mengatakan, “kawan lama” tersebut telah menyampaikan sebuah surat terbuka pada pertemuan Beidaihe yang judulnya mempertanyakan soal apakah kita masih dapat bertemu kembali dalam pertemuan Beidaihe tahun depan.

Surat yang dalamnya juga berisi 10 buah pertanyaan besar ia berikan kepada seluruh peserta pertemuan.

Pertanyaan pertama : Bagaimana menyelesaikan masalah Hongkong ?

Pertanyaan kedua : Jika pertumbuhan ekonomi Tiongkok terus menurun, apakah komunis Tiongkok masih bertahun depan ?

Pertanyaan ketiga : Apakah komunis Tiongkok masih eksis di tahun depan dimana masyarakat Tiongkok sedang berada di bawah tekanan tinggi ?

Pertanyaan keempat : Apakah komunis Tiongkok masih eksis sampai tahun depan dimana hubungan AS – Tiongkok sedang (memburuk) seperti saat ini?

Pertanyaan kelima : Andaikata saja seluruh warga Tiongkok dari etnis minoritas di Xinjiang dan Tibet tiba-tiba turun ke jalan untuk memprotes pemerintah, apakah komunis Tiongkok akan melakukan represi ? Bagaimana mengatasinya ? Bisakah semuanya ditangkap ?

Pertanyaan keenam : Saat ini setiap anggota partai komunis di Tiongkok berusaha untuk membela diri. Hal ini dapat menimbulkan sikap pasif dalam partai, ditambah lagi dengan tekanan dari kekuatan asing, jika saja kekacauan dan kerusuhan terjadi di dalam negeri, bagaimana pemerintah mengatasinya ?

Pertanyaan ketujuh : Apakah komunis Tiongkok saat ini masih mampu memblokir atau mengendalikan informasi di Internet dan media sosial ?

Pertanyaan kedelapan :  Jika defisit fiskal dan utang luar negeri Tiongkok “meletus” pada saat yang bersamaan, apa akibatnya ?

Pertanyaan kesembilan : Jika saja aset milik Tiongkok yang berada di luar negeri diklasifikasikan sebagai aset ilegal kemudian diinvestigasi oleh Negara Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat, Bagaimana pemerintah kita ?

Guo Wengui mengungkapkan bahwa “kawan lama” juga mengajukan pertanyaan kesepuluh yang lebih penting, yakni dengan sistem yang diterapkan oleh Dewan Keamanan Nasional Tiongkok saat ini, pada dasarnya, menghapus Politbiro Komite Sentral Partai Komunis Tiongkok dan Komite Tetap Politbiro Komite Sentral. Bisakah model ini terus dilanjutkan ?

Guo Wengui mengatakan, fenomena ‘komunis sendiri yang membunuh komunis’ kian tampak jelas. Hal yang sedang berlangsung sekarang ini sudah memasuki tahap ketiga, tahap dimana “perang saudara” sudah dimulai. (Sin/asr)


San Diego State University Resmi Menutup Institut Konfusiusnya

0

Gisela Sommer – The Epochtimes

San Diego State University -SDSU- adalah universitas di Amerika Serikat yang terbaru menutup Institut Konfusiusnya. Penutupan lembaga bahasa dan budaya kontroversial yang didanai oleh pemerintah Komunis Tiongkok itu, mengikuti penutupan di tujuh kampus AS lainnya pada tahun ini. Institut Konfusius  secara resmi ditutup di San Diego State University pada 30 Juni 2019. Laporan ini, menurut pemberitahuan surat elektronik oleh Kantor Presiden pada 19 Agustus lalu. Penutupan ini, menjadikannya sebagai Kampus di Amerika Serikat yang ke-22  memutuskan hubungan dengan Institut Konfusius dalam beberapa tahun terakhir.

Gwendalle Cooper, pensiunan profesor di San Diego State University, yang pernah mendesak pihak kampus untuk menutup Institut Konfusius, kepada Epoch Times mengatakan, bahwa ia telah mendengar laporan mengejutkan, tentang Institut Konfusius yang digunakan oleh Komunis Tiongkok untuk membungkam kebebasan berbicara di kampus AS. Bahkan, menyebarkan propaganda komunis. Lebih parah lagi, memata-matai di negeri paman Sam itu.

Dr. Cooper mengatakan, sangat senang, jika universitas membuat keputusan untuk menutupnya. Ia mengungkit tentang sebuah Film dokumenter Atas Nama Konfusius yang mengajukan pertanyaan: Mengapa Tiongkok menghabiskan miliaran untuk mendidik kaum muda kita? Atas pertanyaan itu, sudah semestinya semua pihak menjawab pertanyaan tersebut untuk diri mereka masing-masing.  

Institut Konfusius adalah lembaga didanai oleh Komunis Tiongkok di bawah Kementerian Pendidikan. Lembaga ini dikampanyekan oleh Kantor Dewan Bahasa Internasional Komunis Tiongkok, juga dikenal sebagai Hanban. Lembaga ini diklaim sebagai organisasi pendidikan untuk mempromosikan budaya dan bahasa Tiongkok. Akan tetapi, agen intelijen barat telah memperingatkan bahwa lembaga tersebut, digunakan sebagai perangkat rezim Komunis Tiongkok untuk mendapatkan pengaruh di luar negeri. Laporan The United State China Economic and Security Review Commission’s, menyebutkan, Institut Konfusius sebagai front untuk menyusup dan memata-matai. 

Disebutkan, Pusat-pusat pendidikan yang didanai Tiongkok “juga mengkampanyekan narasi pilihan Beijing. Selain itu, menumbangkan prinsip-prinsip penting dunia akademis, seperti otonomi kelembagaan dan kebebasan akademik. Institut Konfusius juga telah didokumentasikan untuk terlibat dalam mengorganisir protes terhadap sejumlah topik-topik. Dalam beberapa kasus, yang mana bagi Komunis Tiongkok dianggap sebagai ancaman bagi stabilitas aturannya.

Pada tahun 2009, North Carolina State University ditekan oleh direktur Institut Konfusius untuk membatalkan undangan ke Dalai Lama. Ketika pembukaan pameran fotografi Tibet di University of Maryland’s Insitut Konfusius pada tahun 2009, seorang diplomat Komunis Tiongkok secara terbuka mengutuk Dalai Lama. Pada Tahun 2012, instruktur Institut Konfusius, Sonia Zhao menuduh bahwa McMaster College Kanada “memberikan legitimasi terhadap diskriminasi” karena kontraknya melarangnya mengidentifikasi diri dengan latihan Falun Gong, sebuah gerakan spiritual yang dikriminalisasi dan dianiaya oleh Komunis Tiongkok sejak Tahun 1999. 

