Home Blog Page 1928

Trump Tembakkan Meriam Dagang USD 200 Milyar, Empat Interpretasi Kunci

0

Zhou Xiaohui

Dalam perang dagang AS-RRT, meriam bea masuk USD 200 milyar telah resmi ditembakkan.

Walaupun kedua pihak AS dan RRT tengah mempersiapkan perundingan tahap selanjutnya, namun tanggal 17 September lalu Trump tetap mengumumkan pungutan bea masuk terhadap komoditas berskala USD 200 milyar resmi diterapkan mulai tanggal 24 September, menyatakan perang dagang AS-RRT makin memanas. Faktanya, pada meriam yang baru ditembakkan Trump ini, terdapat empat hal penting yang perlu dicermati.

1. Trump Persiapkan Perang Jangka Panjang, Hadapi Perang Dalam Tiga Tahap

Walaupun banyak media massa sayap kiri sengaja melukiskan pemerintahan Trump dengan istilah “kacau balau” dan “plin-plan”, tapi sebenarnya pemerintahan Trump relatif mahir merencanakan strategi, bertahan dan menyerang cukup teratur.

Seperti perang dagang yang terjadi saat ini, telah direncanakan strategi tiga tahap:

1.Tanggal 24 September hingga 31 Desember 2018, merupakan “masa perundingan hangat”. Komoditas senilai USD 200 milyar dipungut bea masuk 10%, ditambah lagi dengan faktor melemahnya mata uang RMB, bea masuk ini berdampak paling kecil terhadap pihak AS maupun RRT, bermanfaat bagi perundingan bilateral, sekaligus juga mendatangkan tekanan dalam tingkat tertentu pada PKT.

Walaupun dalam tiga bulan terakhir negosiasi kedua pihak tetap menemui jalan buntu, tidak berdampak terlalu besar terhadap musim belanja akhir tahun di AS, memastikan warga AS dapat melalui tahun baru dengan tenang.

2. Mulai 1 Januari 2019, memasuki “masa perundingan dengan tekanan tambahan”. Terhadap produk senilai USD 200 milyar akan dikenakan bea masuk sebesar 25%, ini akan memberikan tekanan bea masuk tinggi yang sangat signifikan bagi pihak RRT dan kalangan bisnisnya. Walaupun PKT berniat mengurangi beban bea masuk dengan memanfaatkan melemahnya nilai tukar RMB dan pengembalian pajak ekspor untuk menutupi kerugian yang dialami pengusaha, pada saat itu juga akan menghadapi risiko lain, yang akan dibahas di akhir artikel ini.

3. Jika PKT membalas hal yang sama pada petani atau industri AS, maka akan segera memasuki “masa perang menyeluruh”.

Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross menjelaskan, pada saat itu AS akan “memungut bea masuk terhadap produk RRT lainnya senilai USD 267 milyar”. Dengan kata lain, pada saat itu, semua produk dari RRT yang masuk ke AS akan diselimuti oleh api perang dagang secara menyeluruh, dengan skala yang belum pernah ada sebelumnya, dan dampak yang luar biasa besar.

II. Sebelum Pemilu Paruh Waktu Sulit Dapatkan Hasil, Trump Gunakan Perang Dagang Untuk Dukung Perang Kampanye

Dilihat dari situasi saat ini, kedua negara akan sangat sulit mencapai kesepakatan dalam waktu dekat.

Pihak RRT masih menempuh taktik ulur waktu, menantikan hasil pemilu paruh waktu mendatang, baru akan bersikap. Sedangkan pihak AS sangat menguasai hal ini, oleh karenanya strategi perang dagang saat ini sebenarnya juga sekaligus untuk mendukung perang kampanye pada pemilu paruh waktu.

Begitu api peperangan ini menjalar hingga tahun depan, prosesnya akan membuat kalangan bisnis melihat jika PKT tidak mau meninggalkan cara dagang yang tidak adil dan tetap ingin mencari keuntungan sepihak dari AS, pada saat itu bea masuk akan dinaikkan sampai 25%, juga dapat mengurangi suara protes.

III. RMB Melemah Imbangi Bea Masuk? PKT Bisa Dianggap Sebagai Negara Pengendali Nilai Tukar

Untuk menghadapi perang dagang ini, sebelumnya PKT telah membuat RMB melemah drastis, sejak Maret lalu hingga sekarang turun sebesar 10%; ditambah lagi dengan pengembalian pajak ekspor yang diumumkan PKT beberapa hari lalu, paling tinggi mencapai 16%, kedua tindakan ini dianggap untuk mengimbangi bea masuk AS yang tinggi.

Namun melemahkan nilai tukar RMB, meningkatkan ekspor dengan pengembalian pajak, mungkin dapat mengurangi biaya bea masuk, tapi mungkin juga akan mendatangkan risiko lebih besar bagi RRT.

Pertama, adalah pengendalian nilai tukar RMB yang justru akan berisiko terkena cekal moneter. Departemen Keuangan AS tanggal 15 Oktober mendatang akan mengumumkan laporan semester pengendalian nilai tukar mata uang, jika pihak AS menilai PKT adalah negara pengendali nilai tukar mata uang, pada saat itu mungkin akan diberlakukan sejumlah sanksi baru terhadap PKT, antara lain: membekukan asset para penguasa PKT dan BUMN yang ada di luar negeri, membatasi hubungan dagang negara lain dengan PKT sampai diberlakukan sanksi moneter yang lebih keras lagi terhadap PKT.

IV. Tekanan Bisnis di RRT Meningkat, Percepat Perpindahan Ke Luar Negeri

Sejak dimulainya perang dagang AS-RRT tanggal 6 Juli lalu, meriam terkuat AS bukan bea masuk, melainkan perang psikologi.

Banyak perusahaan asing dan Taiwan berangsur memindahkan kapasitas pabriknya ke luar negeri, bahkan bisnis teknologi canggih yang bernilai investasi raksasa (seperti Foxconn) juga telah berencana keluar dari RRT, dan mengalihkan investasinya ke India, Amerika, dan lain-lain.

Ditambah lagi pihak AS mengumumkan tahun depan bea masuk akan dinaikkan sampai 25% dan berikutnya masih ada peledak sebesar USD 267 milyar akan segera dilemparkan, serta kemungkinan PKT akan masuk ke dalam daftar negara pengendali kurs dan berbagai faktor lainnya, semua itu menimbulkan tekanan psikologis yang sangat besar bagi perusahaan asing maupun RRT sendiri.

Dengan kata lain, lingkungan industri Tiongkok sudah tidak lagi memiliki stabilitas jangka panjang yang dibutuhkan oleh bisnis, sebaliknya menyebar begitu banyak ketidak stabilan, menyebabkan biaya risiko bisnis menjadi terlalu tinggi.

Oleh sebab itu bisa diprediksi, perusahaan asing dan Taiwan, bahkan perusahaan RRT pun belum tentu akan bertahan tetap tinggal di RRT hanya karena melemahnya nilai tukar RMB dan pengembalian pajak ekspor; sebaliknya mungkin akan semakin bertekad hengkang ke luar negeri, memindahkan semua asset dan kapasitasnya ke luar negeri, mencari basis produksi yang lebih rendah biaya dan lebih stabil untuk jangka panjang. (LIN/WHS/asr)

Permintaan Obat Tiongkok Menguras Populasi Gajah Asia di Burma

0

Gajah Asia di Burma sedang diburu dengan tingkat yang mengkhawatirkan, semuanya untuk memenuhi melonjaknya permintaan kulit hewan tersebut di Tiongkok, di mana ia dianggap sebagai obat tradisional yang manjur.

“Kulit gajah? Beri saya waktu empat jam, dan saya akan mendapatkan apa pun dari para pemburu di hutan,” kata seorang penjaga toko di apotek di Kyaikto, sebuah kota di Burma tenggara (juga dikenal sebagai Myanmar), menurut artikel 11 September di surat kabar berbahasa Inggris, Myanmar Times.

Nasib gajah Asia, terdaftar sebagai spesies yang terancam punah oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN), dirinci dalam laporan bulan April yang diterbitkan oleh Elephant Family, sebuah LSM yang berbasis di AS yang didedikasikan untuk melindungi hewan-hewan tersebut. LSM melakukan investigasi lapangan di Burma dan Tiongkok untuk menyusun laporan.

Kulit gajah adalah ramuan obat tradisional Tiongkok yang dianggap memiliki potensi terapi tinggi. Menurut mesin pencari Tiongkok, Baidu, kulit gajah dapat digunakan sebagai obat untuk gastritis dan tukak lambung (ulcer), dan dapat memudahkan kulit dan otot tumbuhan kembali. Menurut laporan, kulit gajah juga bisa dibentuk menjadi manik-manik untuk membuat gelang dan kalung.

Jumlah bangkai gajah Asia yang ditemukan di alam liar di Burma mengungkapkan tren yang mengkhawatirkan sejak tahun 2012. Sebelum tahun 2012, rata-rata jumlah gajah mati ditemukan kurang dari 10 tiap tahun; namun, jumlahnya melonjak menjadi 26 pada tahun 2013, diikuti oleh 61 pada tahun 2016.

gajah asia burma korban permintaan obat tradisional cina tiongkok
Pawang gajah membawa gajah terlatih mereka ke tempat latihan di sebuah desa di Bago Region, Burma, pada 26 September 2016. (Ye Aung Thu / AFP / Getty Images)

Bertepatan dengan peningkatan yang mengkhawatirkan tentang gajah-gajah mati tersebut telah terjadi pula diskusi yang berkembang di media sosial Tiongkok tentang ketersediaan kulit gajah Asia. Ia biasanya dijual secara online dalam tiga bentuk berbeda: potongan kulit, bubuk, dan manik-manik, menurut laporan.

Pada tahun 2018, produk-produk kulit gajah ditemukan oleh para penyelidik Keluarga Gajah (Elephant Family) di pasar-pasar lokal di provinsi-provinsi Tiongkok, Yunnan di Tiongkok barat daya, dan Fujian dan Guangdong di Tiongkok tenggara.

Di Burma, harga rata-rata untuk potongan kulit gajah adalah 660 yuan (sekitar $96) per kilogram. Potongan kulit yang sama dijual dengan rata-rata 1.800 yuan (sekitar $262) di Guangzhou, ibu kota Guangdong.

Penjualan produk kulit gajah tidak terbatas hanya pada media sosial. Perusahaan farmasi Tiongkok juga mengiklankan obat yang mengandung kulit gajah Asia, yang dijual secara legal sejak Administrasi Kehutanan Negara Tiongkok telah mengeluarkan lisensi untuk pembuatan dan penjualan produk farmasi tersebut.

hewn langka gajah asia
Kulit gajah, cakar harimau, gading, duri landak, dan barang-barang lainnya ditampilkan di kios pasar kecil di Mong La, Burma, pada 17 Februari 2016. (Taylor Weidman / Getty Images)

Nicholas Cox, direktur konservasi World Wildlife Fund kantor Burma, memperingatkan, “Jika menjadi sulit [untuk membunuh gajah di Burma], maka mereka [para pemburu] akan pergi ke tempat lain,” menurut The Myanmar Times.

Menurut laporan, perkiraan populasi gajah Asia adalah 30.000 hingga 50.000, baik hidup di alam liar atau dibesarkan di bawah kurungan di 13 negara yang berbeda, termasuk Burma, Sri Lanka, Thailand, dan India.

