Home Blog Page 1939

Kalah Penguasaan Bola Prancis Juara Piala Dunia 2018

0

EpochTimesId – Tim Nasional Prancis berhasil mengukuhkan diri sebagai tim nasional terbaik di dunia. Prancis keluar sebagai juara Piala Dunia 2018 setelah mengalahkan timnas Kroasia di babak Final, Minggu (15/7/2018) malam.

Hugo Lloris CS berhasil menang 4-2 atas skuad asal Eropa timur di Luzhniki Stadium, Moskow, Rusia. Prancis pun berhasil menjadi juara untuk yang kedua kalinya sepanjang keikutsertaannya di turnamen sepakbola paling bergengsi di dunia itu.

Prancis sendiri sesungguhnya bermain tertekan dan kalah dalam penguasaan bola sepanjang jalannya laga. Kroasia menguasai 66 persen penguasaan bola, sementara Prancis hanya 34 persen.

Bahkan, Mandzukic CS seringkali memberi tekanan maksimal, sehingga kerap kehilangan bola. Mereka memiliki catatan 83 persen passing akurat, sementara Prancis hanya 68 passing yang akurat.

Namun, negara Balkan itu kesulitan menembus rapatnya pertahanan negara Eropa barat itu. Mereka juga kalah dalam memanfaatkan momentum dan peluang mencetak gol yang diperoleh.

Gol pertama dalam laga ini tercipta berkat aksi bunuh diri Mario Mandzukic pada menit ke-18. Mandzukic salah menyundul bola tendangan bebas Antoine Griezmann, karena terlalu tipis. Alhasil, bola menghujam gawang sendiri.

Kroasia menyamakan kedudukan pada menit ke-29. Ivan Perisic mencetak gol indah dari luar kotak penalti dengan kaki kiri, setelah beberapa peluang membentur tiang gawang dan barisan pertahanan lawan.

Prancis mendapat hadiah penalti pada menit ke-37. Ivan Perisic dinilai menyentuh bola dengan tangan yang bergerak aktif, setelah wasit melihat video siaran ulang VAR (Video Assistant Referee). Griezmann berhasil menjalankan tugas dengan baik.

Memasuki babak ke-dua, Kroasia semakin kalap menggempur Prancis. Sayangnya mereka melupakan kemampuan Prancis melakukan serangan balik.

Melalui skema serangan balik, Paul Pogba menggandangan keunggulan pada menit ke-59. Dan kemudian Kylian Mbappe pada menit ke-65. Skor 4-1 untuk anak asuh Didier Deschamps.

Kroasia berhasil memperkecil ketertinggalan menjadi 2-4 pada menit ke-69. Mario Mandzukic memanfaatkan kecerobohan kiper Prancis, Hugo Lloris.

Susunan Pemain :
Prancis : 1-Hugo Lloris, 2-Benjamin Pavard, 4-Raphael Varane, 5-Samuel Umtiti, 21- Lucas Hernandez; 13-N’Golo Kante, 6-Paul Pogba; 10 Kylian Mbappe, 7-Antoine Griezmann, 14-Blaise Matuidi; 9-Olivier Giroud.
Pelatih: Didier Deschamps.

Kroasia : 23-Danijel Subasic; 2-Sime Vrsaljko, 6-Dejan Lovren, 21-Domagoj Vida, 3-Ivan Strinic; 11-Marcelo Brozovic, 7-Ivan Rakitic; 18-Ante Rebic, 10-Luka Modric, 4-Ivan Perisic; 17-Mario Mandzukic.
Pelatih: Zlatko Dalic.

Simak juga, Pengakuan Dokter yang Dipaksa Panen Organ Hidup :

https://youtu.be/0x2fRjqhmTA

Kim Jong-Un Berulah – Denuklirisasi Tak Menentu – Bagaimana Reaksi Balasan Trump?

Tang Hao

Kemenlu AS Mike Pompeo baru-baru ini berkunjung ke Korut, untuk membicarakan detil pelaksanaan denuklirisasi sesuai kesepakatan denuklirisasi, namun hasilnya sungguh mencengangkan.

Terhadap pihak asing sebelumnya Pompeo menyatakan perundingan selama dua hari itu “sangat produktif”; namun setelah itu Korut menyampaikan pernyataan terhadap pihak luar yang menyebutkan keseluruhan proses rapat itu “sangat disesalkan”, dan menuding pihak AS “secara sepihak dan menuntut (Korut) secara paksa untuk melakukan denuklirisasi”, membuat hubungan kedua negara dalam kondisi “bahaya” dan “menggoyahkan niat kami untuk denuklirisasi”.

Kesampingkan dulu penolakan yang kerap digunakan partai komunis dari mulut Korut yang “bertolak belakang” dan “memutarbalikkan fakta”, informasi sebenarnya yang terlontar dari pernyataan pejabat Korut tersebut adalah, apakah Kim Jong-Un tidak berniat denuklirisasi?

Selain itu, sejak awal sampai berakhirnya kunjungan Pompeo, Kim Jong-Un sama sekali tidak menemuinya, ini menunjukkan Korut mungkin berniat memotong kesepakatan pada pertemuan Trump-Kim — atau, lebih jelasnya, Korut sepertinya mulai ingkar janji.

Beberapa hari berturut-turut masyarakat internasional terus mendapati pihak Korut masih terus mengembangkan senjata nuklir dan memproduksi bahan bakar senjata nuklir. Anggota kongres Korsel bahkan mengungkapkan, di Hamgyeongnam-do kota Sinpo Korut tengah membangun kapal selam yang bisa mengangkut rudal nuklir, ancaman terhadap masyarakat internasional semakin meningkat.

Berbagai fenomena menunjukkan, Kim Jong-Un tidak menerima niat baik Trump pada pertemuan Trump-Kim lalu, dan sepertinya bertindak berlawanan. Akan tetapi, akhir seperti ini sudah diduga sebelumnya, dan juga sudah diperhitungkan oleh Trump.

Seperti penulis jelaskan pada artikel sebelumnya, Trump sangat memahami antara PKT dan Korut saling memanfaatkan, yang selama ini memanfaatkan masalah nuklir Korut untuk membohongi dan memeras negara lain, namun Trump tetap berharap memberi kesempatan bagi Kim Jong-Un yang masih muda, sehingga setuju untuk menggelar pertemuan Trump-Kim, untuk menjajaki sendiri sikap Kim Jong-Un secara tatap muka langsung.

Tapi kini, sepertinya bisa dipastikan, “koor” konspirasi RRT dan Korut pada dasarnya tidak berubah, Korut sepertinya tidak berniat denuklirisasi, hanya memanfaatkan “denuklirisasi” ini untuk mempersiapkan diri, dan bermain tarik ulur dengan pemerintah Trump.

Di satu sisi mengulur waktu sambil terus mengembangkan senjata nuklir; dan di sisi lain, Korut bersekutu dengan Beijing, berusaha meringankan sanksi ekonomi terhadap Korut, dan membuat AS mengalah dalam Perang Dagang dengan PKT.

Konspirasi licik dan tidak bisa dipercayanya PKT dan Korut itu, tidak hanya membuat masyarakat dunia kembali menyaksikan kejahatan dan sifat tak tahu malu para rezim komunis, juga membuat dunia berpikir: bagaimana AS akan bertindak, untuk meng-counter kedua komunis bersaudara yang berbahaya ini?

Berikut ini ada beberapa kemungkinan:

  1. Meningkatkan Sanksi Secara Menyeluruh, Beri Tekanan Ekstrim

Sebelum dan sesudah pertemuan Trump-Kim, beberapa kali Trump meluruskan, sebelum tercapai kesepekatan denuklirisasi CVID (denuklirisasi yang komprehensif, dapat diverifikasi, dan tidak dapat diputar-balik) dengan Korut, sanksi ekonomi terhadap Korut tidak akan dilonggarkan.