McMaster setuju dan menolak untuk memperbarui kontrak Konfusiusnya. Selain itu, untuk memaksa negara lain agar lebih bersimpati pada agenda Komunis Tiongkok, Hanban menawarkan paket menarik ke sekolah dan universitas asing untuk mendirikan Institut Konfusius. Lembaga ini dikelola oleh guru-guru dari daratan yang dipilih dan didanai oleh Komunis Tiongkok. Materi pengajaran kerap menghadirkan propaganda Komunis Tiongkok. Hingga memicu kekhawatiran bahwa Institut Konfusius membungkam kritik akademis terhadap rezim  Komunis Tiongkok. Pada Tahun 2010, kepala badan intelijen Kanada, Richard Fadden melaporkan, bahwa Institut Konfusius “dikelola oleh orang-orang yang beroperasi di kedutaan atau konsulat Tiongkok.”

RUU Baru untuk Melindungi Universitas AS

Anggota Kongres AS telah memperkenalkan undang-undang baru yang akan berupaya melindungi universitas Amerika Serikat, dari pencurian informasi sensitif oleh negara asing seperti Tiongkok, Rusia, Iran, dan Korea Utara. Sebuah RUU, yang bernama “Lindungi Universitas Kita, Undang-Undang tahun 2019,” diperkenalkan oleh Senator Jim Banks  pada 12 Maret 2019 lalu. 

RUU itu akan membentuk gugus tugas antar-lembaga yang dipimpin oleh Departemen Pendidikan, untuk mengatasi kerentanan yang ada saat ini di kampus perguruan tinggi seluruh Amerika. Sebuah sumber menyebutkan, Komunis Tiongkok memiliki “catatan panjang” metode yang digunakan untuk mendapatkan informasi kembali ke Beijing. Warga negara Tiongkok yang belajar di luar negeri di Amerika Serikat, dimanipulasi dan ditekan untuk menjadi “pengumpul informasi bagi pemerintah komunis dan militer di Beijing.”

Laporan Senat Amerika Serikat yang dirilis pada Februari lalu oleh Sub-komite Permanen Investigasi oleh Rob Portman dan anggota peringkat Senator Tom Carper AS, menyatakan, bahwa Institut Konfusius yang didukung Beijing di kampus-kampus Amerika Serikat, harus ditutup jika tidak ada perubahan besar dalam operasi mereka. Laporan bipartisan setebal 93 halaman itu, menunjuk kepada bahasa dan budaya di institut tersebut sebagai ancaman terhadap kebebasan akademik. 

Laporan itu mengatakan, bahwa banyak perguruan tinggi AS gagal mengungkapkan uang yang diterima dari Komunis Tiongkok. Meskipun ada panduan dari Departemen Pendidikan bahwa hadiah asing harus dilaporkan.  Komunis Tiongkok telah menghabiskan lebih dari 156 juta dolar AS di sekolah-sekolah Amerika Serikat sejak 2006 silam.  Laporan menyatakan, pendanaan Institut Konfusius “dilengkapi dengan sejumlah hal yang membahayakan kebebasan akademik.”

Mantan senator AS, Frank Wolf mengatakan, Selama pertemuan pembentukan Koalisi untuk Memajukan Kebebasan Beragama di Tiongkok, di Washington DC pada 4 Maret tahun ini, menyerukan perhatian khusus kepada Institut Konfusius di universitas-universitas AS. Bekas Senator dari Partai Republik ini mengatakan, setiap perguruan tinggi yang memiliki Institut Konfusius harus mengundang para pendeta Katolik, pastor Protestan, Uyghur, Tibet, dan praktisi Falun Gong untuk berbicara. Jika kemudian, institut konfusius tidak mengizinkannya, maka harus dikeluarkan dari kampus.

Institut Konfusius di Seluruh Dunia Ditutup

Menurut laporan lembaga non-profit AS, The National Association of Scholars melaporkan, merekomendasikan pada tahun 2018 bahwa universitas-universitas di Amerika Serikat harus menutup Insitut Konfusius mereka. Lembaga ini menyatakan keprihatinan tentang kebebasan intelektual dan transparansi, serta lembaga yang digunakan untuk memajukan soft power Tiongkok.

The National Association of Scholars dalam laporannya menyebutkan, setelah mempelajari dan melaporkan tentang Institut Konfusius yang didukung Tiongkok, beberapa senator memperkenalkan, dan Presiden menandatanganinya, undang-undang yang mencegah perguruan tinggi yang menerima Institut Konfusius menerima dana dari Departemen Pertahanan. Karena itu, The National Association of Scholars menyatakan, tetap waspada terhadap upaya-upaya untuk menghindari peraturan ini. Tampaknya masyarakat sadar akan ancaman pengaruh Tiongkok di kampus-kampus Amerika Serikat. 

Sebuah film dokumenter berjudul In the Name of Confucius, oleh Filmmaker Kanada, Doris Liu, mendaftarkan di situs webnya tiga puluh tiga penutupan Institut Konfusius di seluruh dunia. Situs itu juga menawarkan materi pendidikan untuk menampung pemutaran film di universitas yang menyelenggarakan Institut Konfusius. Saat ini, lebih dari 100 perguruan tinggi dan universitas di AS, menjadi tuan rumah cabang dari Institut Konfusius. 

Karena program ini, berada di bawah pengawasan pemerintah, sembilan lembaga akademik AS telah menutup Institut Konfusius  pada tahun 2018.  Sebanyak delapan lembaga telah ditutup pada tahun 2019 sejauh ini, yaitu: Universitas Massachusetts Boston, Universitas Minnesota, Universitas Minnesota, Universitas West Kentucky, Universitas Oregon, Universitas Negeri San Francisco, Universitas Hawaii di Mānoa, dan San Diego State University.

Universitas West Kentucky mengatakan, pihaknya memutuskan hubungan dengan Institut Konfusiusnya. Dikarenakan, kebijakan federal yang baru tahun lalu, tidak mengizinkan lembaga untuk menampung Institut Konfusius. Jika kampus-kampus itu, mereka menerima dana Departemen Pertahanan AS untuk program bahasa Mandarin. Universitas Hawaii resmi menutup institut konfusius-nya pada 31 Mei. 

Greg Shepherd, seorang profesor musik dan drama di Kauai Community College, mengatakan, penutupan Institusi Konfusius di Universitas Hawaii dan di tempat lain “harus menjadi berita sambutan bagi siapa saja yang menghargai kebebasan dan hak asasi manusia,” seperti dilaporkan American Military News melaporkan pada 30 Juli. Shepherd mengungkapkan, Lembaga-lembaga tersebut adalah upaya terang-terangan untuk propaganda oleh pemerintah Komunis Tiongkok. Yang mana, menindas rakyat Tibet dan Xinjiang, serta para praktisi Falun Gong dan agama-agama lainnya.  