Pencarian di pasar grosir online Tiongkok, 1688.com, yang dioperasikan oleh raksasa e-commerce Tiongkok Alibaba, mengungkapkan banyak penjual toko online yang menjajakan manik-manik yang terbuat dari kulit gajah.

Pada bulan Agustus, media pemerintah Tiongkok, The Paper melaporkan bahwa di Mong La, sebuah kota di Burma utara, ada banyak pedagang Tiongkok yang terlibat dalam penjualan kulit gajah secara ilegal. (ran)

Selama KTT dengan Moon Jae-in, Kim Jong Un Membuat Tikaman ke Tiongkok

0

Pada 20 September, pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengunjungi Gunung Paektu yang sakral dengan presiden Korea Selatan, Moon Jae-in, menyusul dua pertemuan sebelumnya antara kedua pemimpin tersebut.

Berdiri di pantai bersama istri mereka, Kim berkata kepada Moon bahwa “orang Tiongkok iri pada kami karena mereka tidak bisa turun ke danau dari sisi mereka, tetapi kami bisa.”

Terletak di perbatasan Tiongkok-Korea Utara, Gunung Paektu adalah landmark sakral dalam sejarah dan budaya Korea. Ia menonjolkan Danau Surga (Heaven Lake), yang dibagi menjadi dua bagian. Bagian selatan 54,5 persen milik Korea Utara dan bagian utara 45,5 persen milik Tiongkok.

Semua Paektu dan daerah sekitarnya berada di bawah kedaulatan Tiongkok selama berabad-abad, sampai otoritas komunis Tiongkok menandatangani perjanjian dengan Korea Utara pada tahun 1962. Orang Tiongkok menyerahkan setengah gunung dan Danau Surga sebagai tanda persahabatan antara dua negara komunis.

Meskipun sebagian besar wisatawan Korea Selatan serta wisatawan dari negara lain harus mengunjungi danau dari sisi Tiongkok, ia hanya memungkinkan untuk mencapai air dari pantai yang ada di sisi Korea Utara.

Pada bulan April, kunjungan Kim Jong Un ke Korea Selatan telah membuat sejarah sebagai pertama kalinya seorang pemimpin Korea Utara melakukan perjalanan ke Selatan. Kedua negara tersebut telah terbagi sejak Perang Korea berakhir dengan gencatan senjata pada tahun 1953.

Setelah pencairan baru-baru ini dalam diplomasi Utara-Selatan, Presiden Korea Moon Jae-in menyatakan keinginannya untuk mengunjungi Gunung Paektu yang sakral tersebut.

Saat di pantai, Moon Jae-in mengisi botol plastik dengan air dari Danau Surga untuk membawanya kembali ke Korea Selatan. “Banyak warga Korea Selatan pergi ke Gunung Paektu dari sisi Tiongkok,” kata Moon. “Tetapi saya memutuskan untuk tidak, karena saya bersumpah bahwa saya akan pergi ke sana sambil menginjak tanah [Korea] kita.”

“Kita harus menulis bab sejarah lain antara Utara dan Selatan dan mencerminkan sejarah baru ini di Danau Surga,” kata Kim kepada Moon.

Kim Jong Un adalah cucu Kim Il Sung. Terlepas dari ideologi juche dari para Marxis negara tersebut, keluarga Kim telah memutuskan Korea Utara sebagai dinasti de facto sejak berdirinya rezim pada tahun 1948.

Dalam beberapa bulan terakhir, Korea Utara telah menjadi fokus kebijakan luar negeri AS di Asia Timur dan aspek penting untuk hubungan Tiongkok-AS. Khususnya, Partai Komunis Tiongkok (PKT) telah mendukung rezim Korea Utara sebagai penghambat pengaruh Amerika di kawasan itu, termasuk Korea Selatan dan Jepang.

Namun keterlibatan terbaru Pyongyang dengan tetangganya dan Amerika Serikat, termasuk pertemuan puncak yang diadakan 12 Juni antara Kim Jong Un dan Presiden AS Donald Trump di Singapura, menunjukkan bahwa Korea Utara mungkin mencoba untuk melepaskan diri dari perannya sebagai klien Tiongkok.

Kim Jong Un telah berkomitmen untuk denuklirisasi, dan Korea Utara telah mengambil langkah-langkah untuk membongkar program senjata nuklir provokatifnya. Pertemuan puncak Kim-Moon terbaru tersebut menegaskan keinginan Kim untuk merundingkan kesimpulan akhir secara formal terhadap keadaan perang yang secara teknis masih ada antara Utara dan Selatan.

GUNUNG SAKRAL

Gunung Paektu, yang disebut Gunung Changbai dalam bahasa Tiongkok, adalah gunung tertinggi di Timur Laut Tiongkok dan Semenanjung Korea. Ini adalah sumber dari tiga sungai utama di Tiongkok Timur Laut: Songhua, Tumen, dan Yalu.

Warga Korea percaya bahwa Gunung Paektu adalah tempat kelahiran Dangun, pendiri legendaris Kerajaan Korea pertama (2333-108 SM), lebih dari 4.300 tahun yang lalu.

Yeongjo (1694 – 1776), raja Dinasti Joseon Korea, yang telah memberi nama Gunung Paektu, pemimpin dari semua gunung Korea. Yeongjo juga memulai tradisi mengadakan upacara tahunan di gunung tersebut yang kemudian menjadi milik Dinasti Qing Tiongkok.

Yeongjo juga yang telah mengubah nama Korea dari gunung tersebut menjadi Paektu, yang berasal dari nama yang diberikan oleh kelompok etnis Manchuria yang memerintah atas Tiongkok selama Dinasti Qing sampai tahun 1911.

Setelah Perang Dunia II, pemimpin komunis Korea Kim Il Sung membangun pasukannya di pegunungan antara Tiongkok dan Korea. Propaganda Korea Utara mengklaim bahwa putranya, pemimpin Korea Utara kedua Kim Jong Il, lahir di Gunung Paektu; tempat kelahirannya yang sebenarnya adalah di Uni Soviet.

Pada 12 Oktober 1962, menurut penelitian oleh sejarawan Tiongkok Shen Zhihua di University of Hong Kong, perdana menteri Tiongkok Zhou Enlai menyetujui perjanjian perbatasan dengan Kim Il Sung yang menyerahkan bagian Korea Utara yang sekarang dari Gunung Paektu ke Pyongyang.

Perjanjian tersebut dirahasiakan sampai tahun 2000, ketika surat kabar Korea Selatan JoongAng Ilbo menerima dokumen rahasia dari otoritas rezim Tiongkok.

Menurut perjanjian tersebut, PKT memberikan sekitar 1200 km persegi wilayah ke Korea Utara, termasuk setengah dari Danau Surga dan tanah subur di sekitarnya. Puluhan ribu warga Tiongkok harus meninggalkan rumah leluhur mereka untuk mengakomodasi perubahan tersebut. (ran)

Sanksi AS Terhadap Pembelian Peralatan Rusia oleh Militer Tiongkok, Hantam Keras Beijing

0

ANALISIS BERITA

Pekan lalu, Departemen Luar Negeri AS mengumumkan sanksi langka terhadap departemen militer Tiongkok dan jenderal komandan departemen tersebut.

Kelakuan buruk mereka telah melanggar undang-undang AS tahun 2017, Countering America’s Adversaries Through Sanctions Act (CAATSA), yang diberlakukan untuk menghukum Rusia karena ikut campur dalam pemilihan AS, agresi di Ukraina, dan keterlibatan dalam perang sipil Suriah. Setiap perusahaan atau individu yang ditemukan melakukan bisnis dengan salah satu dari daftar entitas yang terkait erat dengan pertahanan Rusia atau sektor intelijen skala luas dapat dikenai hukuman di bawah sanksi-sanksi tersebut.

Dengan demikian, Departemen Pengembangan Peralatan Tiongkok, sebuah cabang militer yang bertanggung jawab untuk pengadaan senjata, dan direkturnya, Letnan Jenderal Li Shangfu, ditemukan telah membeli peralatan militer dari sebuah entitas dalam daftar hitam tersebut: Rosoboronexport, eksportir senjata utama Rusia.

Tiongkok telah membeli 10 pesawat tempur SU-35 pada Desember 2017 dan peralatan yang terkait dengan system rudal permukaan ke udara S-400 pada Januari 2018, menurut Departemen Luar Negeri AS.

Sanksi-sanksi tersebut, diumumkan pada 20 September, melarang Li dan lembaga tersebut melakukan transaksi moneter dalam yurisdiksi Amerika Serikat; Li juga akan diblokir dari mengakses properti atau aset apa pun di Amerika Serikat, selain itu dilarang mendapatkan visa.

Para pejabat Departemen Luar Negeri telah bersikeras bahwa sanksi tersebut ditujukan untuk Moskow, bukan Beijing. Namun implikasinya bagi Tiongkok adalah signifikan.

Sanksi tersebut mengindikasikan kepada Beijing bahwa Amerika Serikat tanpa ragu siap untuk menghukum pejabat-pejabat tingkat tinggi dan membekukan aset mereka di AS jika mereka melanggar peraturan-peraturan.

Pejabat tinggi di Tiongkok terkenal karena menyalurkan kekayaan yang mereka hasilkan, hampir tidak diragukan diperoleh melalui cara-cara korup, ke luar negeri untuk menghindari deteksi oleh otoritas Partai Komunis. Memutuskan akses mereka ke asset-aset yang terhubung dengan AS, oleh karena itu, menghantam mereka di tempat yang menyakitkan. Langkah semacam itu lebih merugikan rezim Tiongkok daripada tariff-tarif perdagangan, yang utamanya berdampak pada konsumen.

Reaksi marah rezim terhadap sanksi tersebut tampaknya menunjukkan langkah Amerika Serikat mulai berdampak. Pada 22 September, Tiongkok memanggil duta besar AS di Beijing, Terry Branstad, untuk mengajukan “pernyataan-pernyataan keras,” kata kementerian luar negeri.

Kemudian, kementerian pertahanan Tiongkok mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pihaknya akan menarik kembali kepala angkatan laut Tiongkok Shen Jinlong dari sebuah kunjungan ke Amerika Serikat dan menunda pembicaraan yang direncanakan di Beijing antara pejabat militer Tiongkok dan AS yang telah ditetapkan untuk minggu depan.

Kementerian pertahanan menambahkan bahwa militer Tiongkok memiliki hak untuk mengambil tindakan pencegahan lebih lanjut, tanpa memberikan rincian-rincian lebih lanjut.

Sanksi-sanksi terbaru tersebut mengikuti hukuman AS lainnya terhadap entitas-entitas Tiongkok. Pada 14 September, Departemen Keuangan AS mengumumkan sanksi terhadap desain web dan perusahaan-perusahaan pengembang aplikasi di Tiongkok yang dimiliki dan dikelola oleh Korea Utara.

Awal tahun ini, para pejabat AS mempertimbangkan pembuatan daftar hitam untuk dua bank terbesar Tiongkok karena melakukan bisnis dengan Korea Utara, menurut laporan Bloomberg pada 13 April. Namun ide tersebut ditinggalkan karena kekhawatiran tentang efek potensial dari sanksi seperti terhadap sistem keuangan global.

