EpochTimesId – Uni Eropa dibawah kepemimpinan Jerman diharapkan akan menyelesaikan pembuatan ‘tanggul’ guna membendung gelombang akuisisi perusahaan Eropa oleh pemodal dari Tiongkok. Benteng tersebut ditargetkan rampung pada tahun ini.
Pemerintah Jerman sendiri berharap Uni Eropa akan meningkatkan perlindungan perusahaan Jerman melalui undang-undang yang lebih ketat. Sekretaris Negara (Menteri) Urusan Ekonomi Jerman baru-baru ini mengatakan bahwa Jerman bersama Prancis dan Italia telah merancang draf undang-undang untuk diajukan ke parlemen Uni Eropa.
RUU itu bertujuan meningkatkan pemantauan terhadap investasi asing langsung. Calon UU baru yang akan diumumkan dalam tahun ini diantaranya akan memberi hak veto kepada pemerintah, dalam hal investasi asing.
Media Jerman ‘Welt am Sonntag’ pada 28 Januari 2018 melaporkan, Matthias Machnig, Sekretaris Negara (Menteri) untuk Urusan Ekonomi dan Energi mengatakan bahwa dipandang perlu bagi Uni Eropa untuk memperkenalkan undang-undang yang lebih ketat demi mencegah investor Tiongkok melakukan akuisisi besar-besaran terhadap perusahaan di Eropa dan mengurangi arus keluarnya teknologi dan keahlian industri milik Eropa.
Perusahaan UE yang bersifat kreatif dan atraktif menjadi daya tarik bagi banyak investor Tiongkok untuk diakuisisi. Meskipun transaksi akuisisi seringkali dilakukan di bawah kondisi pembiayaan yang menyimpang dari lingkungan pasar.
Kementerian Federal Jerman itu menambahkan bahwa, jika Jerman dan Eropa masih ingin mempertahankan keberhasilan dan inovasi ekonomi mereka di masa depan, pemerintah harus meninjau kembali akuisisi bisnis yang dikendalikan negara dan yang memiliki strategis. Jika terjadi keadaan darurat maka pemerintah harus memiliki hak untuk menghentikan transaksi.
“Karena peraturan UE jadi kami tidak dapat memeriksa investasi spesifik dari semua negara, termasuk Tiongkok. Apa yang kami inginkan adalah bekerja sama dengan Jerman, Prancis dan Italia untuk membuat rancangan undang-undang guna membuat penilaian investasi spesifik yang lebih mendalam, bahkan menolak masuknya investasi ini,” ujar Matthias Machnig.
Menteri Luar Negeri Jerman yang juga mantan Menteri Ekonomi, Sigmar Gabriel juga mengatakan bahwa pemerintah harus melindungi teknologi kuncinya sendiri. Dia baru saja menggunakan istilah ‘perang dingin teknologi’ dalam pidato pembukaan konferensi ‘Digital Life Design’ yang diselenggarakan di kota Munich.
“Dalam perang dingin teknologi kita akan menjadi penonton yang berada di samping, apakah kita akan memiliki jawaban yang lebih baik? Untuk itu kita harus melindungi dan sengaja memperluas teknologi kunci di Jerman dan Eropa,” ujar Gabriel.
“Inilah kepemimpinan sains dan teknologi masyarakat terbuka di Barat yang sedang menghadapi tantangan serius untuk pertama kalinya.”
Masyarakat Jerman dikejutkan oleh perusahaan robot KUKA yang telah diakuisis pemodal Tiongkok. Sejak saat itu, mulai muncul kewaspadaan terhadap investasi dari pemodal Tiongkok.
KUKA AG adalah produsen robot Jerman yang penting. Robot KUKA banyak dipakai oleh industri manufaktur maju, seperti dalam manufaktur kendaraan roda 4, dan sudah dapat digolongkan sebagai pemain kunci dalam ‘Industri 4.0’ atau ‘pabrik cerdas’ yang ditetapkan oleh pemerintah Jerman.
Pada tahun 2016, Midea Group, produsen alat-alat elektronik rumah tangga Tiongkok menyebarkan informasi akan mengakuisisi KUKA AG. Pemegang saham KUKA juga ingin menjual perusahaan tersebut demi uang, dan demi untuk menjelajahi pasar Tiongkok.
Di negara Barat yang pasarnya terbuka, pemerintah hampir tidak melakukan intervensi dalam pengambilan keputusan sektor swasta. Sektor swasta juga tidak mau didikte pemerintah.