Shepherd mengatakan, penutupan itu adalah refleksi sedih di Universitas Hawaii, karena perlu 13 tahun. Dan, baru terjadi  karena ancaman pemotongan dana oleh Departemen Pertahanan AS. Di Australia, semua Institut Konfusius telah secara langsung diberitahukan oleh pemerintah Australia tentang undang-undang pengaruh anti-asing yang baru di negara itu. Undang-undang itu mewajibkan individu atau organisasi yang bekerja untuk pemerintah asing, mendaftar sebagai agen asing. Di Kanada, Dewan Sekolah Distrik Toronto, Universitas McMaster, dan Universitas Sherbrooke telah mengakhiri kemitraan mereka dengan Institut Konfusius dalam beberapa tahun terakhir.  Kontrak antara penyelenggara lembaga pendidikan dan Hanban, biasanya berisi klausa yang dapat dibatalkan oleh salah satu pihak dengan pemberitahuan selama enam bulan.

Ruang Kelas Konfusius di Sekolah Dasar dan Tinggi

Selain menyusupkan Institut Konfusius ke sekolah tinggi pendidikan barat, Komunis Tiongkok juga telah mendirikan ratusan Ruang Kelas Konfusius di sekolah dasar dan sekolah menengah. Pendidikan ini menyebarkan kekuatan lunaknya dan mencuci otak anak-anak muda, dengan ideologi komunis dengan kedok pengajaran bahasa dan budaya Tiongkok. Menurut Hanban, ada 548 Institut Konfusius dan 1.193 Ruang Kelas Konfusius di 147 negara pada akhir 2018. Laporan yang diarsipkan di situs webnya, dari 15 November 2017 daftar lusinan Ruang Kelas Konfusius, dari sekolah dasar hingga sekolah menengah, berpartisipasi dalam program di wilayah San Diego yang lebih besar pada waktu itu.

Disebutkan: “Ketika Institut Konfusius di San Diego State University pertama kali didirikan pada tahun 2009, ada total 7 Ruang Kelas Konfusius di wilayah San Diego. Pada tahun 2017, ada total 20 Ruang Kelas Konfusius di 30 sekolah Kelas Konfusius. Institut Konfusius di San Diego State University terus bekerja sama dengan Hanban untuk menciptakan lebih banyak Ruang Kelas Konfusius di wilayah San Diego yang lebih besar.” Menanggapi laporan itu, Dr. Cooper optimis San Diego State University akan memperbaiki situasi, apalagi Prof Mark Wheeler, selaku Ketua Senat San Diego State University juga sudah meyakinkannya. (asr)

Setelah Tembus Angka 7 Pertaruhan AS- Komunis Tiongkok Semakin Berbahaya

0

Frank Tian Xie

Pada akhir Juli lalu perundingan dagang tingkat tinggi putaran ke-12 antara Tiongkok dan AS dilangsungkan di Shanghai, Tiongkok.  

Latar belakang lokasi perundingan saat perwakilan kedua negara bernegosiasi di Xijiao Convention Center, adalah karya penyair dinasti yuan bernama zhang yanghao yakni “shuang diao – yan er luo dai guo de sheng ling”.

Diperkirakan pada perwakilan Amerika Serikat, tidak ada yang memahami secara mendalam budaya Tiongkok. Jadi, mungkin menganggap karya sastra dinasti yuan itu melulu hanya sebagai hiasan semata.

Penulis mengungkapkan, sebenarnya syair tersebut memiliki makna yang mendalam. Sayangnya para pejabat AS benar-benar tidak begitu mampu memahaminya, sehingga tidak bisa memprediksi maksud komunis tiongkok.

Pada dinding latar tempat perundingan kedua pihak yang berunding itu, terlihat sejumlah aksara Tiongkok kuno yakni, aksara style Zhuan. Namun dari gambar hanya bisa terlihat 30 kata yang hanya mencakup sekitar setengah syair.

Teman di amerika sangat hebat, mereka menemukan naskah asli keseluruhan syair itu, yang ternyata adalah karya penyair dinasti yuan bernama zhang yanghao, yang berjudul “shuang diao – yan er luo dai guo de sheng ling”, di dalam ruang pertemuan di xijiao convention center ini, telah digunakan enam kalimat pertama. 

Naskah aslinya adalah sebagai berikut:

“Awan datang gunung lebih indah, 

awan pergi gunung ibarat lukisan, 

gunung menjadi gelap-terang karena awan, 

awan naik-turun menyesuaikan gunung. 

Bertumpu pada tongkat di tengah lautan awan, 

Menoleh terlihat rumah gunung. 

Rusa liar tidur nyenyak di tengah rerumputan, 

monyet gunung bermain di tengah bunga liar. 

Awan senja, kucinta gunung tak ternilai. 

Melihat sambil menapak, awan dan gunung pun mencintaiku.”

Zhang Yanghao yang hidup pada 1269-1329 adalah seorang penyair dari dinasti Yuan. Nama kecilnya Ximeng, julukannya yunzhuang. Ia adalah warga dari Jinan Provinsi Shandong. 

Yang ditulis zhang yanghao adalah pemandangan gunung dan awan: di atas gunung, dikelilingi awan dan kabut, pemandangan gunung tidak menentu karena awan yang melayang, kadang terang kadang gelap, awan datang dan pergi, silih berganti indah dipandang. 

Penguasa komunis Tiongkok yang sangat memperhatikan detil pada hubungan diplomatik, tentu tidak akan melewatkan sinyal dan kesempatan untuk mengelabui orang amerika. Makna dari syair ini, makna kiasannya terhadap perang dagang AS-Tiongkok, sebenarnya sangat jelas.

“Awan datang gunung lebih indah, awan pergi gunung ibarat lukisan”, tiongkok sebagai tuan rumah tentu sebagai gunung yang tidak bergerak dalam hal ini, amerika sebagai tamu tentu adalah sebagai awan yang terbang menghampiri. 

Kedua kalimat ini memberitahu Amerika, kalian datang berunding, kami juga sangat baik, bahkan akan lebih baik. Tapi jika kita tidak sepakat, kalian akan pergi, kami pun tidak apa-apa, akan tetap indah ibarat lukisan. 

Kemudian, “gunung menjadi gelap dan terang karena awan, awan naik dan turun menyesuaikan gunung.” Ini menjelaskan, jika tidak mencapai sepakat, kalian Amerika akan pergi, awan pun terbang menjauh, masa depan kami akan semakin cerah, karena awan gelap telah pergi. 

Dan, “awan naik dan turun menyesuaikan gunung”, semakin menampakkan ambisi komunis tiongkok, ingin menandingi Amerika. 

Gunung berniat bertanding “tinggi rendah” dengan awan, ini menjelaskan ambisi sombong komunis tiongkok yang tidak tahu diri itu. 

Masyarakat masih ingat akan kata-kata sesumbar dedengkot komunis Tiongkok Mao Zedong yang mengatakan “ingin menandingi Tuhan”? Sampai sekarang kebiasaan buruk komunis tiongkok itu tidak berubah, bahkan menjadi semakin berbahaya, menjadi semakin kelam.

Dengan kata lain, sikap komunis tiongkok dalam perundingan telah disiapkan sejak awal, mereka sama sekali tidak berharap akan mencapai kesepakatan. Sejak awal Amerika telah diisyaratkan, datanglah jika mau, datang pun boleh, pergi pun tidak mengapa, kami pun tidak peduli, seperti inilah sikap komunis tiongkok yang tidak tulus dan tidak berpendirian. 