November lalu, Departemen Keuangan sebagai gantinya telah memutus Bank Dandong yang lebih kecil untuk mengakses sistem keuangan AS, sebagai hukuman karena terlibat dalam pencucian uang untuk Korea Utara. (ran)

Misteri Seputar Hilangnya Artis Tiongkok Fan Bingbing

0

BEIJING — Kantor manajemen milik artis pemain X-Men, Fan Bingbing, di Beijing gelap dan terabaikan. Hari lahirnya berlalu hampir tak ada komentar di lingkungan media sosial yang super reaktif.

Bagi salah satu dari bintang terkenal di Tiongkok dan aktris Hollywood yang sedang naik daun, menghilangnya Fan sangat memukau, muncul di tengah-tengah dugaan penipuan pajak dan mungkin pelanggaran lain yang bisa membuatnya bertentangan dengan otoritas Tiongkok.

Fan telah membintangi puluhan film dan serial TV di Tiongkok dan paling dikenal secara internasional untuk perannya sebagai Blink pada tahun 2014 di film “X-Men: Days of Future Past”, sebuah peran cameo (penampilan singkat selebritis terkemuka) dalam versi Tiongkok dari “Iron Man 3,” dan bintang yang menyalakan karpet merah di Cannes baru-baru ini bulan Mei. Dia dipesan untuk membintangi bersama Penelope Cruz di film Hollywood “355” dan memiliki peran dalam fitur Bruce Willis-Adrien Brody yang akan datang di film “Air Strike.”

Namun selama hampir tiga bulan, Fan belum pernah terlihat atau terdengar di depan umum dengan cara apa pun yang dapat diverifikasi.

Salah satu penghibur terkaya di Tiongkok, Fan menarik puluhan juta dolar untuk perannya, bersama dengan jumlah besar dalam biaya penampilan dan dukungan-dukungan produk. Beberapa dari kontrak tersebut mungkin telah membuatnya dalam masalah dengan pihak-pihak berwenang.

Nama Fan telah disebut dalam sebuah laporan tentang praktik-praktik dalam industri hiburan yang dilaporkan secara umum, seorang artis yang memiliki kontrak publik yang menyatakan gaji resmi dan kontrak pribadi yang merinci pembayaran yang benar-benar lebih tinggi. Seorang pembawa acara bincang-bincang, Cui Yongyuan telah mengatakan pada bulan Mei bahwa Fan memiliki pengaturan seperti itu, dimana diduga membantu memfasilitasi penggelapan pajak, dan mengungkapkan rincian-rincian yang telah memicu kecaman publik. Cui kemudian meminta maaf.

Di kantor manajemen Fan di distrik Dongcheng Beijing, pintunya terkunci, lampu padam, dan kalender yang tergantung di samping poster-poster yang mengiklankan tayangan film-film Fan masih menunjukkan bulan Juli. Seorang pekerja di sebuah kantor di seberang lorong mengatakan dia tidak dapat mengingat kapan terakhir kali dia melihat seseorang memasuki tempat perusahaan tersebut.

Fan menginjak umur 37 pada 16 September, tetapi hanya segelintir tokoh hiburan mengirim ucapan secara online, sebuah jeda yang dingin dibandingkan masa lalu ketika perayaan ulang tahunnya yang mewah, dengan banyak dihadiri oleh relasi-relasi bisnis, ditandai tahun lalu oleh lamaran nikah secara terbuka dari pacar Li Chen.

Ucapan ulang tahun otomatis di akun yang dulu aktif di Weibo, layanan mikroblog utama Tiongkok, tampaknya telah dihapus oleh orang yang tidak dikenal.

Shi Shusi, kolumnis dan komentator tentang budaya terkenal Tiongkok, menunjukkan bahwa profil tenar Fan adalah kegagalannya, membuatnya menjadi target bagi para pejabat yang ingin memberikan contoh bagi calon penipu pajak di tengah ekonomi Tiongkok yang melambat.

“Aktris yang terkenal dan tidak ada yang tahu keberadaannya. Dan tidak ada otoritas yang membuat klarifikasi. Ini adalah ketegangan yang nyata,” kata Shi.

Hilangnya Fan bahkan membawa pesan keprihatinan dari Hu Xijin, editor tabloid Global Times yang terkenal karena opini-opini nasionalisnya yang pro partai komunis garis keras.

“Klarifikasi yang tepat waktu dan pemberitahuan publik tentang status Fan Bingbing juga akan bermanfaat untuk menetapkan catatan secara internasional,” tulis Hu di akun Weibo-nya pada 15 September.

Kembali pada bulan Juni, perusahaan produksi milik Fan telah menyangkal bahwa Fan pernah menandatangani kontrak “yinyang”, dinamakan demikian karena sifat gandanya. Fan, perusahaan produksinya dan wakilnya tidak dapat dihubungi untuk komentar yang lebih baru. Polisi jarang mengakui penyelidikan semacam itu sedang berlangsung sampai sebuah kesimpulan tercapai.

Fan Bingbing
Aktris Tiongkok Fan Bingbing berpose setelah memenangkan Penghargaan Aktris Terbaik dari Penghargaan Film Asia di Hong Kong, pada 21 Maret 2017. (AP Photo / Kin Cheung)

Hilangnya dia terjadi ketika otoritas Tiongkok berusaha untuk mengendalikan gaji-gaji tinggi bagi para artis yang dapat menghabiskan banyak biaya produksi. Pada bulan Juni, regulator membatasi gaji artis yang membintangi pada 40 persen dari keseluruhan anggaran produksi acara TV dan 70 persen dari total yang dibayarkan kepada semua aktor dalam sebuah film.

Meskipun Tiongkok telah menjadi pasar film terbesar kedua di dunia, pihak berwenang tetap mengontrol ketat produksi lokal, menggunakan keputusan akhir atas pilihan pemain, sutradara dan naskah. Jika Fan telah menyinggung perasaan atau mengecewakan pejabat, itu akan menjadi tugas yang sederhana untuk membalas dengan menghancurkan karirnya, dengan otoritas Tiongkok menggunakan kekuatan yang luas untuk menahan, menginterogasi dan menuduh warga atas hilangnya dari mata publik.

Selebriti lainnya telah berbenturan dengan pihak berwenang atas penggunaan narkoba, penghasilan yang berlebihan atau masalah pajak, kata Shaun Rein, direktur pelaksana China Market Research Group yang berbasis di Shanghai.

“Selanjutnya pemerintah benar-benar menidak keras dan cukup banyak menghancurkan karir mereka selama beberapa tahun jika tidak selamanya,” kata Rein. Perusahaan yang bertaruh besar pada daftar selebriti-selebriti Tiongkok menimbulkan “risiko politik yang sangat besar,” katanya.

Terkenal karena kecantikan klasik Tiongkok dengan mata almond dan kulit porselen, Fan, 36 tahun, biasanya mempertahankan kehadiran yang menonjol di Weibo, di mana ia memiliki lebih dari 62 juta pengikut. Namun, akunnya sebagian besar tidak aktif selama berminggu-minggu, pada 26 Juli “like” tentang posting di yayasan amal yang menjadi kegiatan terakhir sebelum penghapusan pemberitahuan ulang tahunnya. Foto-foto di media sosial juga muncul untuk menunjukkan dia mengunjungi bangsal jantung anak di rumah sakit Shanghai untuk acara amal pada 1 Juli.

Petunjuk terkuat untuk status Fan mungkin adalah pemberitahuan 6 September yang diposting di situs web Daily Securities, surat kabar yang diterbitkan oleh Economic Daily. Ia menyatakan bahwa biro pajak setempat telah mengirim pemberitahuan ke studio Fan bahwa dia telah “berada di bawah kendali”, sebuah istilah hukum untuk ditahan dalam penyelidikan. Artikel tersebut kemudian telah dihapus dari situs web.

Hilangnya Fan telah menyebabkan kerusakan secara bertahap sampingannya yang menguntungkan sebagai duta merek, yang membuat rencana perusahaan-perusahaan tersebut berantakan. Merek vitamin Australia Swisse mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa pihaknya menangguhkan penggunaan citranya dan “terus memantau situasi dan berharap bahwa itu terselesaikan dalam waktu dekat.”

Raksasa berlian Inggris De Beers, yang menandatangani kontrak dengan Fang tahun lalu, tampaknya telah pindah: aktris lain, Gao Yuanyuan, mewakili perusahaan tersebut di sebuah toko yang dibuka bulan lalu di ibukota kuno Xi’an. Perusahaan-perusahaan lain yang didukungnya, mulai dari King Power yang bebas bea, sampai Louis Vuitton, dan Montblanc juga sedang mengambil keputusan.”

“Ada lebih banyak risiko bagi para selebriti di Tiongkok daripada di Amerika Serikat, karena pemerintah mengambil lebih banyak tindakan keras secara moral,” kata Rein dari China Market Research. “Jadi ada risiko yang lebih besar bagi selebriti untuk mendapat masalah dengan hukum dan tidak pernah bisa mendapatkan kesempatan untuk menebus.” (ran)

https://www.youtube.com/watch?v=gl4ZBazsxU8

UNICEF : 500.000 Anak-anak Hadapi ‘Bahaya Langsung’ di Ibukota Libya

0

Epochtimes.id- Setengah juta anak-anak berada dalam “bahaya langsung” di ibukota Libya, Tripoli, karena pertempuran yang terus berkecamuk. Laporan ini disampaikan dana anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa UNICEF.

Bentrokan pecah antara milisi saingan pada akhir Agustus lalu telah menewaskan sedikitnya 115 orang dan melukai hampir 400 jiwa lainnya pada Sabtu malam seperti dilaporkan kementerian kesehatan Libya.

UNICEF mengatakan lebih dari 1.200 keluarga mengungsi dalam 48 jam terakhir karena bentrokan meningkat di Tripoli selatan sebelum berhenti pada Senin lalu.

Insiden ini menjadikan jumlah total orang yang terlantar akibat pertempuran baru-baru ini  lebih dari 25.000 jiwa, setengah dari mereka adalah anak-anak.

Direktur Timur Tengah dan Afrika Utara Badan PBB, Geert Cappelaere, mengatakan anak-anak membayar “korban besar” dan semakin sering direkrut oleh kelompok-kelompok bersenjata.

“Kami melihat anak-anak dicegah pergi ke sekolah, kami melihat anak-anak tidak memiliki vaksinasi yang sangat mereka butuhkan,” katanya.

Mereka yang mana orangtua dari anak-anak ini datang ke Libya dengan harapan bermigrasi ke Eropa lewat laut menderita dua kali lipat.

“Mereka sudah menghadapi kondisi hidup yang mengerikan, banyak dari mereka ditahan, sebuah situasi yang diperburuk oleh “kekerasan yang terjadi hari ini,” katanya.

UNICEF juga mengatakan sekolah semakin banyak digunakan untuk melindungi keluarga yang terlantar, kemungkinan akan menunda dimulainya tahun akademik setelah 3 Oktober mendatang.

Bahkan warga menghadapi kekurangan pangan, listrik dan air. Tak hanya itu, bentrokan telah memperparah nasib para migran.

“Ratusan pengungsi yang ditahan dan migran, termasuk anak-anak, dipaksa pindah karena kekerasan. Yang lainnya terdampar di pusat-pusat dalam kondisi yang memprihatinkan,” kata Cappelaere.