Sebaliknya, jika Korut tidak berniat denuklirisasi, pemerintah Trump telah mempersiapkan ratusan sanksi ekonomi baru untuk mengimbangi permainannya. Oleh karena itu, meningkatkan sanksi ekonomi secara menyeluruh, memberi tekanan ekstrim bagi Korut, sepertinya akan menjadi reaksi balasan pertama dari pemerintah Trump.

Tapi karena Beijing dan Rusia saat ini diam-diam masih memasok minyak bumi dan komoditi untuk membantu Korut, maka apakah sanksi ekonomi yang baru bisa ditingkatkan dan diterapkan atau tidak, mungkin RRT akan berusaha menghalanginya.

  1. Akhiri Perang Dagang Dengan PKT, Bersekutu Blokade Korut

Jika pihak AS beranggapan, Korut yang bermain api dengan senjata nuklir itu berpotensi “bahaya yang bersifat jelas dan segera” (clear and present danger), mungkin akan memilih untuk meredakan perang dagang dengan PKT, mengakhiri perang dagang, untuk mengumpulkan kekuatan PKT dalam menghadapi Korut.

Akan tetapi pilihan ini justru akan terjerumus dalam jebakan “perangkap ganda” yang sengaja dirancang oleh PKT dan Korut — memanfaatkan pemikiran AS “memilih yang teringan dari dua akibat terburuk”, memaksanya berdamai dengan salah satu antara RRT dan Korut, lalu bersekutu melawan pihak lain, tapi justru karena itu akan menjadi sasaran pemerasan dan sandera bagi pihak RRT dan Korut yang bersekutu.

Trump yang berlatar belakang pengusaha berpengalaman, sudah sangat memahami taktik perang psikologis seperti ini, jadi tidak mungkin akan memilih opsi ini. Apalagi pihak RRT juga menghalangi Korut mendekati AS, sehingga PKT tidak mungkin akan bekerjasama sepenuhnya dengan AS dalam aksi pemberian sanksinya.

Walaupun secara verbal setuju, tetap dikhawatirkan tindakannya tidak sesuai dengan ucapan, dan diam-diam terus memberikan berbagai bantuan ekonomi, militer, dan komoditi bagi Korut.

  1. Akui Korut Memiliki Senjata Nuklir, Lebih Fokus Perang Dagang AS-RRT

Sebagian pakar Barat berpendapat, secara jangka panjang, ancaman RRT lebih berpotensi merusak dibandingkan Korut, oleh karena itu mereka berpendapat pihak AS akan mentolerir Korut memiliki senjata nuklir dan mengakui Korut sebagai “negara nuklir”.

Tapi opsi ini kembali akan menjerat AS ke dalam “perangkap ganda” RRT-Korut. Walaupun menjadikan Korut sebagai anggota negara pemilik senjata nuklir secara sah, tapi selama konspirasi RRT-Korut tidak bisa dipecahkan, maka Korut akan tetap mencari alasan berbuat onar dan menjerat AS, untuk meredakan krisis yang mengancam sang kakak PKT, menetralisir tekanan terhadap PKT, membuat AS terpaksa terlibat dalam perang dua arah, menguras stamina AS yang akan kelelahan, hingga akhirnya tak berdaya dan terpaksa berkompromi atau terjebak ke dalam konflik tak berujung.

Mungkin ada yang berpendapat, bisa membuat kesepakatan lagi dengan Korut, membatasi skala dan jumlah senjata nuklirnya, atau bahkan menetapkan aturan dan syarat pengawasan senjata nuklir, dengan demikian bisa mencegah Korut mengembangkan senjata nuklir secara tak terbatas, atau menyalah-gunakan senjata nuklir untuk mengancam dunia.

Tapi menilik pelajaran sejarah selama puluhan tahun ini, membuat kesepakatan apa pun dengan rezim komunis, akhirnya selalu hampa. Karena rezim komunis selalu mengandalkan kebohongan, konflik dan kekerasan, tidak ada ketulusan di dalam tulang sumsumnya, dan bagi Trump, kepercayaan adalah pondasi untuk membicarakan segala transaksi.

Tanpa saling percaya, semuanya percuma. Apalagi, mengakui Korut sebagai “negara nuklir” ibarat mengakui dedengkot mafia sebagai perwira militer yang sah, maka dalam hal ini tidak hanya Amerika yang akan dicurigai di dalam maupun luar negeri sehingga berdampak pada pamor negaranya, tapi juga akan sangat merugikan pemerintahan Trump dalam kelanjutan menindak masalah senjata nuklir Iran.

Akibatnya mungkin akan membuat Korut dan Iran terus memperluas ancamannya terhadap wilayah Asia Timur dan Timur Tengah, serta diam-diam akan melibatkan RRT, sehingga semakin tidak menguntungkan bagi keamanan AS maupun dunia internasional.

  1. Gunakan Opsi Militer, Musnahkan Senjata Nuklir Korut

Menggunakan kekuatan militer AS yang besar untuk memusnahkan kekuatan militer Korut secara total mungkin paling tuntas. Namun unit intelijen AS memperkirakan, Korut mungkin memiliki 65 buah hulu ledak nuklir, dan zona penyebaran senjata nuklirnya sangat tidak transparan, tidak mudah untuk dimusnahkan semuanya dalam waktu singkat.

Apalagi, begitu Korut berkesempatan melawan dengan senjata nuklirnya, sangat mungkin yang jadi korban adalah warga sipil dari Jepang, Korsel dan sebagaian wilayah timur laut RRT, dengan cakupan wilayah mencapai puluhan juta jiwa, ini juga menjadi pertimbangan dan kekhawatiran utama Trump sebelum memilih opsi militer.

Apalagi, Korut belum bersikap menyerang, juga belum menunjukkan tanda-tanda akan melakukan serangan, jika pasukan AS bertindak lebih dulu, tidak hanya akan memicu kritik, bahkan PKT pun akan mendapat peluang untuk kembali mengirim pasukan membantu Korut berperang, ini justru akan membuat skala perang semakin meluas, situasi akan semakin rumit.

Oleh sebab itu, jika bukan kondisi darurat atau sangat khusus, Trump yang berwajah keras berjiwa pemaaf itu tidak akan semudah itu melakukan agresi militer.

  1. Kerahkan Serangan Militer Akurat, Putus Jalur Logistik Korut

Kenyataannya, untuk melepaskan diri dari perangkap ganda RRT-Korut, harus melakukan tekanan perlawanan secara bersamaan, tidak bisa kompromi bekerjasama dengan salah satu dari kedua penipu ini.

Oleh sebab itu AS bisa terus menekan PKT dengan perang dagang, melakukan perang jangka panjang, menekan habis ekonomi PKT yang rapuh, lalu menggoyahkan sosial, politik dan keuangannya, memaksa PKT tertekan dari luar dan dalam, sehingga terpecah kekuatannya.

Di sisi lain, bersama dengan masyarakat internasional AS bisa meningkatkan sanksi ekonomi terhadap Korut, dan mengerahkan kekuatan militer terbatas untuk menyerang Korut secara akurat, menghancurkan semua jalur pasokan logistik RRT ke Korut atau Rusia ke Korut (seperti jembatan, jalan raya, terowongan tersembunyi dan lain sebagainya), korban tewas dan cedera bisa ditekan seminim mungkin; di saat yang sama mengirim AL ke wilayah perairan Korut untuk memblokade semua penyelundupan dari RRT dan Rusia atau negara lain ke Korut. Opsi ini, berisiko paling minim bagi Amerika, juga memenuhi prinsip proporsional, juga berkontroversi paling minim, dan juga bisa meminimalisir jumlah korban tewas dan cedera sampai paling rendah.