Sungguh disayangkan, sepertinya AS kurang persiapan, tidak benar-benar memahami betapa dalamnya kebudayaan tiongkok. Juga tidak menduga komunis tiongkok akan mendistorsi syair indah dinasti yuan ini. 

Pejabat AS datang ke shanghai dengan penuh semangat, menumpang pesawat jet milik pemerintah yang dibayar dengan uang wajib pajaknya. Tak hanya tidak berhasil mendapat order untuk kacang kedelai ataupun jagung dan sorgum, bahkan di belakang telah ditertawakan oleh komunis tiongkok.

Tahun 2019 memang ditakdirkan merupakan musim rontok yang penuh rintangan. Baru memasuki bulan agustus, situasi perang dagang AS-Tiongkok berubah drastis, sampai membuat orang kewalahan mengikutinya. 

Setelah perundingan dagang di Shanghai menemui kegagalan dan perwakilan AS baru saja kembali ke negaranya, dikabarkan setelah perwakilan itu menyelesaikan laporannya kepada presiden trump di ruangan oval di gedung putih, presiden langsung bereaksi, “Tarif masuk!” Keputusan trump yang tegas itu kembali tampil dengan jelas di hadapan masyarakat.

Tak lama setelah tersebar berita diberlakukannya tarif 10% di awal september bagi produk impor dari Tiongkok senilai 300 milyar dolar AS, komunis Tiongkok tidak memberi tanggapan dalam 24 jam. Media massa komunis Tiongkok juga bungkam tak bersuara, tentu ini adalah kebiasaan komunis Tiongkok. 

Dibandingkan dengan tindakan langsung dan keputusan tegas trump begitu mendapat laporan hasil perundingan di shanghai, kali ini sistem otoriter komunis tiongkok sepertinya tidak begitu “efektif”. 

Masyarakat umumnya mengira efektivitas rezim otoriter, jauh lebih tinggi daripada demokrasi, pada saat-saat luar biasa dan kondisi tertentu, sepertinya tidak selalu seperti itu. 

Jelas kebijakan tarif untuk 300 milyar dolar AS dari Trump itu telah mengguncang Zhongnanhai, membuat komunis tiongkok tidak sempat melawan, kembali terjerumus ke dalam kondisi tidak tahu apa yang harus diperbuat. 

Sampai komunis Tiongkok kemudian agak pulih kembali. Dan, renminbi telah menembus angka 7 untuk kali pertama dalam 11 tahun terakhir. Perusahaan pusat mengumumkan berhenti membeli produk pertanian dari amerika. Masyarakat akan tahu, lagi-lagi Komunis Tiongkok salah menilai situasi dan salah memainkan kartunya!

Kementerian Keuangan AS di malam yang sama, mengumumkan telah menganggap Komunis Tiongkok sebagai negara manipulator mata uang. Cepatnya tindakan ini, memanfaatkan situasi, di saat yang paling tepat mematok komunis tiongkok di pilar aib sebagai manipulator mata uang. 

Perang dagang pun seketika itu juga meningkat, menjadi pertempuran kecil yang mengawali perang mata uang, bursa efek seluruh dunia bergolak, risiko meletusnya krisis moneter yang lebih parah dibandingkan tiga tahun terakhir mungkin akan jatuh di atas kepala komunis tiongkok. 

Hari itu penulis bercanda pada keluargan, nilai tukar renminbi telah menembus angka 7, dirinya juga “menembus 7”, karena dalam 36 jam ada liputan dalam bahasa inggris maupun mandarin dari sebanyak 7 media internasional maupun di AS, dan sebuah wawancara langsung. 

Karena liputan umumnya dilakukan lewat komputer di ruang tamu, maka kondisi di rumah harus hening. Sedangkan keluarganya pun tidak menggunakan internet karena khawatir akan memengaruhi kecepatan koneksi, jadi hanya bisa meminta maaf kepada anggota keluarga.

Tembusnya renminbi pada angka 7 menandakan apa? Tentu karena komunis tiongkok, sengaja memanipulasi nilai tukar mata uang, agar mendapatkan keunggulan harga persaingan, yang sebagian dapat menekan dampak dari tarif baru terhadap produk senilai 300 milyar dolar AS itu. 

Namun demikian, pada saat yang sama juga merupakan reaksi dari komunis tiongkok yang telah sangat terpojok. Pasalnya, komunis tiongkok tidak memiliki banyak cadangan devisa yang dapat digunakan untuk mempertahankan nilai tukar renminbi. 

Ada yang mengatakan melemahkan nilai tukar renminbi untuk menstimulasi ekspor, ibaratnya adalah tindakan membunuh musuh delapan ratus. Sementara komunis tiongkok mengalami kerugian tiga ribu, tidak sepenuhnya seperti itu juga. Karena sudah bisa dipastikan komunis tiongkok akan mengalami kerugian tiga ribu, tapi mampukan membunuh musuh sebanyak delapan ratus, ini masih suatu tanda tanya. 

Karena tindakan berikutnya pemerintahan Trump, mungkin lebih awal memberlakukan tarif 10 persen terhadap 300 milyar dolar AS, mungkin juga tarif 300 milyar dolar AS dinaikkan sampai 25 persen. 

Bahkan mungkin akan seperti yang dikatakan Trump sebelum kampanyenya, yakni tarif masuk 45% terhadap seluruh produk impor dari Tiongkok. 

Frank Tian Xie menilai, pada dasarnya komunis tiongkok telah menghabiskan semua amunisi pada perang dagang ini, dan mulai bertindak gegabah. 

Sebenarnya komunis tiongkok mungkin belum melihat tindakan washington berikutnya, yang sedang dalam proses peracikannya. AS sangat mungkin memberlakukan tarif permanen 25% terhadap produk tiongkok, untuk membuat AS terlepas dari perekonomian tiongkok yang disandera oleh Komunis Tiongkok. 

Negeri Paman Sam itu menuntut WTO agar mengaudit kembali status komunis tiongkok. Mungkin memaksa WTO untuk memperlakukan komunis tiongkok sebagai negara makmur, komunis tiongkok mungkin akan “dinaikkan” tingkatannya. 

Dan, jika tidak mau menerima perlakuan “naik tingkat”, maka akan sangat besar peluangnya komunis tiongkok akan “dikeluarkan”. 

Jika komunis Tiongkok terus mengendalikan nilai tukar mata uang, tidak menyelesaikan masalahnya dalam setahun, tidak menghapus kebijakan mata uang yang memberikan keunggulan tidak adil bagi komunis Tiongkok, maka komunis tiongkok akan dihukum oleh IMF. Hukumannya akan sangat berat. 

Dan, jika komunis tiongkok berani meningkatkan perang dagang dan perang mata uang ini menjadi perang finansial, rata-rata orang berpendapat, tinggal menghitung hari pecahnya pundi uang naga merah.