Menteri Ekonomi Jerman waktu itu, Sigmar Gabriel berharap bisa meminta dealer mobil Jerman untuk mempertimbangkan agar ‘air penyubur tidak mengalir ke ladang sebelah’ atau suatu manfaat tidak jatuh ke orang lain.
Tetapi penjualan dealer mobil ini bergantung pada pasar Tiongkok, karena tak satu pun ingin menyusahkan diri sendiri. Akhirnya akuisisi oleh sebuah konsorsium dari Tiongkok terlaksana.
Masalah ini membuat masyarakat Jerman gempar, Jerman mulai khawatir bahwa teknologi high-end mereka akan jatuh ke tangan orang lain. Akibatnya, begitu masyarakat Jerman mendengar berita tentang keinginan perusahaan Tiongkok untuk mengakuisisi perusahaan Aixtron, sebuah pabrik pembuat chip Jerman, Masyarakat Jerman mulai waspada.
Kementerian Ekonomi Jerman menghentikan proses akuisisi tersebut, sehingga tertunda sampai beberapa bulan lamanya. Namun rencana akuisisi akhirnya batal oleh ikut campurnya pemerintah AS.
Karena Aixtron memiliki cabang di AS, maka AS menolak akuisisi tersebut dan mengancam akan melarang mereka untuk berbisnis di AS jika pemegang saham tetap bersikeras. Saat itu Presiden Obama menerima usulan Komisi Penanaman Modal AS dan menolak kesepakatan tersebut dengan alasan bahwa otoritas Beijing mungkin menggunakan perangkat ini untuk menghasilkan kekuatan militer dan mempengaruhi keamanan nasional.
Jerman kini memperkenalkan langkah-langkah untuk membatasi akuisisi pihak asing.
Analisis menyebutkan bahwa tujuan resmi Tiongkok adalah menjadi salah satu negara industri maju di dunia. Sasaran akuisisi pemodal Tiongkok adalah industri yang bergerak di bidang-bidang seperti penerbangan, ruang angkasa, mobil, peralatan pabrik, perawatan medis, dan robotika. Itu semua merupakan kekuataan dari industri manufaktur Jerman.
Fakta bahwa Tiongkok secara strategis mengumpulkan teknologi dan hak kekayaan intelektual telah menjadi ancaman bagi Jerman.
Negara-negara Eropa juga merasa tidak nyaman dengan rendahnya tingkat transparansi para investor Tiongkok. Artikel yang di muat dalam media keuangan Jerman mengatakan bahwa struktur kepemilikan di belakang konsorsium dan hubungan nepotisme di Tiongkok sangat rumit dan misterius.
Mereka juga tidak ingin menerima wawancara media, membuat ragu orang lain. Menurut EY, sebuah perusahaan akuntansi multinasional bahwa sepanjang tahun 2017, ada 54 perusahaan Jerman yang telah diakuisisi atau mendapat penyertaan saham oleh pemodal Tiongkok dengan nilai total transaksi sebesar USD. 13.7 miliar.
Pemodal Tiongkok yang terlibat dalam investasi di Jerman itu termasuk HNA Group yang menginvestasikan dana 3,3 miliar euro ke Deutsche Bank. Mereka menjadi pemegang saham terbesar Deutsche Bank pada tahun 2017.
Pada tahun 2016, Guangdong Midea Group menghabiskan hampir 4,7 miliar euro untuk mengakuisisi perusahaan manufaktur robot KUKA.
Menghadapi gelombang akuisisi dari Tiongkok pemerintah Jerman pada bulan Juli tahun lalu memutuskan untuk menerapkan peraturan perdagangan luar negeri yang baru. Pemerintah berhak untuk melarang merger atau akuisisi jika membahayakan ketertiban umum dan kepentingan keamanan nasional.
‘Tanggul’ tersebut jelas dibangun untuk menghadang gelombang akuisisi atau merger dari pemodal Tiongkok. Tidak hanya itu, perusahaan Inggris dan Italia juga menjadi sasaran akuisisi atau meger saham dari pemodal Tiongkok, termasuk 44 perusahaan di Inggris dan 24 perusahaan di Italia.
Saat ini pemerintah Jerman akan memperluas tindakan melawan akuisisi atau merger oleh pemodal Tiongkok sampai ke tingkat Uni Eropa.
Jika organisasi Eropa tersebut menyetujui rancangan undang-undang usulan Jerman, Prancis dan Italia, maka hak veto pemerintah negara anggota Uni Eropa terhadap akuisisi atau merger perusahaan dalam negeri mereka akan diberlakukan mulai tahun ini. (Xu Ping/ET/Sinatra/waa)