Setelah semua jalur pasokan RRT dan Rusia ke Korea Utara diputus, maka Korut akan semakin terkucilkan, yang dapat berakibat tekanan yang lebih serius terhadap Kim Jong-Un.

Jika Kim Jong-Un tidak tahan terhadap tekanan ini dan melakukan serangan militer, maka AS akan bisa balas menyerang dengan alasan yang kuat, dalam waktu paling singkat dapat melumpuhkan kekuatan militer dan juga rezim Kim Jong-Un, bahkan bisa langsung melakukan aksi “eksekusi” terhadap Kim Jong-Un.

Aksi militer ini tidak hanya akan sah di seluruh dunia, juga mungkin akan membuat PKT tidak sempat memberi bantuan bagi Korut bila aksi militer AS cukup cepat, menghindari perang berkepanjangan, yang berpotensi berubah menjadi “Perang Korea Jilid II”.

  1. Serangan Tak Terduga yang Melumpuhkan, Kartu As HAM Dapat Ubah RRT

Dalam buku “Kitab Perang Sun Tzu” disebutkan: “Bagi pihak yang menyerang, menggunakan pasukan reguler bertempur frontal, namun memenangkan pertempuran dengan serangan tak terduga oleh pasukan khusus. Maka bagi yang mahir menyerang tak terduga, peluangnya seluas langit dan bumi, tak terbendung ibarat samudera.”

Trump juga pernah mengatakan, “Saya tidak ingin orang lain tahu apa yang saya perbuat, atau apa yang saya pikirkan. Saya suka membuat orang merasa saya sulit ditebak, karena itu akan membuat mereka kehilangan keseimbangan.”

Menilik kembali karir Trump puluhan tahun di bidang bisnis dan karir politik Trump yang hanya setahun setengah, tidak sulit untuk melihat gaya dirinya yang “sulit ditebak”, dan “menang secara tiba-tiba”.

Ditambah lagi pengalaman negosiasi jangka panjang Trump yang memiliki karakter pemikiran yang cepat, reaksi yang sigap, dan penuh inovasi, maka dalam hal mengatasi masalah Korut dan RRT-Korut, Trump mungkin masih memiliki jurus simpanan yang sulit diprediksi pihak luar.

Setidaknya, di tangan Trump masih ada satu kartu As “kelas nuklir”. Jika kartu ini dikeluarkan, tidak hanya akan menekan PKT sampai tak berkutik, mungkin juga akan membantu Partai Republik memenangkan pemilu jangka menengah pada akhir tahun ini.

Kartu as ini, disebut HAM.

Tanggal 6 Februari 2012, di Tiongkok terjadi “Peristiwa Wang Lijun” yang menggemparkan kalangan birokrat, mantan Kepala Biro Keamanan kota Chongqing Wang Lijun melarikan diri ke Konjend AS di Chengdu, mengungkap rahasia rencana kudeta oleh kubu Jiang Zemin, perampasan organ tubuh Falun Gong dan lain-lain kepada Amerika.

Di tahun yang sama tanggal 26 April Kemenlu AS diam-diam melaporkan peristiwa Wang Lijun pada Kongres. Dengan kata lain, pemerintah AS telah mengetahui kejahatan anti-kemanusiaan PKT berupa perampasan organ tubuh hidup-hidup itu, hanya saja, pemerintahan sebelumnya tetap bungkam terhadap penindasan HAM yang tak berperikemanusiaan ini.

Jika pemerintah Trump mempertimbangkan strategi “menaklukkan pasukan lawan tanpa berperang”, dan berniat menekan RRT dengan cara non-militer, bahkan memaksa PKT runtuh dan bertransformasi, maka mengungkap kejahatan PKT merampas organ tubuh adalah pedang keadilan yang paling kuat, paling damai, paling sesuai kehendak Ilahi dan umat manusia.

Apalagi baru-baru ini, di dunia kedokteran internasional, Beijing masih bebas menyusup, berupaya mendapat dukungan dari kalangan kedokteran, dengan menutupi kejahatan perampasan organ tubuh yang dilakukan.

Jika pemerintah Trump mengumumkan fakta perampasan organ yang ada di tangan AS, menghimbau seluruh dunia melindungi HAM dan menghentikan penindasan tersebut, maka tidak hanya dengan mudah memenangkan dukungan dan simpati dunia terhadap nilai universal Trump, sekaligus juga membuat milyaran rakyat Tiongkok melihat jelas kedok partai komunis yang selama puluhan tahun ini telah membodohi mereka dengan dusta, yang kemudian akan mendorong rezim PKT ke ambang kehancuran, sehingga ada harapan terbentuk situasi baru di Tiongkok.

Di saat yang sama, warga AS juga akan meragukan, mengapa pemerintahan sebelumnya bungkam terhadap penindasan kejam itu? Masyarakat internasional juga akan meragukan PBB mengapa diam saja? Banyak fakta di balik layar akan terungkap satu persatu.

Dan lebih lanjut, siapa yang berani tampil maju mengungkap kejahatan HAM PKT merampas organ tubuh dan menghentikan penindasan serta menegakkan keadilan, maka dialah yang akan meraih kehormatan yang belum pernah ada sebelumnya, bahkan akan meraih kekuasaan untuk membentuk kembali ketertiban internasional.

Kartu As super ini, apakah akan dikeluarkan oleh Trump? Saat ini belum bisa diketahui. Tapi menghadapi konspirasi rezim komunis PKT dan Korut, Trump harus mengeluarkan jurus mendadak/tak terduga untuk meraih kemenangan, agar dapat mendobrak jebakan ganda RRT-Korut, dan menetralisir krisis nuklir Korut, sehingga dapat mengikis habis ancaman bahaya yang diakibatkan rezim komunis terhadap umat manusia. (SUD/WHS/asr)

Huang Yan Aktivis HAM Tiongkok Mendapat Suaka di Taiwan

0

Aktivis hak asasi manusia Chinese Christian, Huang Yan, telah diberikan suaka oleh pemerintah Taiwan untuk tinggal tiga bulan, setelah ia berhasil melarikan diri dari pelecehan agen-agen Tiongkok di Thailand.

Kebebasannya di Taiwan telah membuat rezim Tiongkok khawatir. Suaminya, Wu Guisheng, dibawa pergi oleh polisi di kotaGuangzhou Tiongkok selatan, dan baru dibebaskan setelah lebih dari 10 jam interogasi, melaporkan Radio Free Asia (RFA) pada 18 Juni.

Huang percaya penangkapan suaminya adalah upaya pemerintah Tiongkok untuk mengancamnya agar tidak berbicara secara terbuka saat berada di Taiwan, karena dia sangat vokal dalam kritiknya terhadap rezim Tiongkok.

Huang dilahirkan dalam keluarga Kristen di Provinsi Hubei Tiongkok utara. Dia menjadi target rezim Tiongkok pada tahun 2005 ketika dia mendukung Cai Zhuohua, seorang menteri Beijing dalam gerakan gereja rumah Tiongkok yang dijatuhi hukuman tiga tahun penjara pada bulan November 2005. Orang-orang Kristen gereja-gereja rumah telah menjadi subyek penganiayaan sistematis oleh otoritas Tiongkok, termasuk penangkapan, penahanan, dan penutupan paksa tempat ibadah mereka.