Meskipun ada gencatan senjata yang ditengahi PBB pada tanggal 4 September 2018, pertempuran pecah lagi pekan lalu di distrik-distrik selatan ibukota.

Bentrokan pecah antara kelompok-kelompok bersenjata dari Tarhuna dan Misrata melawan milisi Tripoli yang dikendalikan oleh pemerintah persatuan yang didukung PBB oleh PBB.

Ibukota Libya telah menjadi pusat pertempuran untuk pengaruh antara kelompok bersenjata sejak diktator Muammar Qaddafi digulingkan dalam pemberontakan 2011 yang didukung NATO.

Pemerintah persatuan negara telah berjuang untuk menggunakan kontrolnya dalam menghadapi banyak milisi dan pemerintahan lawan yang berbasis di Libya timur. (asr)

Sumber : Arabnews.com

 

Modem dan Peralatan Internet Tiongkok Dihantam Tarif oleh AS Sebagai Barang Teknologi ‘Pintar’

0

WASHINGTON – Tarif-tarif AS yang menghantam produk-produk Tiongkok senilai $200 miliar pada 24 September mengecualikan banyak barang-barang teknologi tinggi profil tinggi seperti jam tangan dan speaker-speaker “pintar”, namun modem-modem, router, dan gateway internet yang kurang mencolok yang membuatnya berfungsi tidak begitu beruntung.

Para pejabat industri teknologi konsumen dan badan Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS mengatakan mereka berharap produk-produk bernilai miliaran dolar ini, termasuk yang dirancang untuk digunakan di rumah, akan dikenakan tarif 10 persen yang diaktifkan pada 24 September.

Langkah ini secara efektif akan melibatkan struktur tarif dua tingkat untuk internet konsumen, bersamaan banyak produk, seperti pelacak kebugaran Fitbit, jam tangan Apple Inc dan speaker pintar Echo Amazon yang disukai melalui router dan gateway internet dari Arris International, Netgear, D-Link dan yang lain.

“Kita sedang beroperasi menurut perkiraan bahwa puluhan juta perangkat yang mengirimkan internet berkecepatan tinggi ke rumah-rumah konsumen akan terkena dampak dari tarif ini,” kata Jim Brennan, wakil presiden senior dari rantai pasokan, kualitas, dan operasi Arris.

“Ini terasa anti-konsumen karena perangkat-perangkat kita adalah apa yang memberikan kekuatan inti dari teknologi konsumen,” kata Brennan kepada Reuters.

Modem, router, perlengkapan switching dan jaringan yang menjaga fungsi internet tidak termasuk dalam kode tarif AS yang baru saja dibuat yang dikecualikan dari tarif-tarif Tiongkok terbaru tersebut, kata juru bicara badan Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS.

Badan tersebut tidak membedakan antara modem dan router yang digunakan konsumen dan peralatan jaringan komersial yang digunakan oleh pusat data dan penyedia internet broadband.

Sebagian besar perangkat baru yang terhubung ke internet telah dikelompokkan ke dalam kategori yang luas dalam daftar tarif U.S. Harmonized Tariff Schedule, 85176200, “Mesin untuk penerimaan, konversi dan transmisi atau regenerasi suara, gambar, atau data lainnya, termasuk peralatan switching dan routing.”

Semua kategori yang dirancang untuk mencakup berbagai kemungkinan (alat modifikasi) terlihat $23 miliar dalam impor AS dari Tiongkok dan $47,6 miliar dari dunia tahun lalu. Itu adalah komponen terbesar dari tarif terbaru Presiden AS Donald Trump yang menargetkan barang-barang Tiongkok.

Kantor Perwakilan Perdagangan AS telah mengatakan bahwa mereka akan mengeluarkan barang-barang seperti jam tangan pintar, pelacak kebugaran, perangkat pengaliran audio Bluetooth, dan speaker pintar ke dalam subkategori baru yang akan dikecualikan, tetapi diberikan beberapa rincian.

Menurut pemberitahuan yang diposting oleh Komisi Perdagangan Internasional AS, modem-modem komputer akan tetap berada di subkategori yang terpisah, sementara peralatan “switching dan routing” akan dimasukkan ke dalam subkategori baru. Tidak satu pun dari subkategori ini diberikan pengecualian dari tarif-tarif tersebut.

“Meskipun kita tidak memiliki kesempatan untuk mengeluarkan putusan tentang ruang lingkup ketentuan untuk peralatan ‘switching dan routing,’ kita setuju bahwa sebagai prosedur normal, modem, router, dan peralatan jaringan akan tunduk pada aturan,” Bea Cukai dan Juru bicara Perlindungan Perbatasan mengatakan pada 21 September, mengacu pada tarif 10 persen.

Tidak jelas berapa banyak dari impor Tiongkok senilai $23 miliar termasuk dalam kategori ini yang bisa lolos dari tarif tersebut, tetapi tinjauan Reuters terhadap data industri menunjukkan bahwa bagian tersebut mungkin kecil.

Data Biro Sensus AS belum menangkap volume impor tahunan dari Tiongkok, atau negara mana pun, tentang barang-barang tersebut yang akan dikecualikan.

Namun, Asosiasi Teknologi Konsumen memperkirakan bahwa pasar AS untuk pelacak kebugaran, jam tangan cerdas, speaker cerdas, dan earbud nirkabel serta headphone adalah $8,2 miliar pada tahun 2017, dengan perkiraan penjualan sebesar $11,6 miliar untuk 2019.

Bahkan jika Tiongkok menghasilkan mayoritas barang-barang tersebut, pengecualian hanya akan berlaku untuk sebagian kecil dari kategori $23 miliar.

CTA telah meramalkan penjualan langsung modem dan router ke konsumen sebesar $2,3 miliar untuk tahun 2019, naik dari $2 miliar pada tahun 2017, tidak termasuk produk-produk yang dipasok langsung oleh para penyedia internet kabel dan broadband serta peralatan yang digunakan di pusat-pusat data dan infrastruktur lainnya di luar rumah.

Namun kelompok tersebut berpendapat bahwa para konsumen akan menanggung biaya akibat dari tarif-tarif tersebut, bahkan jika para penyedia layanan mereka membeli modem-modem tersebut.

“Secara keseluruhan, akses ke internet akan menjadi lebih mahal, rencana seluler akan menjadi lebih mahal, dan perangkat yang terhubung yang masuk ke ponsel pintar Anda akan menjadi lebih mahal karena semuanya saling menyampaikan informasi satu sama lain,” kata Izzy Santa, direktur komunikasi strategis untuk CTA. (ran)

https://www.youtube.com/watch?v=X9J-MX8QL1Y&t=124s

Bebas dari Penjara Pemimpin Oposisi Rusia Navalny Langsung Ditahan Kembali

0

EpochTimesId – Pemimpin oposisi Rusia, Alexei Navalny kembali ditahan, Senin (24/9/2018) atas tuduhan melakukan protes ilegal, kata rekan-rekannya. Mereka menambahkan bahwa langkah itu dimaksudkan untuk mencegah sang aktivis terlibat dalam aksi unjuk rasa dalam rangka meningkatnya ketidakpuasan sebagian rakyat atas reformasi pemerintah.

Penangkapan Navalny terjadi beberapa saat setelah dia bebas dari penjara di akhir masa penahanan kasus sebelumnya. Kementerian Dalam Negeri Rusia tidak segera membalas permintaan konfirmasi.

Rencana Kremlin untuk menaikkan usia pensiun telah menyebabkan ribuan orang Rusia turun ke jalan dalam beberapa pekan terakhir. Aksi ini menggerogoti sekitar 15 persen dari peringkat popularitas Presiden Rusia, Vladimir Putin.

Penahanan baru Navalny terjadi setelah 30 hari mendekam di penjara karena merencanakan demonstrasi tidak sah di ibukota Rusia pada Januari 2018. Kala itu, demonstran menyerukan boikot pemilihan presiden, karena akan menjadi pemilihan presiden yang dicurangi oleh Putin.

Dia mengatakan pada saat itu bahwa hukuman penjara dirancang oleh pihak berwenang untuk mencegah dia untuk memimpin protes nasional terhadap reformasi pensiun. Dalam aksi pada 9 September lalu tersebut, lebih dari 800 orang ditahan oleh otoritas setempat.

Leonid Volkov, rekan aktivis Navalny, menulis di Twitter pada Senin pagi bahwa Navalny telah dibawa kembali ke kantor polisi. Rekannya yang baru keluar dari penjara, kini sekali lagi dituduh melanggar undang-undang protes, kasus yang mirip dengan kasus sebelumnya.

Kasus Navalny akan disidang di pengadilan pada hari Senin waktu setempat. Dia terancam hukuman denda dan penjara maksimal hingga 20 hari, juru bicaranya, Kira Yarmysh menulis di Twitter.

Lyubov Sobol, seorang pengacara pada yayasan anti-korupsi Navalny, mengatakan dia menjadi sasaran oleh pihak berwenang karena protes reformasi pensiun. “Mereka mengisolasi seorang politisi dan pemimpin oposisi,” tulisnya di Twitter.

Reformasi pensiun yang diusulkan adalah kebijakan pemerintah yang paling tidak populer sejak tahun 2005. Reformasi itu akan menghapus manfaat pensiunan pegawai era Soviet. Putin sempat menunda dan meredam rencana tersebut setelah protes mulai muncul.

Navalny telah berulang kali dipenjara karena merencanakan demonstrasi, yang menurut pemerintah tidak sah. Walau demikian, dia berjanji bahwa dia tidak akan pernah menyerah untuk mencoba mengorganisir protes jalanan. (Reuters/The Epoch Times/waa)

Video Rekomendasi :

Video Pilihan :

https://www.youtube.com/watch?v=JGc59EiEYwQ

Kapal SAR Prancis Berusaha Selamatkan Pelaut India yang Terdampar di Barat Australia

0

EpochTimesId – Sebuah kapal penyelamat SAR Prancis bergerak menuju lokasi seorang pelaut India yang terluka dan terombang-ambing di Samudera Hindia, Senin (24/9/2018) waktu Eropa. Pelaut India, Abhilash Tomy, diterjang badai dalam kejuaraan mengelilingi dunia dengan kapal layar.

Abhilash Tomy meminta bantuan darurat pada 22 September 2018 setelah kapal layarnya rusak parah. Dia diterjang badai pada posisi sekitar 3.500 km di sebelah barat pantai Australia. Badai membuat dia mengalami cedera punggung yang parah.

Otoritas Keselamatan Maritim Australia, yang mengkoordinasi penyelamatan, mengatakan pihaknya memperkirakan kapal Prancis akan mencapai kapal pesiar pada pukul 5 sore waktu setempat, atau sekitar pagi hari pada Selasa (25/9/2018) waktu Indonesia.

“Semua Indikasi adalah kapal tegak dan mengambang di air. Tapi setiap saat, gelombang laut bisa saja mendorong salah satu tiang kapal yang rusak,” ujar Phil Gaden, seorang pejabat SAR Australia, kepada wartawan di Canberra, ibukota Australia.

Tiang itu menggantung di atas kapal pesiar dengan berbahaya. Sehingga memicu kekhawatiran bahwa tiang itu bisa copot dan merusak bagian badan kapal yang kedap air, yang selama ini membuat kapal tetap terapung.