Kesengajaan komunis Tiongkok dalam memanipulasi nilai tukar renminbi, akan mengakibatkan tekanan tidak hanya terhadap Washington, tapi juga terhadap negara asia lainnya dan juga uni eropa. 

Uni eropa tengah menyoroti masalah ini, karena pelemahan renminbi yang bersifat kompetitif, juga karena belakangan ini tiongkok yang terimbas di pasar AS. Tiongkok sedang berusaha masuk ke pasar eropa secara besar-besaran, renminbi yang murah dan ekspor tiongkok telah menjadi tantangan terhadap daya saing perusahaan eropa. 

Mata uang Euro, yen Jepang, won Korea, dolar Kanada dan Australia telah merasakan semakin besarnya tekanan. 

Jadi, setelah menembus angka 7 ini pertarungan AS dengan komunis Tiongkok akan semakin berbahaya. Akan meluas ke negara lain, suatu perang mata uang yang bersifat global akan segera tiba mungkin dikarenakan komunis Tiongkok yang bertindak gegabah. (SUD/WHS/asr)

Ketua Profesor bisnis dan profesor pemasaran John M. Olin Palmetto di University of South Carolina – Aiken, Amerika Serikat.

Resmi Diumumkan Lokasi Ibu Kota Baru RI di Penajam Paser Utara dan Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur

0

Epochtimes.id- Presiden Joko Widodo resmi menetapkan ibu kota negara RI yang baru sebagian berada di Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kabupaten Kertanegara. Pengumuman itu resmi disampaikan oleh Jokowi di Istana Negara, Jakarta, Senin (26/8/2019).

“Pemerintah telah melakukan kajian-kajian mendalam dan diintensifkan dalam 3 tahun terakhir ini. Hasil kajian, lokasi ibu kota baru yang paling ideal adalah di sebagian Kabupaten Penajam Pasir Utara, dan sebagian di Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kaltim,” kata Presiden Jokowi.

Presiden Jokowi didampingi oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla. Pada pengumuman itu juga hadir Mensesneg Pratikno, Menteri PPN/Bappenas Bamban Brodjonegoro, Menteri ATR/Kepala BPN Sofyan Jalil, Mendagri Tjahjo Kumolo, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, Menteri HK Siti Nurbaya, Gub DKI Jakarta Anies Baswedan dan Gubernur Kaltim Isran Noor.

Jokowi memaparkan sejumlah alasan renacana pemindahan Ibu Kota baru dari DKI Jakarta ke Kalimatan Timur.

Pertama, beban DKI Jakarta saat ini sudah terlalu berat sebagai pusat pemerintahan, pusat bisnis, pusat keuangan, pusat perdagangan, dan pusat jasa. DKI Jakarta juga terbebani dengan bandar udara dan pelabuhan laut yang terbesar di Indonesia.

Kedua, beban Pulau Jawa yang semakin berat dengan penduduk sudah 150 juta atau 54 persen dari total seluruh penduduk Indonesia. Ditambah dengan 58 persen PDB ekonomi Indonesia, ada di Pulau Jawa. Sedangkan Pulau Jawa sebagai sumber ketahanan pangan.

“Beban ini akan semakin berat bila ibu kota pemerintahan pindahnya tetap di Pulau Jawa,” tambah Jokowi.

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu menjelaskan, total kebutuhan untuk ibu kota baru adalah kurang lebih Rp 466 Triliun. Pendaanan itu, nantinya sebanyak 19 persen akan berasal dari APBN. Catatanya, dana itu berasal dari skema kerja sama pengelolaan aset di ibu kota baru dan di DKI Jakarta. Sedangkan sisanya, kata Jokowi, akan berasal dari Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha serta investasi langsung swasta dan BUMN.

Adapun alasan pemindahan saat ini, dikarenakan pemerintah tak bisa terus-menerus membiarkan beban Jakarta dan beban Pulau Jawa yang semakin berat dalam hal kepadatan penduduk, kemacetan lalu lintas yang sudah terlanjur parah, dan polusi udara dan air. Apalagi  harus segera kita tangani.

Jokowi menjelaskan, kondisi yang terjadi di Jakara, bukan kesalahan dari Pemprov DKI Jakarta. Akan tetapi, dikarenakan besarnya beban yang diberikan perekonomian Indonesia kepada Pulau Jawa dan kepada Jakarta. Di samping itu, kesenjangan ekonomi antara Jawa dan luar Jawa yang terus meningkat, meskipun sejak 2001 sudah dilakukan otonomi daerah.

Sedangkan alasan dipilihnya  Kalimantan Timur sebagai ibu kota baru, Presiden Jokowi memaparkan sejumlah faktor berikut ini :

Pertama, risiko bencana minimal, baik bencana banjir, gempa bumi, tsunami, kebakaran hutan, gunung berapi, dan tanah longsor.

Kedua, lokasinya yang strategis, berada di tengah-tengah Indonesia. ‘

Ketiga, berdekatan dengan wilayah perkotaan yang sudah berkembang, yaitu Balikpapan dan Samarinda.

Keempat, telah memiliki infrastruktur yang relatif lengkap.

Kelima, telah tersedia lahan yang dikuasai pemerintah seluas 180.000 hektare.

Mantan Walikota Solo itu menambahkan, pembangunan ibu kota baru ini bukan satu-satunya upaya-upaya pemerintah dalam mengurangi kesenjangan Pulau Jawa dan luar Jawa. Karena selain itu pemerintah juga akan membangun industrialisasi di luar Jawa berbasis hilirisasi sumber daya alam.

Adapun, Jakarta akan tetap menjadi prioritas pembangunan dan terus dikembangkan menjadi kota bisnis, kota keuangan, pusat perdagangan, dan pusat jasa berskala regional dan global.

Presiden menjelaskan, pemindahan ibu kota negara ini, termasuk lokasinya, membutuhkan dukungan dan persetujuan DPR RI. Oleh sebab itu, selaku Kepala Negara sudah berkirim surat kepada Ketua DPR RI dengan dilampiri hasil-hasil kajian mengenai calon ibu kota baru tersebut.

“Sehubungan dengan hal tersebut, pemerintah akan segera mempersiapkan rancangan undang-undangnya untuk selanjutnya disampaikan kepada DPR,” katanya. (asr)

KM Santika Nusantara Surabaya-Balikpapan Terbakar di Perairan Masalembo : 3 Meninggal Dunia dan 311 Penumpang Selamat Dievakuasi

0

Epochtimes.id- Proses evakuasi korban terbakarnya KM Santika Nusantara Rute Surabaya-Balikpapan hingga Sabtu (24/8/2019) masih terus berlanjut menggunakan kapal milik Basarnas maupun kapal-kapal lainnya.

Hingga Minggu (25/8) sebanyak 311 penumpang dari KM Santika Nusantra berhasil dievakuasi. Tiga orang yang meninggal yaitu seorang anak buah kapal dan dua penumpang karena “kelelahan.”