Sejak itu, ia menjadi seorang aktivis, melemparkan dukungannya di balik sejumlah pengacara hak asasi manusia Tiongkok, termasuk Gao Zhisheng, yang dianiaya oleh rezim Tiongkok. Perannya sebagai aktivis hak asasi manusia mengakibatkan dia berulang kali diculik, dipenjara, dan dijebloskan ke penjara oleh pihak berwenang Tiongkok. Selama satu hukuman penjara, dia dipukuli dengan sangat parah hingga dia mengalami keguguran.

Huang menjelaskan bagaimana dia menghindari polisi Tiongkok agar berhasil melarikan diri ke Taiwan, dalam wawancara dengan The Epoch Times.

Huang awalnya terbang ke Beijing dari Thailand, tetapi ia tidak melanjutkan penerbangannya selama transit di Bandara Internasional Taoyuan di Taiwan pada 29 Mei. Sebaliknya, Huang, yang telah diberikan status pengungsi oleh PBB, meminta suaka politik di Taiwan.

Para pengungsi yang diakui PBB tidak dapat memasuki Taiwan secara hukum karena negara kepulauan tersebut bukan anggota PBB dan tidak memiliki undang-undang pengungsi di tempat. Meskipun demikian, pemerintah Taiwan memberikan izin kepada Huang untuk tinggal setelah Taiwan Association for China Human Rights, sebuah LSM hak asasi manusia di Taiwan, membantu mempresentasikan permintaan Huang kepada instansi pemerintah terkait di Taiwan. China Aid, nirlaba HAM Kristen yang berbasis di Amerika Serikat, juga menghubungi United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) dan pemerintah Taiwan.

Chiu Chui-cheng, wakil menteri Dewan Urusan Daratan Republik Tiongkok, lembaga pemerintah utama Taiwan yang bertanggung jawab atas kebijakan Tiongkok, mengatakan izin tinggal diberikan kepada Huang setelah mempertimbangkan bahwa Huang mungkin akan dianiaya jika dia dipulangkan ke Tiongkok.

“Saya ingin berterima kasih kepada pemerintah Taiwan karena berhasil tiba ke Taiwan. Saya tidak pernah diperlakukan lebih baik dalam sepuluh tahun terakhir,” kata Huang. Dia mengucapkan terima kasih kepada para pejabat imigrasi Taiwan atas kebaikannya dalam memperlakukan dia di bandara.

Huang memutuskan untuk pergi ke Thailand setelah dia ditahan oleh polisi di Provinsi Guangdong Tiongkok selatan pada November 2015. Polisi menuduhnya dengan “sengaja menyebarluaskan informasi teroris” dan sebulan kemudian, secara resmi menempatkannya di pusat penahanan untuk “menghalangi tugas-tugas resmi.” Tanpa pengadilan, dia ditahan hingga September 2016, menurut Pembela Hak Asasi Manusia Tiongkok (CHRD), sebuah organisasi non-pemerintah.

Dia pertama kali melarikan diri ke Hong Kong dengan bantuan legislator pro-demokrasi di kota tersebut, yang memiliki sistem hukum dan politik yang terpisah dari Tiongkok daratan. Dari sana, Huang pergi ke Thailand.

Di Thailand, “[Agen-agen Tiongkok] menyerang saya, mengganggu saya, dan mencari saya tanpa henti,” kata Huang. Selama sekitar satu setengah tahun, dia menunggu pemindahan PBB di negara ketiga tidak berhasil. Visa Thailand-nya akan berakhir, dan setelah itu terjadi, dia menjelaskan bahwa agen-agen Tiongkok akan mengejar dan menahannya. Saat itulah dia memutuskan untuk mencoba melarikan diri ke Taiwan dengan menaiki pesawatnya ke Beijing. Karena tampaknya dia akan kembali ke Tiongkok sendiri, penerbangannya tidak membuat khawatir polisi.

Otoritas Thailand telah memulangkan para pembangkang Tiongkok ke Tiongkok di masa lalu, sekalipun mereka dengan status pengungsi yang telah diberikan oleh PBB. Thailand menuai kecaman internasional pada 2015, menurut Reuters, karena mendeportasi para pembangkang Tiongkok Jiang Yefei dan Dong Guangping.

Pelariannya dari Thailand bukan tanpa kesulitan, kata Huang, menjelaskan bahwa agen-agen Tiongkok ditempatkan di beberapa bandara yang berusaha untuk menghentikannya naik pesawat. Kali ini, mereka mengizinkannya naik karena dia telah membeli tiket Tiongkok sebagai tujuan akhirnya. (ran)

ErabaruNews

Kunjungan Singkat Padat Donald Trump ke Inggris

0

EpochTimesId – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menggelar kunjungan kenegaraan ‘angin puyuh’, atau singkat dan padat, di Inggris. Donald Trump, mendarat di Inggris pada 12 Juli 2018, ini adalah kunjungan pertamanya sebagai Presiden AS ke negara itu.

Dia mengakhiri perjalanan di Inggris dengan mengunjungi lapangan golf Turnberry course miliknya pada hari Minggu, 15 Juli 2018, sebelum berangkat untuk bertemu Presiden Rusia, Vladimir Putin di Helsinki.

Selama perjalanannya ke Inggris, dia minum teh bersama Ratu Elishabet II, mengadakan pembicaraan dengan Perdana Menteri Inggris Theresa May, dan melayani wawancara khusus tabloid Inggris, The Sun.

Kesepakatan pasca-Brexit
Pada konferensi pers dengan May di kediaman negaranya, Chequers, Trump mengatakan dia menantikan penyelesaikan kesepakatan perdagangan bebas dengan Inggris.

“Setelah proses Brexit disimpulkan dan mungkin Inggris telah meninggalkan Uni Eropa, saya tidak tahu apa yang akan mereka lakukan. Tetapi apa pun yang Anda lakukan adalah OK bagi saya, itu adalah keputusan Anda,” kata Trump. “Apa pun yang Anda lakukan adalah baik-baik saja dengan kami, pastikan saja kita dapat berdagang bersama, itu yang terpenting.”

Dia juga menggambarkan hubungan antara Inggris dan AS sebagai hubungan tingkat tertinggi yang spesial.

Wawancara dengan Majalah The Sun
Wawancara eksklusif Trump dilakukan oleh editor politik The Sun, Tom Newton Dunn, di mana Trump mengkritik strategi Brexit May. Dia juga mengatakan bahwa Boris Johnson akan menjadi perdana menteri yang hebat.

Pada konferensi pers, bagaimanapun, Trump menyebutnya ‘berita palsu’, mengatakan bahwa laporan itu menghilangkan hal-hal positif yang dia katakan tentang May.

May menyikapi komentar kritis Trump dalam laporan itu sebagai bukan masalah besar. “Jangan khawatir, itu hanya (kebiasaan) pers,” ujar May kepada Trump.

Makan malam di Blenheim Palace
Presiden Trump dan Ibu Negara AS disambut di Blenheim Palace oleh marching band yang terdiri dari orang-orang Skotlandia, Irlandia, dan Wales. Mereka adalah suku-suku bangsa sejak awal berdirinya Kerajaan Inggris.

Dia juga hadir di pameran Winston Churchill, yang lahir di Blenheim Palace. Hari berikutnya, di Chequers, Trump berfoto di kursi milik mantan pemimpin masa perang itu.

Presiden dan Ibu Negara bergabung dengan 150 tamu undangan dan pemimpin bisnis khusus untuk makan malam dasi hitam di Blenheim Palace. Dia menikmati salmon Skotlandia asap sebagai permulaan, fillet daging sapi Hereford dengan kentang untuk hidangan utama, dan puding stroberi dengan krim bergumpal.