Meskipun kapal Perancis sudah dekat, Gaden memperingatkan bahwa tim penyelamat mungkin tidak dapat mengevakuasi Tomy karena kerusakan kapal. Dalam hal ini, kapal angkatan laut Australia, yang posisinya lebih jauh, mungkin harus melakukan operasi penyelamatan.

Tomy dalam situs webnya mengatakan bahwa dia menjadi orang India pertama yang berhasil mengelilingi dunia pada tahun 2013. Dia sedang bertanding dalam kejuaraan ‘Golden Globe Race’ sejauh 30.000 mil (48.000 km).

Perlengkapan peserta, serupa dengan sarana berlayar yang biasanya digunakan 50 tahun yang lalu pada turnamen pertama. Para peserta yang berkeliling dunia, dilarang menggunakan teknologi modern, kecuali perlengkapan komunikasi. (Reuters/The Epoch Times/waa)

Video Pilihan :

https://www.youtube.com/watch?v=JGc59EiEYwQ

Simak juga, Pengakuan Dokter yang Dipaksa Panen Organ Hidup :

https://youtu.be/0x2fRjqhmTA

Donald Trump Bicara Krisis Narkoba Global di PBB

0

EpochTimesId – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump menyampaikan pidato tentang krisis narkoba di seluruh dunia di markas besar PBB, New York, AS. Trump mengatakan bahwa narkotika dan obat-obatan berbahaya mengancam nyawa dalam jumlah yang signifikan.

“Ancaman kecanduan obat masih terus mengambil terlalu banyak nyawa di Amerika Serikat dan di seluruh dunia,” kata Trump, Senin (24/9/2018) waktu setempat.

Sekitar 450.000 orang meninggal di dunia akibat penggunaan narkoba pada tahun 2015, menurut WHO. Di Amerika Serikat, lebih dari 71.500 orang Amerika meninggal karena overdosis obat pada tahun 2017, dengan setidaknya 68 persen dari kematian yang disebabkan oleh opioid.

Trump mengatakan Amerika Serikat mengambil tindakan agresif untuk mengatasi krisis narkoba. Target penanggulangan dalam aksi global adalah mengurangi permintaan, meningkatkan pengobatan atau rehabilitasi bagi pecandu, dan memberantas perdagangan narkoba.

“Jika kita mengambil langkah-langkah ini bersama, kita dapat menyelamatkan nyawa manusia yang tak terhitung jumlahnya di setiap sudut dunia. Dan ketika saya mengatakan tak terhitung jumlahnya, maksud saya adalah jutaan manusia,” lanjut Trump.

“Saya selalu mengatakan bahwa PBB memiliki potensi yang luar biasa, dan potensi itu, perlahan tapi pasti, akan dipenuhi.”

Duta Besar AS untuk PBB, Nikki Haley memperkenalkan konsep Trump dan mengajak negara-negara anggota PBB untuk bergabung dalam aksi ‘Global Call to Action on World Drug Problem’.

Haley berterima kasih kepada 130 negara anggota yang menandatangani kesepakatan untuk memerangi perdagangan narkoba. Kampanye itu memiliki 31 ‘co-host’.

“Semua orang tahu seseorang yang menderita dan meninggal karena menyalahgunakan narkoba,” kata Haley.

Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres berterima kasih kepada Trump karena menaruh perhatian pada masalah narkoba. Dia mengatakan bahwa perhatian Trump pada masalah itu sangat dibutuhkan.

Guterres mengacu pada ‘2018 World Drug Report’ PBB, yang mengatakan bahwa produksi opium dan kokain berada pada tingkat tertinggi yang pernah tercatat.

Total produksi opium global melonjak 65 persen dari 2016 hingga 2017, menjadi 10.500 ton, menurut laporan itu. Lebih dari 75 persen dari total area budidaya opium ada di Afghanistan.

Laporan tersebut mengatakan bahwa produksi kokain global mencapai tingkat tertinggi pada tahun 2016. Pasar kokain dan metamfetamin meluas melampaui wilayah mereka sebelumnya. Belum lagi sisi gelap kemajuan teknologi informasi, ‘darknet’, memfasilitasi proporsi perdagangan narkoba yang terus meningkat.

Obat penghilang rasa sakit, Tramadol, juga menyebabkan krisis kecanduan di beberapa bagian Afrika, dan berkembang di Asia.

Guterres mengatakan ada 31 juta orang di seluruh dunia membutuhkan perawatan medis karena penggunaan narkoba. Namun, hanya 1 dari 6 orang diantaranya yang memperoleh akses perawatan.

Dia mengatakan tindakan keras terhadap perdagangan narkoba dan memastikan akses pecandu pada layanan pengobatan, sama-sama dibutuhkan untuk mengatasi krisis narkoba.

“Bersama kita akan berhasil dan kita tidak akan pernah menyerah,” tutup Guterres. (CHARLOTTE CUTHBERTSON/The Epoch Times/waa)

Video Pilihan :

https://www.youtube.com/watch?v=JGc59EiEYwQ

Simak juga, Pengakuan Dokter yang Dipaksa Panen Organ Hidup :

https://youtu.be/0x2fRjqhmTA

Kim Jong-Un Ungkit Lagi “Denuklirisasi”, Trump Bongkar Tipuan Ganda RRT-Korut

0

Tang Hao – Epochtimes.com

Tanggal 19 September lalu, untuk ketiga kalinya “pertemuan Moon-Kim” telah berakhir, Presiden Korsel Moon Jae-In telah menandatangani “Deklarasi Bersama September Pyongyang” dengan pemimpin Korut Kim Jong-Un, sekali lagi Kim Jong-Un berjanji akan mewujudkan denuklirisasi total, “menciptakan Semenanjung Korea sebuah daratan yang damai tanpa senjata nuklir dan ancaman nuklir”.

Pertemuan Moon-Kim kali ini sangat penting bagi Korut, sangat mendesak bagi pihak Korut untuk menyetujui pertemuan dan deklarasi ini, untuk kembali menyatakan sikap pada AS yakni, bersedia melakukan denuklirisasi, menghilangkan kesan negatif terhadap Korut yang menunda-nunda dan tidak melakukan apa-apa selama tiga bulan terakhir ini.

Mengapa Korut buru-buru hendak menunjukkan sikap pada AS? Karena strategi “tekanan ekstrim” dari Trump menimbulkan efek.

Tekanan Ekstrim Trump Tiga Aspek Sekaligus: Militer, Dagang, Diplomatik

Menilik kembali 23 Agustus lalu. Putaran keempat perundingan perdagangan AS-RRT, kedua belah pihak tidak mencapai kesepakatan, pihak RRT mengumumkan akan menunggu pasca selesainya pemilu paruh waktu AS (November) baru kembali melakukan perundingan. Di saat itu, Menlu AS Pompeo juga sedang bersiap terbang ke Korut, untuk melakukan perundingan terkait masalah denuklirisasi.

Akan tetapi Trump memutuskan untuk melakukan aksi cekal lebih dulu, memisahkan konspirasi antara PKT dengan Korut yang memanfaatkan denuklirisasi Korut untuk disalahgunakan pada perang dagang. Pertama-tama memberikan tekanan bagi Korut.

Tanggal 24 Agustus, Trump langsung mengumumkan, membatalkan perjalanan Menlu Pompeo ke Korea Utara dan menutup pintu perundingan dengan Korut, semua hal terkait dibicarakan kembali pasca pemilu paruh waktu.

Tanggal 28 Agustus, Menhan James Mattis menyatakan, pasukan AS akan menghentikan latihan perang bersama dengan Korsel setelah pertemuan Trump-Kim pada bulan Juni lalu, namun kini pihak AS sudah tidak berniat menghentikan latihan militer itu. AS mengisyaratkan akan mengerahkan kekuatan militer. Kemudian, Trump juga memberikan tekanan besar terhadap Beijing.

Tanggal 29 Agustus, di akun Twitter ia secara terbuka mengkritik Beijing, “Karena masalah sengketa dagang yang sangat besar antara kami dengan pemerintah RRT, Korut mendapat tekanan massive dari pihak RRT”, serta menekankan asalkan ia bersedia, dengan segera AS, Jepang dan Korsel akan melangsungkan latihan perang bersama, dengan skala berlatih yang belum pernah ada sebelumnya.

Walaupun pada permukaan Trump “menembakkan meriam” pada PKT, tapi di saat yang sama juga diam-diam mengkritik “konspirasi ganda RRT-Korut” jangka panjang selama ini. Akan tetapi Trump tidak secara langsung mengkritik Korut, sangat mungkin menyisakan ruang bagi Korut, kembali menunjukkan niat baik pada Korut, mengisyaratkan Kim agar tidak lagi terpengaruh oleh PKT.

Tanggal 7 September, Trump mengumumkan pungutan bea masuk terhadap produk RRT senilai USD 200 milyar akan segera diterapkan.

Di luar dugaan, Trump bahkan langsung menambah angka, memperingatkan telah menyiapkan rencana pungutan bea masuk berikutnya senilai USD 267 milyar, ini berarti semua produk ekspor RRT ke AS akan masuk ke dalam jangkauan meriam bea masuk ini, memberikan tekanan ekstrim bagi ekonomi dan perdagangan RRT.

Trump Tekan Keras Konspirasi RRT-Korut, Kim Jong-Un Putar Haluan

Menghadapi serangan bertubi-tubi Trump, kedua belah pihak RRT dan Korut jelas merasakan situasi tidak nyaman, terutama Korut langsung berputar haluan, aksi diplomatik pun bermunculan.

Tanggal 10 September, Gedung Putih mengumumkan Kim Jong-Un menulis surat kepada Trump meminta agar dilangsungkan pertemuan kedua Trump dan Kim.

Tanggal 14 September, Korsel mengumumkan Moon Jae-In dan Kim Jong-Un akan menggelar pertemuan Moon-Kim yang ketiga pada tanggal 18 September.

Tanggal 19 September, Korut dan Korsel menandatangani “Deklarasi Bersama Pyongyang September”, sebagai upaya keras mewujudkan denuklirisasi Semenanjung Korea.

Dalam waktu singkat, irama menjadi cepat. Serangkaian tindakan antusias Korut terhadap Korsel tampaknya berupaya mewujudkan perdamaian di Semenanjung Korea, tapi sebenarnya melontarkan tanggapan bersahabat kepada AS, dengan harapan Trump akan memberikan kesempatan kedua untuk bertemu dengan Kim Jong-Un lagi.

Selain itu, pada parade militer peringatan 70 tahun berdirinya Korut, tidak dipamerkan senjata berat seperti rudal balistik antar benua; dan pada “Forum Ekonomi Timur” yang diselenggarakan di Rusia, Kim Jong-Un juga memilih untuk tidak hadir, tidak bertemu dengan Xi Jinping maupun Putin, sebaliknya justru secara aktif mempersiapkan pertemuan Moon-Kim.

Berbagai pertanda menunjukkan, Kim Jong-Un mulai menjajal untuk keluar dari struktur konspirasi ganda RRT-Korut ini, dan merapat pada Amerika, dengan niat menemukan jalan masa depan — setidaknya sementara seperti itu.

