ErabaruNews – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump kembali melanjutkan tradisi dengan menyumbangkan gajinya. Kali ini, Trump menyumbang sekitar $US 100.000 gaji kuartal ketiga, seperti dikabarkan The Epoch Times, Sabtu (2/12/2017).
Gaji tersebut disumbangkan kepada Dinas Layanan Kesehatan dan Kemanusiaan (HHS) untuk digunakan dalam upaya memerangi krisis opioid atau opium sintetis.
Eric Hargan, yang bertindak sebagai sekretaris HHS, mengumumkan hal tersebut pada sebuah konferensi pers Gedung Putih pada 30 November 2017, waktu Amerika.
“Keputusan Trump untuk menyumbangkan gajinya adalah bentuk penghargaan atas belas kasihnya, patriotisme, dan rasa tanggung jawabnya kepada rakyat Amerika,” ujar Hargan.
Hargan menegaskan bahwa HHS akan menggunakan uang itu untuk kampanye kesadaran publik berskala besar tentang bahaya kecanduan opioid.
“Donasi Presiden secara pribadi didedikasikan untuk mengalahkan krisis ini karena kecanduan menghantam rumah tangga bagi begitu banyak dari kita,” kata Hargan.
“Anda mendengarnya menceritakan kisah ini dalam pidato opioidnya tentang bagaimana dia kehilangan saudaranya akibat kecanduan alkohol. Dan berbicara secara pribadi, kecanduan opioid telah ada di kampung saya, di keluarga saya, selama bertahun-tahun.”
Pada bulan Oktober, Trump menetapkan krisis opioid sebagai krisis kesehatan masyarakat secara nasional. Deklarasi tersebut mencakup cara untuk meningkatkan akses terhadap pengobatan dan menerapkan persyaratan yang lebih ketat pada resep opioid.
Krisis opioid dipicu oleh resep obat penghilang rasa sakit seperti OxyContin dan Vicodin. Delapan puluh persen pengguna heroin baru memulai kebiasaan mereka dengan resep opioid.
Saat pil resep habis atau terlalu mahal di pasaran, pecandu baru menggantikannya dengan heroin dan, baru-baru ini, mereka mulai menggunakan fentanyl.
Dewan Penasehat Ekonomi Presiden (CEA) memperkirakan bahwa biaya krisis opioid pada tahun 2015 adalah $US 504 miliar, atau 2,8 persen dari Product Domestic Bruto (PDB).
Ini lebih dari, enam kali lebih besar dari perkiraan biaya ekonomi epidemi terbaru.
CEA mengatakan perkiraan sebelumnya sangat mengurangi biaya ekonomi dengan meremehkan komponen terpenting dari kerugian, yaitu korban jiwa akibat overdosis. Pada tahun 2015, lebih dari 33.000 orang Amerika meninggal karena overdosis obat yang melibatkan opioid.
Pada 2016, perkiraan awal menyebutkan jumlah korban tewas semua dosis overdosis obat ada pada 64.000 jiwa.
Jumlah korban tewas sementara pada 2017 bahkan lebih tinggi lagi. Terutama karena opioid sintetis seperti fentanyl dan carfentanil. Fentanyl 50 kali lebih kuat daripada heroin dan 100 kali lebih merusak dibanding morfin.
“Bersama-sama, kita akan menghadapi tantangan ini sebagai keluarga nasional dengan keyakinan, dengan kesatuan, dan dengan komitmen untuk mencintai dan mendukung tetangga kita pada saat dibutuhkan. Bekerja sama, kita akan mengalahkan epidemi opioid ini,” kata Trump dalam sebuah pernyataan pada 20 November 2017.
Sebelumnya, gaji triwulan pertama Trump disumbangkan pada National Park Service untuk mendanai proyek restorasi di Antietam National Battlefield. Kemudian, gaji triwulan kedua untuk Departemen Pendidikan, khususnya jurusan sains, teknologi, teknik, dan matematika untuk anak-anak. (waa)