Menyambut presiden di tengah protes
Trump dan Melania kemudian berkeliling Inggris dengan helikopter. Mereka melewati lalu lintas, dan melihat aksi protes atas kunjungan keduanya ke Inggris.

Protes terhadap Trump, terutama yang diselenggarakan oleh organisasi sayap kiri, berlangsung di London. Sementara itu, ada pula aksi lain yang ingin memberikan sambutan hangat kepada Trump di Inggris.

Pada hari ketika Trump mendarat di negara itu, Anggota Parlemen Inggris Daniel Kawczynski menyelenggarakan acara penyambutan di parlemen Inggris.

“Ada banyak manifestasi terhadap kunjungan presiden,” kata Kawczynski. “Kami ingin memberikan interpretasi yang berbeda dari kunjungan, baik mengunjungi Amerika tetapi juga ke media kami sendiri.”

Dan sebuah pub di London barat, bernama The Jameson, telah menamai ulang dirinya dengan “The Trump Arms” untuk merayakan kunjungan presiden Amerika.

Seorang pria memegang poster menyambut Presiden AS Donald Trump ketika demonstran lain memprotes kunjungannya di London tengah, Inggris, 13 Juli 2018. (Yves Herman/Reuters/The Epoch Times)

Ada juga unjuk rasa pada hari Sabtu (14/7/2018) di London oleh pendukung Trump dan aktivis sayap kanan yang ingin menunjukkan dukungan mereka terhadap Trump.

Sarah B. Elliot, Ketua Partai Republik di Luar Negeri Inggris mengatakan banyak pendukung Trump Inggris malu mengekspresikan diri.

“Saya mendapat pesan sepanjang waktu dari orang-orang yang mendukung presiden, mendukung Presiden Trump, tetapi mereka tidak merasa dapat mengatakannya secara terbuka terutama di lingkungan perkotaan atau kota besar,” katanya.

Presiden AS Donald Trump dan Ratu Elizabeth II Inggris menginspeksi Penjaga Kehormatan, yang dibentuk oleh Pengawal Coldstream di Kastil Windsor pada 13 Juli 2018 di Windsor, Inggris. (Richard Pohle/WPA Pool/Getty Images)

Minum teh bersama Ratu
Trump dan Ibu Negara AS minum teh dengan ratu Inggris pada hari Jumat di Kastil Windsor. Sang Ratu, sekarang 92 tahun, telah bertemu 11 presiden AS sebelum bertemu Trump. (The Epoch Times/waa)

Simak juga, Pengakuan Dokter yang Dipaksa Panen Organ Hidup :

https://youtu.be/0x2fRjqhmTA

Jelang Asiang Games ke-18, Presiden Jokowi Resmikan 5 Venues di Jakabaring Palembang

Epochtimes.id-  Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) didampingi Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono, Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi, dan Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin meresmikan 5 venues dari 14 venues Asian Games ke-18 di Jakabaring Sport City (JSC) Palembang, Sabtu (14/7/2018).

Kelima venue yang diresmikan adalah arena menembak (shooting range), dayung (Jakabaring Rowing dan Canoeing Regatta Course), skatepark, voli pantai, dan bowling center.

Dalam sambutannya, Presiden Jokowi mengatakan Indonesia siap menyambut penyelenggaran Asian Games 2018.

“Saya ucapkan selamat datang di Indonesia kepada sekitar 16 ribu atlet dan official dari 45 negara,” kata Presiden Jokowi.

Progres pembangunan dan renovasi 14 venue dan fasilitas pendukung Asian Games 2018 di JSC sudah 99 persen rampung dan tengah penyelesaian akhir (finishing).

Dari lima venues yang diresmikan, tiga venue diantaranya yakni arena menembak, dayung dan skateboard dibangun oleh Kementerian PUPR. Secara keseluruhan anggaran Kementerian PUPR yang dikeluarkan untuk pembangunan, renovasi, dan penataan kawasan JSC adalah Rp. 623,66 Milyar.

Selain meresmikan venues, Presiden Jokowi juga membuka Kejuaraan Nasional Perahu Naga Piala Presiden 2018. Kejurnas diselenggarakan oleh Pengurus Besar Persatuan Olahraga Dayung Seluruh Indonesia (PB PODSI) menjadi salah satu test event di venue dayung menyambut Asian Games ke-18.

Kejurnas ini diikuti oleh 619 peserta yang berasal dari 17 provinsi dan 4 kontingen TNI/Polri. Nomor lomba yang akan dipertandingkan adalah 500 m dan 200 m untuk putera dan puteri. “ Untuk kedua nomor lomba tersebut kami targetkan untuk meraih 2 emas saat AG-18 yang akan datang,” kata Menteri Basuki

Sebelum acara peresmian, Presiden Jokowi bersama Menteri Basuki mencoba mendayung bersama beberapa atlet dayung perahu naga sejauh lebih kurang 300 meter.

Tampak pula hadir dalam acara peresmian Kapolri Jenderal Tito Karnavian, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dan Bapak Muhaemin Iskandar.

Wisma Atlet Jakabaring Sudah Dilengkapi Mebeuler

Selain itu sesuai penugasan yang diberikan oleh Presiden Jokowi, Kementerian PUPR pun telah menyelesaikan penataan kawasan berupa plaza, pedestrian dan ruang terbuka hijau, serta pembangunan 5 tower Wisma Atlet berikut lansekap, lift dan meubelair untuk menampung tambahan 1000 atlet dan ofisial (melengkapi 3 tower Wisma Atlit yang sudah berfungsi untuk lebih kurang 1000 atlet dan official).

Total anggaran untuk perbaikan dan penggantian meubeler Wisma Atlit Jakabaring sebesar Rp 185 miliar terdiri dari pembangunan 3 tower tahun 2015 senilai Rp 65 miliar dan 2 tower tahun 2016 senilai Rp 49 miliar.

Pembuatan Landscape Rusunami Rp 30 miliar, Meubeler untuk 5 tower rusunawa baru Rp 15 miliar, Meubeler 3 tower rusunawa lama Rp 20 miliar dan penyediaan water heater senilai Rp 7 miliar. (asr)

Berpose dengan Hiu Jinak Seorang Bloger Digigit Hingga Luka Robek

EpochTimesId – Katarina Zarutskie mengunjungi pacarnya di Bahama bulan lalu. Ketika itu, dia memutuskan untuk mengambil foto dengan kawanan hiu jenis perawat atau hidung barbel.

Zarutskie baru saja menyelesaikan makan siang keluarga di Staniel Cay, ketika melihat orang-orang melakukan snorkeling dengan hiu di dekatnya. Dia pun memutuskan untuk bergabung untuk berfoto bersama mereka.

Zarutskie adalah seorang mahasiswi Universitas Miami yang mengelola blog gaya hidup Vogue and Vegetables. Dia berasal dari Laguna Beach di California.

“Dari pengetahuan saya sebelumnya dari surfing dan scuba diving, saya tahu hiu perawat biasanya sangat aman,” katanya kepada BBC. “Saya telah melihat foto orang yang tak terhitung jumlahnya bersama mereka di Instagram.”

Setelah beberapa menit di dalam air, dia mengatakan bahwa dia diberitahu oleh seseorang di dermaga untuk mengapung di atas air, dengan punggungnya. Jadi dia melakukannya, dengan tangan terulur.

Luka gigitan hiu. (WSVN/Katarina Zarutskie)

“Pada titik ini orang mulai mengambil foto, dan tepat ketika saya berbaring, setelah beberapa detik, saya ditarik ke bawah,” sambungnya, masih kepada BBC.

Ayah pacarnya sedang memotret pemandangan dan tanpa disadari menangkap momen itu.