Pertama, masyarakat internasional telah memberlakukan sanksi ekonomi yang paling berat sepanjang sejarah bagi Korut, masih berlaku sampai sekarang, pemerintahan Kim Jong-Un merasakan tekanan yang amat besar; walaupun Rusia dan RRT diam-diam menyelundupkan sumber daya alam untuk memberikan bantuan, tapi masih tidak cukup memenuhi kebutuhannya. Selama ini suara tentangan rakyat semakin meninggi, mungkin bisa berakibatkan berkobarnya perlawanan di dalam negeri Korut. Apalagi baru-baru ini di DK PBB, Rusia juga diungkap oleh AS telah melanggar kesepakatan PBB dengan diam-diam membantu Korut dan dikritik keras.

Kedua, Xi Jinping tidak menghadiri peringatan 70 tahun berdirinya Korea Utara, melainkan mengutus Li Zhanshu menghadirinya agar tidak menyinggung pihak AS, menunjukkan pihak PKT sudah mulai gentar terhadap serangan beruntun oleh Trump, dan Korut memperhatikan hal ini.

Ketiga, meriam perang dagang AS-RRT kian hari kian sengit, walaupun di mulut PKT menyatakan akan “gigih bertahan sampai akhir”, “RRT pasti menang”, namun kondisi sesungguhnya di masyarakat justru merefleksikan kondisi perang yang sebaliknya, banyak perusahaan ramai-ramai “beri suara dengan kaki” yakni, meninggalkan RRT atau mengalihkan produksinya, menunjukkan masa depan RRT sangat tidak menjanjikan; ditambah lagi Eropa dan Amerika tengah aktif terhubung mengepung Beijing, selama ini PKT tidak hanya sulit bertahan, apalagi harus melindungi adik kecilnya Korea Utara.

Keempat, sejak Trump menjabat, kekuatan ekonomi maupun militer AS telah kembali menguat, pihak AS baru-baru ini semakin mengeras terhadap sikap RRT. Namun Beijing justru melepaskan sinyal bermusuhan lewat media massa ofisialnya, mencerca dan menantang, tidak hanya tidak membantu meredakan hubungan AS-RRT, bahkan semakin mengundang AS membalas dengan lebih banyak sanksi. Oleh sebab itu, Korut mungkin ingin menjaga jarak dengan RRT, agar terhindar dari kobaran api perang yang akan berdampak buruk padanya.

Kelima, sejak pertemuan Trump-Kim bulan Juni lalu, Kim Jong-Un masih belum juga mewujudkan janji denuklirisasinya, walaupun AS tidak senang, namun Trump masih menjaga niat baik kepada Kim Jong-Un, dan belum melontarkan kritik terhadap pribadinya. Ini mungkin membuat Kim Jong-Un merasakan bedanya Trump dengan politikus lain, yang memang berniat membantu Korut memperbaiki ekonominya.

Manfaatkan Korut Sebagai Pendongkrak, Kim Jong-Un Tawar Trump

Lalu apakah Kim Jong-Un memutuskan akan mengikuti langkah Trump tanpa syarat? Tidak juga. Ia masih menggunakan beberapa kartu diplomatiknya, diam-diam adu tawar dengan AS.

Meninjau interaksi AS-Korut baru-baru ini, Korut hampir selalu bernegosiasi dengan Korsel sebagai media, dan tidak secara langsung berhubungan dengan AS. Korut tahu kemampuan negara dan modalnya terbatas. Oleh sebab itu mencari Korsel berunding dengan AS, agar AS mau tidak mau mempertimbangkan sikap dan kepentingan Korsel selaku sekutunya, sehingga tidak terlalu keras terhadap Korut saat berunding.

Yang lebih layak diperhatikan adalah, pada pertemuan Trump-Kim, salah satu konten yang disepakati oleh Trump dan Kim Jong-Un adalah Korut “berjanji akan berupaya melakukan denuklirisasi total di Semenanjung Korea”. Pemerintah Trump pun langsung menanggapi, hanya jika Korut telah mewujudkan “denuklirisasi secara menyeluruh, terbukti, dan tidak terulang kembali (CVID)”, maka segala sanksi ekonomi terhadap Korut baru akan dicabut.

Tapi Kim Jong-Un justru memanfaatkan Pertemuan Moon-Kim ini untuk menyatakan hanya jika pihak AS mengambil tindakan dan mengalah secara bersahabat, Korut baru akan selamanya membongkar instalasi nuklirnya.

Jelas di sini Kim Jong-Un secara “cerdik” menggunakan cara negosiasi pihak ketiga, dari jauh tawar menawar dengan AS, diam-diam ingin mengubah isi kesepakatan yang sejak awal telah disepakati kedua pihak.

Kim Jong-Un ingin pihak AS “mengalah”, mengapa? Ada dua hal: meredakan atau mencabut sanksi ekonomi terhadap Korut, dan juga menandatangani “Kesepakatan Akhir Perang Korea”. Hal pertama adalah agar ekonomi Korut bisa bernafas lega sedikit, dan hal kedua adalah agar Korut mendapat janji AS “tidak melakukan aksi militer”, untuk dijadikan “kartu bebas mati” bagi Korut.

Apakah Trump akan menerima tawaran Kim Jong-Un, saat ini belum diketahui.

Akan tetapi, terhadap beberapa janji yang dibuat oleh Korut kali ini, Trump menyatakan “sangat gembira (very exciting)”.

Trump Ciduk Dalang Perompak, Goyahkan Konspirasi Ganda RRT-Korut

Memang, dari beberapa kali rezim keluarga Kim kerap ingkar janji dan kebohongan rezim komunis yang telah menjadi kebiasaan, kali ini Kim Jong-Un kembali menjanjikan denuklirisasi, apakah pada akhirnya akan terwujud, atau hanya memanfaatkan “denuklirisasi” untuk menipu dicabutnya sanksi dan janji menghentikan perang, segala kemungkinan masih bisa terjadi, masih perlu terus diamati.

Akan tetapi, kartu militer dan kekuatan ekonomi Trump kali ini yang kuat, dibantu dengan teknik negosiasinya yang sulit diprediksi dan perang psikologi, memang telah mendatangkan tekanan luar biasa besar bagi RRT maupun Korut, bisa dikatakan ini adalah sebuah “shock therapy” bagi keduanya.

Selain itu, Trump tidak hanya mulai membongkar “konspirasi ganda RRT-Korut”, juga langsung menohok titik kelemahannya dengan memfokuskan pada ekonomi, dagang dan diplomatik untuk ‘membombardir’ PKT, menangkap perompak harus menciduk dedengkotnya lebih dulu; lalu memberikan ancaman sekaligus juga tekanan bagi Korut secara bersamaan, memancing dengan niat baik, akhirnya berhasil membongkar struktur konspirasi komunis yang selama bertahun-tahun telah membodohi masyarakat internasional.

Kemudian, janji denuklirisasi Korut apakah benar-benar akan diwujudkan, bagaimana mewujudkannya, Trump dan Kim apakah akan bertemu kembali, apakah struktur konspirasi RRT-Korut akan dibongkar tuntas, ini tergantung bagaimana pemerintahan Trump mengeluarkan jurus-jurusnya. (SUD/WHS/asr)

5 Aliansi Internasional Membentuk Langkah Penyelamatan Badak Sumatera

0

Epochtimes.id- Sebagai rangka memperingati World Rhino Day 22 September 2018, lima organisasi konservasi internasional dunia membentuk aliansi untuk mencari langkah inovatif untuk menyelamatkan Badak Sumaetra dari kepunahan.

Melansir dari situs resmi wwf.or.id, upaya ini, merupakan dukungan terhadap program Pemerintah Indonesia yang dipimpin oleh International Union for Conservation of Nature Species Survival Commission (IUCN-SSC), bekerjasama dengan Global Wildlife Conservation (GWC), International Rhino Foundation (IRF), National Geographic Society (NGS), dan WWF.

Kurang dari 80 individu Badak Sumatera tersisa di dunia, sehingga spesies ini dikatakan menghadapi kepunahan, bila tidak ada intervensi manusia untuk menyelamatkannya.

Setelah puluhan tahun diburu dan hutannya dirusak, ancaman terbesar yang dihadapi saat ini adalah jarak yang memisahkan populasi yang tinggal sedikit itu. Badak menghadapi risiko kemandulan bila tidak bisa bertemu pasangan untuk bereproduksi, akhirnya akan mati dengan sendirinya karena lama terisolasi.

Dengan populasi yang terfragmentasi dan tersebar dalam kantong-kantong berukuran kecil di dua pulau terbesar di Indonesia, harapan kelestarian mereka bergantung pada kemampuan para pelestari untuk menemukan dan memindahkan mereka dengan aman ke fasilitas yang dirancang khusus.

“Tantangan besar ini tidak dapat dijalani oleh satu organisasi saja. Kami IUCN-SSC, merasa bangga berada dalam aliansi yang kuat dan luar biasa ini, dan kami yakin bahwa kita akan melihat Badak Sumatera berkembang biak sekali lagi,” kata Jon Paul Rodríguez, ketua IUCN-SSC.

“Menyelamatkan Badak Sumatera dari kepunahan merupakan prioritas utama pemerintah Indonesia,” kata Wiratno, Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia.

“Hadirnya ahli-ahli konservasi spesies, dan dengan dukungan pemerintah dan kesadaran masyarakat setempat, kami telah menyiapkan Rencana Aksi Darurat untuk badak yang menyerukan dibentuknya program pengembang biakan konservasi nasional. Proyek Penyelamatan Badak Sumatera akan menjadi sangat penting dalam upaya ini dan kami menyambut baik dan mendukung koalisi ini.”

Sejak awal gerakan konservasi, organisasi dan peneliti individu telah bekerja untuk menyelamatkan dan melindungi spesies di seluruh dunia. Namun, terkadang saling bersaing untuk pendanaan, sumber daya, keahlian, dan akses.

Dengan adanya Aliansi Penyelamatan Badak Sumatera ini akan membawa organisasi Internasional dan Indonesia, bersama-sama membuat dan menerapkan rencana kolaboratif untuk menyelamatkan spesies ini, dan bekerja bersama-sama dengan mitra pelaksana di lapangan dan berkoordinasi erat dengan para pemimpin di pemerintahan untuk demi menuju kesuksesan.

“Tujuan kami bersama untuk membangun program pembiakan badak dengan menyatukan badak yang tidak dapat berkembang biak di alam liar, akan membantu mencapai mimpi kami, yaitu melihat generasi badak Sumatera berikutnya,” Kata Barney Long, direktur senior konservasi spesies di Global Wildlife Conservation.

Penyelamatan Badak Sumatera akan memfasilitasi kegiatan di tiga area utama konservasi spesies:

● Peningkatan Kapasitas: Membangun dua suaka Badak Sumatera baru di Indonesia, satu di Kalimantan dan yang lain di Sumatra bagian utara, dan memperluas fasilitas yang ada di Taman Nasional Way Kambas;
● Penangkapan dan Penyelamatan: Melakukan operasi penangkapan dan penyelamatan untuk memindahkan badak Sumatera yang terisolasi ke fasilitas penangkaran konservasi yang dikelola; dan
● Perawatan dan Perlindungan: Memasukkan badak ke dalam program pembiakan dengan menggunakan teknologi canggih yang dirancang untuk memaksimalkan pertumbuhan populasi.