Rincian yang dirilis oleh SAR Mission Coordinator bersumber dari Kepala Kantor SAR Surabaya, Prasetya Budiarto, hingga Minggu (25/8) pukul 15.30 WIB, dievakuasi oleh KM Dharma Fery 7  dengan 64 penumpang selamat, dievakuasi KM Spill Citr 23 orang Selamat.

Penumpang lainnya dievakuasi oleh KN Cundamani ke Tanjung Perak sebanyak 53 orang selamat dan 3 orang meninggal dunia. Dievakuasi oleh KM Putra Tunggal 8 ke Kalianget  sebanyak161 orang selamat.

Penumpang juga dievakuasi oleh KN SAR Laksmana dr Masalembu ke Surabaya dengan 5 orang Selamat. Sedangkan yang dievakuasi oleh nelayan Lamongan ke pelabuhan Brondong sebanyak 2 orang. Jadi, total penumpang yang berhasil dievakuasi sebanyak 311 orang.

Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI Bagus Puruhito saat memantau langsung jalannya proses evakuasi di Surabaya menyampaikan terimkasih kepada seluruh potensi SAR dan kapal-kapal dalam proses evakuasi tersebut.

“Kita ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat terutaman potensi-potensi SAR dan juga kapal-kapal serta masyarakat Kepulauan Masalembo” ujar Kepala Basaenas Marsekal Madya TNI Bagus Puruhito dalam siaran persnya, Minggu (25/8/2019).

Bagus menambahkan bahwa pihaknya tetap berkoordinasi dengan potensi dan agen kapal terkait jumlah penumpang. 

“Kami mendapatkan info jumlah manifes 277 orang namun yang sudah dievakuasi lebih dari 300 orang. Semoga saja semua korban sudah terevakuasi dan tidak ada lagi yang terombang ambing. Namun demikian pencarian korban terus dilakukan”, jelasnya.

Selain melakukan pencarian melalui jalur udara dan laut, tim SAR gabungan juga membuka posko pengaduan bagi warga yang merasa kehilangan anggotanya. Hal ini dilakukan untuk membantu proses pencarian korban. Namun hingga saat ini belum ada warga yang melaporkan kehilangan.

Seperti yang diberitakan sebelumnya bahwa KM Santika Nusantara rute Surabaya- Balikpapan terbakar di Perairan Masalembo, Jawa Timur, Kamis (22/8/2019) malam. Berdasarkan laporan awal yang diterima Kantor SAR Surabaya, jumlah POB ada sebanyak 111 orang. Namun selama proses evakuasi berlangsung jumlah korban terus bertambah. (BASARNAS/asr)

Warga Hong Kong Luncurkan Kampanye #Eye4HK yang Disambut Dunia

0

oleh Liang Yu

Selama dua bulan terakhir, polisi hitam Hongkong menggunakan kekerasan untuk menghadang unjuk rasa damai warga Hongkong. 

Tak hanya bagi masyarakat Hongkong, kekerasan itu mengejutkan komunitas internasional. 

Pada 11 Agustus, seorang gadis sebelah matanya terkena tembakan beanbag round polisi. Tembakan itu membuat bola matanya pecah. Kemungkinan ia akan menjadi buta secara permanen. 

Sebagai wujud solidaritas terhadap perjuangan warga Hongkong, untuk menggagalkan disahkannya undang-undang ekstradisi serta menentang kekerasan dan penyalahgunaan wewenang oleh kepolisian Hongkong, netizen meluncurkan Kampanye #Eye4HK” yang langsung disambut oleh masyarakat internasional. 

Pembawa acara Fox News Channel Amerika, juga menyampaikan dukungan dalam acara yang dibawakannya.

Aktor senior Korea Selatan yang pernah berperan dalam film ‘Train to Busan’, Kim Ui-Seong, telah berulang kali menyatakan dukungannya kepada warga Hongkong yang sedang anti-RUU Ekstradisi. 

Kim Ui-seong pada 19 Agustus mengunggah potret diri yang menutupi mata sebelah kanannya di Instagram. Ia bermaksud memberikan mendukung gadis Hongkong yang mata kanannya terkena tembakan polisi Hongkong.


Kim dalam statusnya menulis dirinya telah melihat berita itu. Ia memuji pawai 1,7 juta warga yang berlangsung damai. Ia menyatakan sangat bangga dengan rakyat Hongkong. 


Kim Ui-seong juga memposting fotonya keduanya. Ketika itu, ia bersama anggota stafnya menutupi mata sebelah kanan. Alasannya, ingin menghibur gadis Hongkong yang matanya tertembak polisi. Mereka juga mendukung rakyat Hongkong yang tetap berjuang untuk mempertahankan kebebasan dan demokrasi.

Kim juga menyampaikan, Staf filmnya bersamasama dan menyatakan, dukungan kepada rakyat Hongkong. Kim menyerukan kepada warga Hong Kong, bahwa mereka tak sendiri dalam berjuang. 

Selanjutnya, Kim mengunggah sejumlah foto selfie netizen yang menutup mata kanan mereka di media sosial.

Terinspirasi oleh ide Kim ini, netizen Hongkong kemudian meluncurkan kampanye #Eye4HK. 

Kampanye ini menyerukan netizen di seluruh dunia untuk meniru apa Kim Ui-seong lakukan. Yakni, dengan menutup mata kanan mereka dengan tangan di media sosial seperti Facebook, Instagram, Twitter, Reddit dan lainnya.

Netizen Hongkong berharap, dapat menggunakan kekuatan Internet untuk mengimbau masyarakat internasional. Diharapkan masyarakat Internasional mengecam tindak kekerasan yang dilakukan kepolisian Hongkong terhadap para pengunjuk rasa damai. 

Apalagi, demonstran sedang memperjuangkan kebebasan berekspresi, kebebasan dari rasa takut, keadilan prosedural, aturan hukum, demokrasi dan nilai-nilai universal lainnya.

Kampanye #Eye4HK telah menarik perhatian dari semua lapisan masyarakat. 

Selebriti Hongkong seperti Chui Tien-you, Gregory Wong Chung-yiu, Wong He, Chapman To Man-chak, Tommy Yuen dan lainnya semua berpartisipasi dalam kampanye ini. Mereka mengunggah foto diri mereka yang menutupi mata kanannya. Mereka juga menulis pesan-pesan dukungan di platform sosial.

Tommy Yuen menulis, Kami tidak lupa.

Sedangkan, Gregory Wong menulis : Rakyat Hongkong memiliki hak untuk bebas dari hidup di bawah teror. 

Adapun, Anthony Wong Yiu-ming menulis : Jangan membiarkan mesin negara yang kejam ini membuat kita buta nurani. 

Wong He dan Joe Cheng King Kei keduanya menggunakan bahasa Inggris. Mereka mengimbau masyarakat luas untuk berpartisipasi dalam kampanye #Eye4HK.