“[Hiu] menggigit pergelangan tangan saya di mulutnya dan saya bisa merasakan giginya terbenam di tanganku,” katanya kepada NBC News. “Saya tertarik di bawah air selama beberapa detik, dan kemudian berhasil menarik pergelangan tangan saya keluar dari mulut hiu secepat yang saya bisa.”

Dalam foto-foto itu, Zarutskie terlihat mengangkat tangannya yang tergigit di atas kepalanya dan menutupi lukanya saat dia naik dari perairan.

“Saya tetap sangat tenang,” katanya kepada BBC.

Dia mengatakan awalnya dia tidak berencana untuk mengunggah gambar luka itu ke media sosial. Namun, beberapa wartawan bertanya kepadanya tentang pengalamannya awal pekan ini.

Zarutskie menerima jahitan pada luka di tangannya. Dia juga mendapat obat antibiotik setelah insiden itu.

“Saya sangat beruntung karena saya masih memiliki lengan dan hidup saya,” katanya kepada NBC.

Pemilik Staniel Cay marina menulis dalam email kepada NBC, “Hewan-hewan ini dianggap cukup jinak tetapi dapat saja menggigit pada suatu kesempatan. Biasanya ketika mereka salah mengira tangan atau jari manusia sebagai sepotong makanan.” (NTD.tv/waa)

Video Rekomendasi :

Ekonomi Tiongkok Akan Mundur 40 Tahun Karena Perang Dagang

0

EpochTimesId – Setelah Amerika Serikat memberlakukan tarif hukuman terhadap komoditas impor dari Tiongkok, pihak berwenang Beijing juga melakukan hal yang sama terhadap AS sebagai upaya pembalasan. Perang dagang Tiongkok-AS dianggap sedang berlangsung.

Para ahli percaya bahwa dalam jangka panjang, ekonomi Tiongkok akan kehilangan sumber daya keuangan Amerika untuk bertahan hidup, sehingga mengalami kemunduran 40 tahun. Apakah kenyataannya akan demikian? Mari kita ikuti ulasan para ahli.

Pada 6 Juli, otoritas Washington mulai memberlakukan tarif tambahan sebesar 25 persen atas 800 macam komoditas import dari Tiongkok senilai 34 miliar dolar AS. Pada hari yang sama, Beijing juga memberlakukan tarif baru terhadap 545 macam komoditas AS termasuk produk pertanian, mobil dan produk akuatik sebagai pembalasan.

Perang dagang akhirnya terjadi juga setelah perwakilan perdagangan AS berulang kali mengunjungi Beijing untuk dialog dalam upaya mencegah perang, dengan menyelesaikan masalah pencurian kekayaan intelektual dan perdagangan tidak adil mengalami jalan buntu.

Presiden AS menyebut hal ini baru sebuah langkah awal. Dikemudian hari jika diperlukan, Trump dapat mengenakan tarif atas barang-barang Tiongkok lainnya bernilai ratusan miliar dolar yang khusus diberlakukan untuk komoditas Tiongkok.

Gong Shengli, peneliti wadah pemikir keuangan Tiongkok mengatakan, “Jika Trump meneruskan perang dagang, maka Tiongkok sangat mungkin akan terpukul hingga kembali pada posisi 40 tahun silam. 1 Januari tahun ini adalah tahun ke 40 Amerika Serikat secara terus menerus memberikan aliran devisa dolar AS kepada RRT, sehingga memungkinkan ekonomi Tiongkok mengalami kemajuan pesat. Tanpa dolar AS itu ekonomi Tiongkok tidak mungkin bisa bangkit. Jadi ini adalah masalah yang sangat serius.”

Sarjana keuangan daratan Tiongkok He Junqiao mengatakan, “Perang dagang ini menjadi tantang terbesar sejak reformasi Deng Xiaoping, juga krisis nasional yang paling signifikan dialami Tiongkok. Tantangannya melebih sanksi yang diberlakukan negara Barat kepada Tiongkok sejak tahun 1989.”

Pasar saham yang digunakan sebagai barometer ekonomi menghadapi dampak dari perang dagang. Kinerja mereka di AS dan di Tiongkok bagaikan langit dan bumi. Bursa saham AS masih bergerak naik sesuai tren hari-hari sebelumnya, bahkan mencapai titik tertinggi. Namun sebaliknya, harga saham di bursa Tiongkok anjlok yang dibarengi pula oleh mata uangnya.

‘Wall Street Journal menggambarkan, situasi yang terjadi saat itu mengingatkan ketika crash pasar saham di musim panas pada tahun 2015. Namun situasi sekarang tampaknya lebih buruk lagi, karena penurunan harga didorong oleh saham-saham blue-chip yang dijual secara besar-besaran oleh investor institusi.

Lebih dramatis lagi, kedelai AS yang dianggap Tiongkok sebagai rudal paling ampuh untuk menyerang AS, tidak terpengaruh oleh perang dagang. Bahkan ekspor kedalai AS bulan Mei mencapai 2 kali lipat dari waktu sebelumnya, justru membantu menurunkan angka defisit perdagangan AS.

He Junqiao mengatakan, “Ekonomi Amerika Serikat berkembang begitu bagus, sangat ajaib, merupakan keuntungan dari tatanan politik dan militer pemerintah AS. Namun keajaiban ekonomi Tiongkok muncul dari gelembung ilusi belaka. Keajaiban ekonomi AS didasarkan pada pertumbuhan teknologi tinggi yang nyata. Karena itu kesenjangan antar kedua negara tersebut sangat besar.”

Gao Shanwen, ekonom Essence Securities Co.,Ltd. dalam sebuah tulisannya menyebutkan bahwa ada 3 alasan yang menunjukkan mengapa masyarakat dan partai yang berkuasa di AS berkonsensus menentang Tiongkok komunis;

Pertama karena ideologi Tiongkok bertolak belakang dengan Amerika Serikat. Dan Amerika Serikat telah menyadari terjadi kesalahan dalam menerapkan kebijakan Tiongkok di masa lalu.

Kedua karena sejak Tiongkok bergabung dengan WTO, AS kehilangan banyak lapangan kerja sehingga tingkat pengangguran naik tajam. Dan, ketiga karena persaingan tidak adil dalam dunia perdagangan sehingga mengikis kepentingan AS.

He Junqiao mengatakan, dalam kondisi seperti ini, dimana ekonomi riil sedang mengalami resesi, teknologi tinggi tidak mampu berdikari. Masalah pengangguran tidak terpecahkan, devaluasi mata uang masih terjadi, pasar saham sedang anjlok, gelembung perumahan menghadapi ancaman meletus.

Jika saja pemerintah Tiongkok komunis masih bersikeras untuk berperang dagang dengan AS, maka yang akan ditemui adalah malapetaka.

“Dalam masa 1 hingga 2 tahun ke depan ekonomi Tiongkok hanya akan memburuk ketimbang membaik. Karena itu di satu sisi rakyat Tiongkok harus siap mental untuk mengencangkan ikat pinggang, di sisi lain, merupakan ujian berat bagi pemerintah Tiongkok komunis. Bila mereka bersedia memanfaatkan kesempatan tersebut untuk menerapkan jalan demokrasi konstitusional, supremasi hukum dan perlindungan hak asasi manusia, dan secara menyeluruh terintegrasi ke dalam sistem ekonomi bebas dunia, maka Tiongkok masih bisa mendapatkan kehidupan baru.”

“Jika Anda mengandalkan strategis back to back Rusia, mengandalkan sembilan negara Asia Tengah untuk membentuk zona ekonomi lokal tertutup, maka saya percaya bahwa ekonomi Tiongkok tidak akan bertahan lama,” demikian kata He Junqiao.