“Pengalaman puluhan tahun meneliti, melatih, dan mengkaji secara ilmiah, menjadikan aliansi ini bukan saja peluang terbaik bagi kelangsungan hidup Badak Sumatera, melainkan satu-satunya peluang yang yang ada,” kata Rizal Malik, CEO WWF-Indonesia.

“Kami menggunakan pengalaman kami selama lebih dari 22 tahun memelihara dan membiakkan Badak Sumatera dan menggunakan teknik terkini Cincinnati Zoo dan juga di Suaka Badak Sumatera (SRS) di Taman Nasional Way Kambas,” kata Susie Ellis, Direktur Eksekutif International Rhino Foundation.

Upaya yang ambisius ini akan membutuhkan investasi yang signifikan. Untuk memulai upaya penggalangan dana tiga tahun, masing-masing organisasi mitra telah berkomitmen 1 juta USD untuk mendukung dana aksi darurat yang membutuhkan 30 juta dollar.

“Ini adalah kesempatan terakhir kami untuk meningkatkan profil spesies badak yang kurang dikenal ini dan mempertahankan sejarah evolusi lebih dari 20 juta tahun,” kata Jonathan Baillie, wakil presiden eksekutif dan ilmuwan kepala di National Geographic Society. (asr)

Universitas Victoria Mendadak Menolak Film Dokumenter Tentang Sisi Gelap Institut Konfusius

0

MELBOURNE – Penyelenggara acara mencurigai konsulat Tiongkok berada di belakang pembatalan yang tidak dapat dijelaskan oleh pihak Universitas Victoria (UV) mengenai pemutaran “In the Name of Confucius”, sebuah film dokumenter pemenang penghargaan yang mengekspos sisi gelap dari apa yang disebut Institut Konfusius.

UV adalah rumah bagi salah satu dari 14 Institut Konfusius Australia. Institut Konfusius (IK) adalah program budaya dan bahasa yang dikelola negara Tiongkok, yang secara luas dilihat sebagai bagian dari strategi soft power rezim komunis.

Pemutaran film tersebut seharusnya dilakukan pada 21 September. Penyelenggara acara Leigh Smith, menerima panggilan dari direktur fasilitas UV pada 11 September yang memberitahukan bahwa pemesanan telah dibatalkan.

“Saya mendapat panggilan telepon dari direktur fasilitas, bukan wakil pemesanan … Saya tidak percaya,” kata Smith.

“Bagaimana Anda bisa membatalkan pemesanan saya? Itu sudah dibayar. Hanya 10 hari dari penayangan kami,” tanyanya, tetapi hanya diberitahu bahwa ada kesalahan.

Ketika dia bertanya apakah ruangan lain tersedia, direktur fasilitas menjawab bahwa “semuanya sudah dipesan. Sudah dipesan dua kali lipat, itu kesalahan,” ungkap Smith.

“Kami telah menggunakan tempat ini berkali-kali, saya tahu ada banyak teater kuliah,” katanya.

RUANG-RUANG KOSONG

Pada hari pemutaran yang diharapkan, The Epoch Times mengunjungi Kampus Kota UV dan menemukan tidak kurang dari empat teater kosong, satu yang dipesan dan tiga lainnya yang setara. Para penyelidik ditolak akses ke teater lain yang mungkin di ruang bawah tanah.

Pengambilan foto dan video dimulai pukul 7 malam, waktu yang dijadwalkan untuk acara tersebut, hingga pukul 8:30 malam. Pada jam 9 malam, lift sudah berhenti berfungsi, semua teater kosong.

film dokumenter In the Name of Confucius tentang sisi gelap institut konfusius
Gambar di sebelah kiri adalah keadaan teater pada pukul 7 malam, dan gambar di sebelah kanan adalah pukul 8:30 malam. Keduanya menunjukkan teater kosong di Universitas Victoria pada 21 September 2018. (The Epoch Times)

Smith, yang telah membuat selusin pemesanan atau lebih dengan UV untuk berbagai acara di masa lalu, mengatakan “mereka selalu sangat membantu.” Ini membuatnya curiga dengan pembatalan mendadak kali ini.

“Pertanyaan saya adalah apakah UV membatalkan pesanan saya di bawah tekanan dari Konsulat Tiongkok atau kelompok Tionghoa lain di Australia, atau apakah UV merendahkan diri sendiri karena takut mengganggu rezim Tiongkok,” kata Smith.

Setelah panggilan telepon pertama pada 11 September, datang email dari manajer senior aset properti UV untuk mengonfirmasi pembatalan tersebut secara tertulis. Email tersebut salah menyatakan tanggal acara sebagai 23 September.

Smith membalas, mengingatkan tanggal yang salah; dia juga meminta penjelasan dan bertanya tentang ketersediaan pada empat tanggal lain yang mungkin untuk pemutaran film.

Keesokan harinya, dia menerima email yang secara resmi membatalkan pemesanan 21 September, tetapi pertanyaannya tidak ditanggapi.

Email dan panggilan telepon lebih lanjut dari Smith telah diabaikan.

KANADA DAN AMERIKA WASPADA TERHADAP INSTITUT KONFUSIUS

David Matas, seorang pengacara hak asasi manusia internasional, dijadwalkan menjadi panelis pada sesi tanya jawab pasca pemutaran film. Dia sudah tiba di Australia dari Kanada untuk acara tersebut, yang akan dia hadiri setelah berbicara di acara-acara di New South Wales, Canberra (termasuk Gedung Parlemen) dan Queensland.

“Peristiwa ini adalah tentang pengaruh politik Partai Komunis pada lembaga-lembaga ini melalui Institut Konfusius, dan pembatalan ini adalah sebuah demonstrasi tentang fakta yang sangat nyata yang kami coba lakukan melalui peristiwa ini,” kata Matas.

Matas membuat arti pentingnya bahwa dua lembaga Kanada, Universitas McMaster dan seluruh Dewan Pendidikan Distrik Toronto (terbesar di Kanada), telah menutup Institut-institut Konfusius mereka.

David Matas
David Matas sedang menjawab pertanyaan selama sesi tanya jawab. (The Epoch Times)

Amerika Serikat juga, sadar akan risiko yang terkait dengan institut tersebut.

Pada 13 Agustus, Presiden AS Donald Trump telah menandatangani RUU anggaran pertahanan yang mencakup pelarangan dukungan keuangan Pentagon untuk Institut-institut Konfusius.

Mantan kandidat presidensial Senator Ted Cruz, memimpin upaya-upaya agar Institut Konfusius dimasukkan dalam RUU tersebut.

“Senator Cruz sangat prihatin dengan upaya Tiongkok yang sedang berlangsung untuk menyusup ke pendidikan tinggi Amerika, dan bekerja untuk menghasilkan sebuah perubahan terhadap NDAA [National Defense Authorization Act] yang melarang universitas menggunakan uang Pentagon untuk Institut Konfusius, yang digunakan oleh Komunis Tiongkok sebagai senjata propaganda di kampus-kampus Amerika,” kata juru bicara kantor Senator Cruz melalui email pada The Epoch Times.

“Namun di Australia, tidak ada yang mundur dari Institut Konfusius,” kata Matas.

Pada bulan Agustus, Senator Konservatif Cory Bernardi mengajukan usulan ke Parlemen Australia menyerukan peninjauan atas keterlibatan Departemen Pendidikan dan Pelatihan dengan Institut-institut Konfusius. Usulan tersebut dikalahkan.

TEMPAT BARU DITEMUKAN

Andrew Bush, seorang anggota senior Partai Liberal Australia, membantu Smith menemukan tempat di detik-detik terakhir untuk pemutaran film tersebut, Scots Church di Collins Street, yang dihadiri sekitar 150 orang pada 21 September.

keberadaan institut konfusius di universitas victoria australia
Scots Church di Collins Street (Screenshot / Google Maps)

Berbicara tentang pembatalan UV, Bush berkata, “Itu hanya membuktikan bahwa mereka tidak memiliki kebebasan berpikir, bahwa mereka tidak memiliki nilai, bahwa seseorang telah menguasainya.”

“Ini adalah salah satu alasan mengapa saya pikir pengaruh Tiongkok adalah berbahaya. Ia berkemampuan untuk mengatakan pada universitas, jangan diadakan. Dan universitas mengatakan ya,” tambahnya.

“Universitas-universitas dahulu mempertahankan kebebasan berbicara sepenuhnya,” kata Bush. “Itu sudah tidak lagi dalam kasus ini. Saya pikir Universitas Victoria telah merugikan diri mereka sendiri, karena mereka terbukti pintar dalam memanipulasi.”

MASALAH DENGAN INSTITUT KONFUSIUS

Profesor Clive Hamilton, yang mengajar etika publik di Charles Sturt University di Canberra, mengatakan kepada SBS News: “Tujuan dari Kelas Konfusius adalah untuk menyebarkan citra positif dari pemerintahan Partai Komunis di Tiongkok. Jadi apa pun yang mungkin negatif untuk dihilangkan dari sejarah Partai Komunis di Tiongkok, para mahasiswa tidak lagi mengetahui tentang hal itu.”

Menyiapkan IK melibatkan kemitraan antara universitas asing, universitas Tiongkok, dan Hanban sebagai Kantor Dewan Bahasa Tionghoa Internasional, yang merupakan bagian dari Kementerian Pendidikan Partai Komunis Tiongkok (PKT).

“Institut-institut Konfusius berfungsi sebagai basis di mana para ahli propaganda Beijing dan pekerjaan front persatuan dapat ‘menyusup’ universitas-universitas tuan rumah mereka dan membentuk opini (tentang Tiongkok) untuk para sarjana dan mahasiswa,” Profesor Willy Lam dari Chinese University of Hong Kong, mengatakan pada Politico.

Dijuluki “pusat pencucian otak” oleh beberapa orang, lembaga-lembaga yang didukung PKT ini telah dipertanyakan karena sejumlah alasan, termasuk praktik-praktik perekrutan yang diskriminatif, seperti yang disorot di dalam film dokumenter tersebut.

Mantan guru IK, Sonia Zhao, mengatakan kontraknya telah menetapkan bahwa para guru tidak boleh berlatih Falun Gong atau bergaul dengan Falun Gong.

Menjadi praktisi Falun Gong seorang sendiri, Zhao merasakan tekanan besar pada hari dimana dia disodori sebuah kontrak untuk ditandatangani. Karena ia telah berhasil melewati seluruh proses permohonan, dan telah dianggap dapat diterima untuk pekerjaan tersebut, menolak untuk menandatangani pada langkah terakhir tanpa alasan yang dapat diterima bisa berarti penjara.

Untuk melindungi dirinya, Zhao menandatangani kontrak tersebut. Setelah tiba di Kanada dia mengangkat masalah tersebut dengan Pengadilan Hak Asasi Manusia di Ontario.

“In the Name of Confucius” (Di Dalam Nama Konfusius), yang menceritakan kisah Zhao, memberikan wawasan mendetail mengenai sifat-sifat asli dari IK dan sekolah dasar dan menengah mereka setara dengan Kelas-kelas Konfusius, di mana, Australia memiliki 67.

Lembaga-lembaga tersebut mengklaim untuk mengajarkan budaya Tiongkok, namun Zhao mengungkapkan itu adalah budaya versi Tiongkok yang disetujui PKT.