Anna Cheung, pendiri dari NY4HK hadir dalam acara wawancara di Fox News TV bersama Bill McGurn dan Jillian Melchior dari The Wall Street Journal. Mereka membuat gerakan menutupi mata kanan untuk mendukung perjuangan rakyat Hongkong.

Banyak elit politik Taiwan juga mengirim foto yang mendukung Hongkong. 

Pada 22 Agustus, Menteri Dalam Negeri Taiwan Hsu Kuo-yung, Bupati Chiayi County Weng Chang-liang, legislator Lee Chun-yi, legislator Lin Ching-yi, legislator Hsu Chi-chieh dan lainnya juga mengunggah foto untuk mendukung warga Hongkong. 

Menteri Dalam Negeri Taiwan, Hsu Kuo-yung menyebutkan : Demokrasi dan kebebasan adalah jiwa kita. Jangan membiarkan jendela jiwa tertutup !

Bupati Chiayi County, Weng Chang-liang turut menulis pesan di akun Facebooknya, bahwa saat ini, warga Hongkong telah mengalami transformasi yang cukup besar. 

Ia menyebut, warga Hong Kong  tidak ada lagi merasa takut terhadap kekerasan negara berjuang untuk mempertahankan kebebasan, demokrasi, hak asasi manusia dan kebebasan berbicara. 

Warga Hong Kong dinilai sedang menyerukan kepada rakyat, untuk menunjukkan persatuan dan menentang ruang yang semakin sempit. Semangat dan tindakan warga Hong Kong membuat orang-orang salut. Warga Hong Kong inilah yang menjadi sasaran kekerasan negara. Hal ini membuat orang-orang prihatin. Ini juga merupakan kewaspadaan besar bagi rakyat Taiwan. 

“Hari ini Hongkong, besok Taiwan. Mari kita bersama mendukung Hongkong, Ayo Taiwan !” demikian tulisan Weng Chang-liang. 

Lin Fei-fan, wakil sekretaris jenderal Partai Progresif Demokratik Taiwan mengatakan di Facebook, bahwa di masa lalu, pemerintah Tiongkok terus mendorong penyebab dari buruknya situasi Hongkong kepada negara lain termasuk Taiwan.

Pemerintahan Tiongkok disebut terus mendorong bentrokan, karena pemerintah tidak mau mendengarkan keluhan rakyat. Hal inilah dinilai sebagai akibat, adanya campur tangan kekuatan eksternal yang sebenarnya tidak ada. 

Lin Fei-fan percaya, bahwa jika otoritas Beijing dan pemerintah Hongkong sampai membuat penilaian yang salah. Bahkan, menciptakan tragedi kemanusiaan seperti insiden Tiananmen 4 Juni, maka komunitas internasional dan Taiwan tidak akan berdiam diri.

Mulai 21 Agustus sejumlah foto yang mendukung kampanye #Eye4HK bermunculan di sosmed.

Selain itu, pada 21 Agustus, bertepatan dengan 1 bulan peristiwa penyerangan Yuen Long, Ratusan warga kembali ke Stasiun KA Yuen Long untuk meluncurkan pawai peringatan 1 bulan insiden. 

Selama rapat umum, para warga juga menanggapi acara kampanye #Eye4HK dengan berfoto sambil menutupi mata mereka dengan tangan.

Pada 22 Agustus, ribuan orang siswa menengah Hongkong, mengadakan rapat umum di Edinburgh Place. Mereka mengimbau dunia pendidikan berpartisipasi dalam mogok sekolah pada bulan September mendatang. Selama aksi, mereka menuntut pemerintah menarik kembali rencana revisi undang-undang ekstradisi.

Gadis Hongkong yang matanya tertembak polisi Hongkong dikhawatirkan akan buta selamanya. 

Namun demikian, media resmi komunis Tiongkok ‘CCTV’ kemudian mengatakan bahwa ia ditembak oleh rekan sesama demonstran. 

Media corong Komunis Tiongkok ini, mengecam pengunjuk rasa yang dituduh berusaha untuk memfitnah polisi Hongkong. Netizen Hongkong mengecam CCTV sebagai tuduhan yang ngawur dan  Maling teriak maling. 

Media Inggris ‘The Guardian’ pada 11 Agustus menyebutkan bahwa media komunis Tiongkok, telah mempraktikkan cara tidak melaporkan, tidak berkomentar. 

Bahkan, benar-benar memblokir berita tentang demonstrasi rakyat Hongkong. Media Komunis Tiongkok juga sengaja mendistorsikan berita. Lebih parah lagi, tak melaporkan kejadian sebenarnya. 

Lebih miris lagi, media komunis Tiongkok ini, justru menjelek-jelekkan warga Hongkong dan mengendalikan opini publik. Seakan, ingin menciptakan kondisi bagi Beijing untuk melakukan intervensi dengan kekuatan militer. (Sin/asr)





Jurnalis NBC Memutarbalikkan Fakta, Memfitnah Falun Gong Demi Memperkuat Serangan Terhadap Media Rivalnya

oleh Levi Browde 

Sebuah artikel yang diterbitkan oleh NBC sedang menyebarkan informasi yang salah, propaganda, dan kefanatikan untuk memarginalkan kelompok spiritual yang damai, hanya demi mempertajam serangan kepada media rivalnya.

Baru-baru ini, jurnalis NBC Brandy Zadrozny dan Ben Collins telah menerbitkan sebuah artikel yang salah mengartikan dan menjelekkan keyakinan dari latihan spiritual Falun Gong atau Falun Dafa. Puluhan juta orang di seluruh dunia telah mempraktikkan latihan Falun Gong. 

Ada beberapa masalah yang terdapat dalam artikel tersebut.  Mari kita pertama-tama mengecek secara perlahan-lahan untuk memberantas kekejaman HAM dalam skala besar itu.

Selama 20 tahun terakhir, organisasi-organisasi besar hak asasi manusia, cendekiawan, pemerintah AS, dan pemerintah lainnya di seluruh dunia telah berulang kali menyebut penahanan sistematis, penyiksaan, dan pembunuhan para praktisi Falun Gong di Tiongkok oleh rezim Komunis Tiongkok sebagai tindakan ilegal dan tidak dapat dibenarkan. Termasuk, serangan terhadap orang-orang tak bersalah dari keyakinan yang damai oleh rezim paranoid.

New York Times, di antara outlet media besar lainnya, dengan jelas melaporkan bahwa ada setidaknya sebanyak 70 juta orang berlatih Falun Gong ketika penganiayaan dengan kekerasan berlangsung. 

Seorang jurnalis Wall Street Journal dianugerahi Pulitzer Award karena membongkar kekejaman ini dan mengungkapkan bagaimana mereka dihukum oleh negara. Menurut Freedom House, ratusan ribu pengikut Falun Gong telah dijatuhi hukuman kamp kerja paksa dan kurungan penjara.

Selain itu, ada bukti luas bahwa praktisi Falun Gong ditahan secara sistematis dan dibunuh dalam skala besar, sehingga organ tubuh mereka dapat dijual demi keuntungan untuk rezim komunis Tiongkok. 