Setelah ditolak oleh Uni Eropa, saat ini pemerintah Tiongkok masih berharap untuk melawan AS dengan menggandeng negara anggota WTO. Tetapi dunia usaha berpendapat bahwa, situasi saat ini terjadi akibat Tiongkok komunis sendiri yang melanggar komitmennya terhadap WTO. Rupanya ancaman keluar dari WTO yang dilontarkan Trump juga membuat Tiongkok komunis menapak di lorong buntu. (ET/Sinatra/waa)

SImak Juga :

https://youtu.be/fTKcu82AtsA

128 Orang Tewas dalam Serangan Bom Bunuh Diri di Pakistan

oleh Lin Nan

Hari Jumat (13/07/2018) terjadi serangan bom bunuh diri di bagian barat daya Pakistan saat masyarakat berkerumun dalam acara kampanye pemilihan umum, menyebabkan 128 orang tewas.

Ledakan itu adalah serangan paling mematikan di Pakistan selama lebih dari tiga tahun dan merupakan kekerasan kedua terkait pemilu yang terjadi pada hari itu.

Baluchistan Home Minister Agha Omer Bangulzai memberitahu Reuters bahwa serangan menyebabkan 128 orang tewas dan lebih dari 150 orang lainnya terluka.

Qaim Lashari, pejabat polisi senior Pakistan sebelumnya pernah mengatakan bahwa ada lebih dari 1.000 orang warga Mastung, Baluchistan, kota yang penuh kekerasan ikut menghadiri kampanye tersebut.

Militan yang terkait dengan Taliban, Al Qaeda dan daesh aktif melakukan kegiatan  di provinsi ini yang berbatasan dengan Iran dan Afghanistan. Di wilayah itu tinggal etnis Baluch yang memberontak terhadap pemerintah pusat.

Islamic State (IS) atau Daesh mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu, tetapi tidak memberikan rincian atau bukti lebih lanjut.

Di antara sejumlah orang yang tewas dalam serangan hari Jumat itu, terdapat Siraj Raisani, kandidat anggota dewan propinsi Baluchistan dan saudaranya Nawab Aslam Raisani yang pernah menjabat sebagai menteri utama provinsi tersebut sejak tahun 2008 hingga 2013.

“Saudara kami Siraj Raisani telah meninggal dunia” Kata Haji Lashkari Raisani, saudara Siraj yang juga seorang anggota Majelis Nasional Baluchistan.

Siraj Raisani adalah kandidat kedua yang dibunuh minggu ini dalam kekerasan sebelum pemilihan.

Polisi sebelumnya pernah mengatakan bahwa serangan itu ditujukan kepada tim Resani, tetapi kemudian mengubah pernyataan mereka, karena klip video adegan ledakan telah menyebar.

Hari Jumat sebelum kejadian ini, serangan bom juga terjadi di kota bagian utara, Bannu, serangan ini ditujukan kepada sekutu partai Muttahida Majlis-e-Amal (MMA).

Pada hari Selasa, seorang pembom bunuh diri menewaskan 20 orang di sebuah pesta anti-Taliban di Peshawar, ibukota provinsi Khyber Pakhtunkhwa di Pakistan utara.

Para korban termasuk Haroon Bilour, seorang kandidat yang ingin merebut kursi di majelis provinsi pada bulan Juli ini. Organisasi Taliban Pakistan mengaku bertanggung jawab atas insiden tersebut. (Sin/asr)

Hotel Tiongkok Kenakan Tarif Diskriminatif Bagi Warga Amerika di Tengah Perang Dagang

0

SHENZHEN, Tiongkok – Di tengah perang perdagangan yang meningkat antara Washington dan Beijing, sebuah hotel di kota Shenzhen, Tiongkok selatan, telah memberlakukan kebijakan diskriminatif yang membebani para tamu biaya tambahan sebesar 25 persen, setara dengan 25 persen tarif balas-membalas yang dimainkan oleh kedua negara tersebut.

Tiga anggota staf di Modern Classic Hotel Group, yang menolak untuk diidentifikasi, mengatakan kepada Reuters bahwa kebijakan tersebut telah diposting di hotel pada 12 Juli tetapi sejak itu telah dihapus.

Global Times, tabloid yang diterbitkan oleh Partai Komunis Tiongkok yang berkuasa, mengatakan dalam sebuah laporan tertanggal 12 Juli bahwa Modern Classic Hotel Group telah memasang pemberitahuan di hotelnya yang menginformasikan kepada para tamu tentang biaya tambahan tersebut.

Mengutip seorang juru bicara hotel, yang bernama Yang, mengatakan bahwa hotel tersebut telah memposting pemberitahuan minggu lalu pada tanggal 6 Juli, ketika tarif-tarif tersebut mulai berlaku.

Namun pada 13 Juli, hotel membantah laporan tersebut. “Kami tidak tahu dari mana berita ini berasal. Ponsel saya telah berdering sepanjang hari ini,” kata Bai Lulu, seorang manajer front office, kepada Reuters di hotel.

“Kami memperlakukan semua tamu kami sama rata. Kami tidak akan membebani satu jenis tamu lebih banyak dari jenis tamu lain,” kata Bai, sambil menambahkan bahwa hotel tersebut saat ini tidak memiliki tamu-tamu Amerika.

Namun, anggota staf lainnya, yang menolak diidentifikasi, mengatakan memang ada pemberitahuan yang mengatakan bahwa orang-orang Amerika akan dikenakan biaya tambahan.

“Ada iklan di restoran kemarin yang menyatakan bahwa orang Amerika akan dikenakan biaya tambahan 25 persen. Kami memotretnya.”

Global Times mengutip seorang juru bicara hotel tersebut yang bernama Yang telah mengatakan bahwa bos mereka “benar-benar marah dengan tarif tak berkesudahan yang AS rencanakan untuk diberlakukan di Tiongkok.”

Ada sedikit bukti publik hingga saat ini tentang kegiatan anti-Amerika di Tiongkok ketika sengketa perdagangan telah tumbuh semakin pahit.

Amerika Serikat dan Tiongkok masing-masing memberlakukan tarif 25 persen untuk barang-barang milik negara satu sama lain senilai $34 miliar. Minggu ini, Washington menerbitkan satu set tarif baru yang diusulkan mengenai tambahan senilai $200 miliar untuk barang-barang dari Tiongkok, yang kemudian meningkatkan konflik tersebut. Tiongkok berjanji akan membalas.

Beberapa sumber mengatakan kepada Reuters bahwa Tiongkok mengeluarkan panduan ketat untuk medianya, melarang serangan-serangan pribadi terhadap Presiden AS Donald Trump dan membatasi komentar terbuka dalam upaya nyata untuk menghindari eskalasi yang tidak disengaja.

Pihak-pihak berwenang juga menyensor postingan-postingan yang berpotensi sensitif di media sosial seperti Weibo, layanan mirip Twitter milik Tiongkok, di mana hal-hal yang berkaitan dengan perdagangan sebagian besar dijauhkan dari daftar topik-topik yang sedang hangat tersebut. (ran)

ErabaruNews

Penantian Ilahi di Kota Suci- Kisah 4.000 Tahun Yerusalem (5)

Cai Daya

Meneliti peradaban manusia kali ini, mungkin tidak ada satu kota pun yang bisa disamakan dengan Yerusalem, sepanjang tiga ribu tahun sejarah pembangunan kota ini, telah berkali-kali dihancurkan dan mengalami perang, namun tetap bisa berdiri lagi di lokasi semula. Yerusalem terletak di perbukitan dengan ketinggian 700 meter di atas permukaan laut, bersebelahan dengan tiga lembah dan dikitari oleh gunung yang lebih tinggi, menjadikan Yerusalem sebagai lokasi strategis yang mudah dipertahankan namun sulit diserang. Namun bukan karena letak geografisnya yang strategis, melainkan kekuatan spiritual yang membuat kota ini abadi, karena kota ini merupakan kota suci bagi tiga agama besar.