Sebagai contoh, para siswa diajari bahwa Taiwan dan Tibet adalah wilayah Tiongkok, dan jika ada yang mempertanyakan ini, para guru dilatih bagaimana menghindari topik tersebut. Pelajaran tabu lainnya termasuk Pembantaian Lapangan Tiananmen, penganiayaan terhadap Falun Gong, dan seterusnya.

Mereka juga mengajar anak-anak untuk menyanyikan lagu-lagu dalam bahasa Tionghoa yang memuliakan Mao Zedong. Smith mencatat bagaimana di bawah aturan penindasan Mao, jutaan orang Tionghoa telah tewas secara tidak wajar.

“Saya pikir jika para orang tua Australia mendengar hal itu, dan mengetahui apa yang anak-anak mereka nyanyikan, mereka akan marah,” kata Smith.

INFORMASI TERBARU:

The Epoch Times telah menghubungi Universitas Victoria tentang pembatalan tersebut.

Juru bicara, yang menjawab melalui email, tidak menyebutkan pemesanan ganda atau mengapa Smith diberitahu tidak ada ketersediaan. Sebaliknya, dia menjawab: “Pemesanan tampaknya dibuat di gedung yang sama pada saat Institut Konfusius sedang dalam proses pemasaran dan karena itu dibatalkan, menginat potensi gangguan terhadap fasilitas kami.”

Juru bicara itu tidak menjawab pertanyaan lain tentang apakah pembatalan itu karena tekanan dari konsulat Tiongkok atau apakah UV menyadari bahwa Institut Konfusius adalah bagian dari cabang pemerintah PKT. (ran)

https://www.youtube.com/watch?v=rvIS2eUnc7M

Kemkominfo Minta Medsos Hapus Video Penganiayaan Suporter Sepak Bola Persija

0

Epochtimes.id- Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) mengeluarkan imbauan sehubungan dengan beredarnya video yang menampilkan suasana kerusuhan antara sekelompok Supporter Persib terhadap seorang Supporter Persija di sejumlah platform media sosial.

Plt. Kepala Biro Humas Kementerian Kominfo, Ferdinandus Setu mengatakan sejak Senin 24 September 2018 pukul 14.00 WIB Kementerian Komunikasi dan Informatika RI cq Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika telah meminta seluruh platform media sosial seperti Youtube, IG, Twitter, Facebook untuk men-take down video yang menampilkan konten dengan kategori sensitif tersebut.

“Kementerian Kominfo meminta platform medsos untuk segera bertindak cepat men-take down video tersebut dari platform mereka agar konten tersebut tidak makin tersebar luas di kalangan netizen Indonesia,” ujarnya dalam rilis Kemkominfo.

Menurut dia, biasanya, penyedia platform media sosial akan membutuhkan beberapa jam untuk mengeksekusi setiap permintaan take down konten dari Kementerian Kominfo. Jika konten yang diajukan tersebut juga melanggar ketentuan internal/komunitas platform, maka konten tersebut akan makin cepat di-take down.

Atas penyebaran ini, kementerian Kominfo mengimbau Netizen Indonesia untuk tidak menyebarluaskan kembali konten berupa video agar tidak menimbulkan keresahan di kalangan masyarakat.

“Jika sudah terlanjur menerima kiriman video tersebut, jangan lagi mem-forward kepada orang lain atau menyebarluaskan dengan cara apapun,” ujarnya.

Dalam menjalankan peran sebagai regulator bidang TIK, khususnya berkaitan dengan penyebaran konten yang melanggar undang-undang, Kemkominfo selalu mengacu pada ketentuan Pasal 40 ayat (2) UU RI No 19 Tahun 2018 tentang Perubahan atas UU RI No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yg berbunyi: Pemerintah melindungi kepentingan umum dari segala jenis gangguan akibat penyalahgunaan Informasi Elektronik dan Pasal 40 ayat (2a) yg berbunyi: Pemerintah wajib melakukan pencegahan penyebarluasan informasi elektronik yg memiliki muatan yg dilarang. (asr)

Media AS : Tiongkok Sedang Hadapi Tiga Kekhawatiran Akibat Konflik Perdagangan

0

oleh Li Yun

Konflik perdagangan Tiongkok – Amerika Serikat masih tidak terlihat reda dan administrasi Trump mengumumkan bahwa AS akan memberlakukan tarif senilai USD. 200 miliar untuk komoditas yang diekspor Tiongkok ke AS pada 24 September.

Media AS menggambarkan bahwa sangat mungkin api konflik akan terus membara meskipun Beijing sedang menghadapi tiga masalah utama : Bagaimana masyarakat Tiongkok akan menilai konflik perdagangan dan bagaimana hal itu dapat mempengaruhi kekuasaan rezim dan stabilitas domestik.

Sejak api konflik membara, pemerintahan Trump terus memperbesar tekanan, yang terakhir ini menaikkan 10 % tarif impor komoditas asal Tiongkok senilai USD. 200 miliar yang secara efektif diberlakukan mulai 24 September 2018.

Trump mengatakan bahwa ‘peluru’ Amerika Serikat masih banyak, nanti mulai 1 Januari tahun depan, tarif komoditas tersebut akan dinaikkan dari 10 menjadi 25 %. Kemudian, jika Tiongkok komunis masih terus melakukan tindak pembalasan, maka AS akan memberlakukan lagi tarif baru terhadap komoditas Tiongkok yang nilainya mencapai USD. 267 miliar.

The New York Times mengatakan pada 23 September bahwa sampai saat ini nilai yang USD. 200 miliar tersebut merupakan putaran tarif yang terbesar yang diberlakukan oleh Amerika Serikat. Karena itu Tiongkok komunis tiba-tiba membatalkan dialog perdagangan yang sedianya diadakan di Washington pada akhir bulan ini, tetapi juga membatalkan negosiasi militer yang dijadwalkan akan berlangsung pada 25 September.

Tindakan terakhir adalah sebagai protes Tiongkok komunis terhadap sanksi AS yang diberikan kepada menteri pengembangan militer Tiongkok Li Shangfu yang membeli pesawat tempur dan peralatan rudal dari Rusia.

Artikel menyebutkan bahwa dengan meningkatnya konflik dengan Amerika Serikat, Beijing kini menghadapi tiga masalah utama : Pertama, Bagaimana masyarakat Tiongkok yang sudah terbiasa dengan perkembangan ekonomi yang cepat sekarang memandang pelemahan ekonomi gara-gara konflik perdagangan ? Kedua, Apakah konflik perdagangan memiliki dampak buruk bagi pemerintah Tiongkok ? Ketiga, Apakah konflik akan mempengaruhi stabilitas dalam negeri Tiongkok ?

Menurut artikel tersebut, bahwa meskipun Beijing telah menginvestasikan banyak sumber daya untuk mempelajari Amerika Serikat, tampaknya hanya sedikit orang yang menyadari bahwa rasa permusuhan dari Washington terhadap Tiongkok itu bersifat lintas partai dan melampaui urusan perdagangan.

Banyak pemimpin bisnis frustrasi yang pernah menjadi pembela Tiongkok komunis demi kepentingan keuntungan mereka. Sekarang mereka lebih cenderung untuk mengambil tindakan yang lebih keras terhadap Tiongkok.

Artikel mengutip ucapan Direktur Institute of International Studies, Teng Jianqun mengatakan bahwa Tiongkok perlu menerima kenyataan baru yang membiarkan masyarakatnya  memahami bahwa konflik atau perang dagang ini bukan kompetisi jangka pendek, lomba tersebut akan ikut menentukan arah masa depan rezim Tiongkok komunis.

He Jiangbing seorang pakar keuangan dalam sebuah artikelnya yang dimuat media Hongkong ‘Apple Daily’ pada 17 September menyebutkan, konflik perdagangan menyebabkan penurunan pertumbuhan ekonomi Tiongkok, berbagai macam Minsky Moment saat ini sedang mewabah di daratan Tiongkok.

Pejabat Tiongkok pernah mengklaim bahwa mereka tidak akan berhenti untuk melawan sanksi AS, tak perduli berapa pun nilai yang harus dikorbankan. Tetapi kata He Jiangbing bahwa yang akan menjadi korban itu adalah 1.3 miliar penduduk Tiongkok, sekarang saja mereka sudah mulai menjadi korban.

Karena dampak konflik perdagangan, banyak perusahaan AS yang beroperasi di Tiongkok telah menarik diri. He Jiangbing percaya bahwa tidak mudah untuk membalikkan rantai industri setelah kepindahan mereka dari Tiongkok dan itu akan menjadi titik balik yang menentukan  nasib rezim Tiongkok komunis.

Ia percaya bahwa semakin berlarut-larut konflik perdagangan terjadi akan semakin buruk bagi Tiongkok komunis. He Jiangbing memperingatkan bahwa jika konflik tidak diselesaikan dalam waktu dua bulan, ekonomi Tiongkok akan memasuki model ekonomi kolaps.

Dong Liwen, anggota dewan penasehat think tank Taiwan percaya bahwa trump sedang memainkan kartu ‘Five-card stud’ untuk menghadapi Tiongkok yang tujuan utamanya adalah  membiarkan Partai Komunis Tiongkok yang dipimpin Xi Jinping runtuh.

Frank Tian Xie, profesor University of South Carolina Aiken School of Business mengatakan bahwa Tiongkok komunis sama sekali tidak mau mengalah sejak konflik perdagangan pecah, tetapi berusaha untuk menggunakan taktik menunda atau mengulur-ulur waktu, oleh karena itu Amerika Serikat menambah tekanan dengan menaikkan lebih banyak pajak.

“Kesempatan tidak akan  diberikan kepada Tiongkok komunis, hanya tekanan diperbanyak selangkah demi selangkah untuk memaksa rezim Beijing ‘bertekuk lutut’,” katanya.

Menurut analisis Frank Tian Xie bahwa konflik akan berkembang menuju 2 penghujung yang tidak berbeda, yaitu runtuhnya komunisme.

Penghujung pertama memiliki 40 % kemungkinan. AS terus mendesak yang akhirnya membuat Tiongkok komunis menyerah kalah, karena ia berpikir menghasilkan uang sedikit lebih baik daripada sama sekali tidak menghasilkan uang. Tetapi konsekuensinya adalah bahwa Partai Komunis Tiongkok kehilangan muka di depan rakyatnya, dan citra sebagai negara besar menjadi hancur, akhirnya ditinggalkan oleh rakyat Tiongkok.

Penghujung kedua memiliki 60 % kemungkinan, Tiongkok berkonfrontasi dengan Amerika Serikat, memutus hubungan perdagangan dengan Amerika Serikat. “Memaksa 1,3 miliar penduduk Tiongkok menerima nasib mati bersama, dan Tiongkok kembali memberlakukan kebijakan isolasionisme alias politik tutup pintu.

Frank Tian Xie mengatakan bahwa sekarang seluruh rakyat anti-penganiayaan dan gelombang anti-komunis sedang meningkat, dan konflik dagang pada akhirnya akan memaksa rezim komunis runtuh. Ia percaya bahwa pemerintahan baru di masa depan harus lebih terbuka, bebas dan demokratis, dan tentu saja mengubah struktur ekonomi Tiongkok.

“Dengan demikian masalah-masalah yang memicu konflik perdagangan secara alami akan terpecahkan,” ujarnya. (Sin/asr)