Media seperti BBC telah meliput kasus ini beberapa kali. Begitu juga Forbes, The Guardian, Newsweek, The Telegraph, The Wall Street Journal dan lain-lain, bahkan NBC sendiri.

Namun artikel itu mengurangi ruang lingkup dan skala semua kengerian dalam satu kalimat: “Kelompok-kelompok hak asasi manusia telah melaporkan beberapa pengikut disiksa dan dibunuh saat dalam tahanan.”

Muncul pertanyaan, apakah jurnalis NBC ini juga menyarankan “segelintir” orang yang dilaporkan tewas dalam genosida Rwanda? Mungkin juga “beberapa orang Yahudi” terbunuh dalam Holocaust?  Jika tidak, bagaimana seseorang menjelaskan tentang penganiayaan secara sistematis terhadap 70 juta orang direduksi menjadi “beberapa pengikut ?”Tetapi distorsi nyata yang dirumuskan oleh artikel ini terletak pada cara di mana keyakinan Falun Gong digambarkan.

Karakterisasi Falun Gong – sebuah latihan spiritual tradisional yang berakar  ribuan tahun dan dengan puluhan juta praktisi di Tiongkok dan di seluruh dunia – direduksi menjadi beberapa paragraf penolakan yang berasal dari klaim tiga orang narasumber : satu mantan praktisi, dua seorang profesor yang secara terbuka membela preman Komunis Tiongkok yang dituduh menyerang secara fisik praktisi Falun Gong di Kota New York, dan si jurnalis sendiri yang berprasangka dengan opininya sendiri terhadap ajaran Falun Gong.

Tidak ada diskusi nyata dengan praktisi Falun Gong saat ini, tentang bagaimana mereka benar-benar menafsirkan ajaran, atau mengecek bagaimana melihat ajaran-ajaran itu berkembang pada akhirnya, dalam kenyataan dan kehidupan mereka sehari-hari.

Singkatnya, tidak ada upaya tulus untuk memahami ajaran dan keyakinan Falun Gong.  Sebagai gantinya, beberapa jurnalis ini yang tak memiliki keahlian dalam bidang ini serta dengan agenda  jelas untuk menghina Falun Gong, tampaknya mereka hanya menghabiskan waktu mengorek ajaran-ajaran Falun Gong serta mencari kutipan  digunakan sebagai narasi untuk mereka produksi.

Pertimbangkan juga hal ini :  seseorang salah, misalnya, menggambarkan umat Buddha Tibet sebagai monster jika seseorang membedah tentang sebuah Kitab Tibet berjudul Bardo Thodol atau Kitab Kematian, karena ia hanya semata-mata melihat dari perspektif yang bias atau sepenuhnya menyangkal bahwa pesan dan gaya hidup menyeluruh dari umat Buddha Tibet adalah berpusat pada kasih sayang. Inilah tepatnya yang mana artikel itu dilakukan terhadap Falun Gong : Telah sepenuhnya melenceng. Lebih tepatnya, mengabaikan, prinsip-prinsip yang memandu kehidupan para praktisi Falun Gong.

Sejatinya, praktisi Falun Gong berusaha mempraktikkan Sejati-Baik-Sabar dalam karakter mereka melalui meditasi dan kehidupan mereka. Ini bukan hanya dogma atau omongan belaka, tetapi prinsip-prinsip yang membimbing dan memotivasi praktisi Falun Gong. Kami mempercayainya sepenuhnya, dan hal itu telah meningkatkan taraf kehidupan jutaan orang, membawa kebahagiaan dan keseimbangan bagi kehidupan dan keluarga kami. 

Namun artikel itu memilih untuk sepenuhnya mengabaikannya. Patut dicatat bahwa tidak ada konten yang termasuk dalam artikel disebutkan dari hampir dua jam yang dihabiskan di telepon untuk mewawancarai saya — sebagai seorang representatif dari Pusat Informasi Falun Dafa. 

Faktanya, artikel itu menyatakan: “Seorang wakil untuk Li menolak permintaan wawancara,” yang dengan jelas menyiratkan bahwa tidak ada yang membalas telepon dari para jurnalis ini. Saya membalas telepon dan berpartisipasi dalam wawancara panjang. Dan inilah sesuatu yang saya temukan benar-benar mengagetkan. Dari beberapa sumber yang langsung terhubung dari artikel ini, satu tautan langsung ke situs web pemerintah Komunis Tiongkok. Tidak ada tautan ke situs web Pusat Informasi Falun Dafa.

Jadi, mari kita perjelas apa artinya ini. Para jurnalis ini justru menganggap Partai Komunis Tiongkok, yang telah menewaskan puluhan juta orang pada masa pemerintahannya dan terus menganiaya jutaan orang, dari Uighur, hingga Kristen, hingga Falun Gong, menjadi sumber yang kredibel. 

Sementara itu, representatif untuk Falun Gong – Pusat Informasi Falun Dafa – yang situs webnya berisi banyak referensi ke laporan pihak ketiga (yaitu, Amnesty International, Freedom House, Kongres AS, Congressional-Executive Commission on China , dan lain-lain, tidak dirujuk atau bahkan disebut.

Dan akhirnya, penokohan Falun Gong  dalam artikel tersebut sarat dengan muatan distorsi yang berangkat sangat dekat dengan titik-titik propaganda resmi Komunis Tiongkok sebagai kebohongan secara langsung atau  kesalahan yang disengaja diproduksi oleh rezim Komunis Tiongkok. Tujuannya diperhitungkan untuk mengalihkan perhatian dari banyak orang dalam skala besar atas pelanggaran hak asasi manusia. Itu sangat mengganggu.

Selama 20 tahun terakhir, Komunis Tiongkok telah berusaha untuk tidak memanusiakan praktisi Falun Gong sebagai upaya sia-sia untuk “membenarkan” penyiksaan brutal dan pembunuhan warga yang damai.  Dengan mengulangi secara terus menerus kebohongan mereka secara tidak bertanggung jawab. Artikel tersebut lebih banyak membantu upaya penganiayaan daripada yang mungkin disadari oleh banyak orang.

Jika jurnalis NBC ini ingin menyerang Falun Gong, mereka seharusnya tidak berpura-pura sebagai jurnalisme investigatif. Ketika terkait konten tentang Falun Gong dan ajarannya, serta kelalaian yang tidak dapat dipercaya seputar penganiayaan di Tiongkok, tindakan ini benar-benar hanyalah  beropini belaka dengan agenda yang jelas. 

Sayangnya, tampaknya opini-opini ini dibuat untuk meningkatkan perlawanan terhadap media rivalnya. Ini adalah penyalahgunaan yang mengerikan,  merendahkan, mendegradasi dari kerja pers. (asr)

Levi Browde Adalah Direktur Eksekutif dari Pusat Informasi Falun Dafa.  Artikel ini pertama kali dipublikasikan di situs web Pusat Informasi Falun Dafa. @FalunInfoCtr