  1. Yerusalem milik Agama Kristen: Legalisasi agama Kristen (tahun 313 Masehi) ~ Imperium Arab Kuasai Yerusalem (tahun 63 Masehi).

Mengalami Penindasan di Awal Pendirian Agama

Setelah agama Kristen diusir keluar dari kota kelahirannya, penyebaran agama dilakukan sampai ke berbagai provinsi di kekaisaran Romawi, jumlah umat pun perlahan terus bertambah, bahkan di Semenanjung Italia juga muncul banyak umat Kristiani.

Umat Kristen yang berhati baik, damai dan mencintai keadilan kemudian menjadi duri dalam daging bagi Kaisar Romawi dan menjadi sasaran kebencian sebagian masyarakat, karena sejumlah faktor pada permukaan, juga karena alasan yang lebih mendalam.

Orang Romawi mewarisi kebudayaan Yunani yang mempercayai banyak dewa dan memuja banyak dewa Romawi; selain itu seorang Kaisar Romawi setelah wafat, atau terkadang semasa masih hidup akan dinobatkan sebagai dewa dan dipuja serta disembah dengan dupa.

Di saat wilayah kekaisaran Romawi terus meluas, guna memudahkan pemerintahan, Kaisar Romawi mengharuskan semua bangsa di wilayah kekuasaannya untuk menganut agama Romawi, yakni kepercayaan terhadap banyak dewa Romawi yang juga termasuk para kaisar terdahulu Romawi di dalamnya.

Jadi saat kian lama kian banyak orang tidak sudi lagi menyembah dewa Romawi, juga tidak mengakui kaisar Romawi sebagai dewa, para penguasa yang merasa dirinya adalah dewa, entah karena merasa supremasi kekuasaannya ditantang atau karena merasa “keagungan kedewaan”nya telah dilecehkan, mulai menggunakan kekuasaannya untuk memaksa orang-orang ini untuk mengubah keyakinan mereka.

Seiring dengan semakin kuatnya kekaisaran, masyarakat Romawi juga mulai mengalami perkembangan yang terpolarisasi, kaum bangsawan dan kalangan petinggi yang hidup berfoya-foya, dengan rakyat jelata dan warga non-Romawi yang hidupnya miskin lantaran pungutan pajak berat akibat perang berkepanjangan, kesenjangan kaya dan miskin perlahan menjadi faktor penyebab tidak stabilnya masyarakat.

Pemerintah Romawi tidak kuasa menyelesaikan masalah, terpaksa harus mencari berbacai cara untuk mengalihkan perhatian masyarakat, berbagai kegiatan seperti duel gladiator di arena, pertunjukan di amphitheater pun digelar satu persatu untuk dinimkati seluruh warga, sebagai cara untuk meredakan amarah dan kebencian rakyat.

Ketika acara-acara tersebut tak lagi dapat menyenangkan rakyat, pemerintah Romawi harus mencari sasaran lain, sehingga umat Kristen yang dianggap sebagai duri dalam daging itu pun dijadikan kambing hitam.

Di masa awal berdirinya agama Kristen mayoritas penganutnya adalah rakyat dari kalangan jelata, seperti nelayan, tukang kayu dan petani, mereka melewati hari-hari yang sederhana dan tidak neko-neko (lurus), serta hanya mengejar keadilan dan persahabatan.

Mereka tidak berambisi akan hal duniawi, namun aliran yang jernih ini justru telah merefleksikan betapa sesat dan bobroknya kehidupan masyarakat di masa itu. Umat Kristen pada masa 2000 tahun silam itu pun harus mengalami penindasan yang tragis.

  1. Penindasan Selama 250 Tahun Terhadap Kepercayaan Lurus

Tahun 64 Masehi terjadi kebakaran besar di kota Roma, menurut penuturan, kobaran api membakar selama tiga hari tiga malam, sekitar seperempat wilayah kota dilalap habis si jago merah. Tidak jelas apa yang menyebabkan kebakaran tersebut, ada yang mengatakan kejadian itu didalangi oleh Kaisar Nero (tahun 54~68 Masehi) karena berniat memfitnah umat Kristen dengan menuduh mereka sebagai pelaku pembakaran, agar dapat dijadikan alasan untuk menangkap dan membunuh umat Kristen.

Setelah itu dalam kehidupan selama 250 tahun, agama Kristen berkali-kali ditindas di dalam wilayah kekuasaan kekaisaran Romawi, banyak umat Kristen yang dihukum mati di kayu salib, atau dimasukkan ke arena gladiator untuk dijadikan mangsa bagi binatang buas, dipenggal atau diikat di atas rangka kayu dan dibakar hidup-hidup.

Cara penindasan sangat keji dan penuh pertumpahan darah, namun tidak mampu menakut-nakuti lebih banyak orang untuk menjadi penganut agama Kristen, jumlah umat Kristen pun tersebar di berbagai kalangan, berbagai bidang dan usaha, kekuasaan gereja pun terus menguat.

Penindasan terakhir yang juga berskala terbesar terjadi pada tahun 303~312 Masehi, di masa pemerintahan Kaisar Diocletianus. Pada masa itu hakim boleh menjatuhkan vonis hukuman mati bagi umat Kristen tanpa harus melalui proses peradilan; pemerintah Romawi bahkan untuk kali pertama meloloskan undang-undang penindasan agama Kristen, di antaranya termasuk membakar kitab-kitab agama Kristen, menyita harta benda milik gereja dan umat, para pemuda Kristen dilarang menjadi personil militer dan lain sebagainya.

  1. Kaisar Umat Kristen Pertama : Kaisar Konstantinus

Ibu dari Kaisar Konstantin yakni Helena (tahun 250~330 Masehi) adalah seorang penganut Kristen yang taat, karena pengaruh sang ibu, juga karena memenangkan perang perebutan tahta dan berkat bantuan Tuhan, menjadikannya sebagai satu-satunya penguasa kekaisaran Romawi. Ia adalah kaisar Romawi pertama yang menganut agama Kristen, dan juga menjadi raja yang mengakhiri penindasan pemerintah terhadap agama Kristen serta menjadikan agama Kristen sebagai agama yang sah secara hukum di Romawi.

Saat menindas agama Kristen, kekaisaran Romawi juga terjerumus dalam perpecahan dan peperangan. Untuk menyelamatkan situasi yang genting itu, Diocletianus menciptakan badan politik yang dijalankan bersama oleh empat rezim, di saat yang sama juga mengangkat empat orang raja untuk mengendalikan kekaisaran yang sangat besar itu, niat awalnya adalah untuk menghindari terjadinya kerusuhan atau perebutan kekuasaan.

Namun di luar prediksi, sebelum Kaisar Diocletianus wafat telah meletus perang saudara, empat raja saling menyerang, namun karena kekuatan mereka hampir seimbang, maka untuk sesaat belum ada pemenangnya.

Menjelang perang penentuan terakhir, kaisar Konstantin melihat munculnya sebuah kobaran api berbentuk salib di langit, di saat yang sama terdengar suara: “Raihlah kemenangan dengan mengandalkanNya”.

Mendapat berkat ini, Konstantin memerintahkan seluruh pasukannya untuk menggambarkan lambang salib ini di perisai mereka. Pasukan yang mendengar adanya mukjizat itu semakin berkobar semangat juangnya dan berhasil memenangkan peperangan itu. Setelah itu Konstantin berhasil mengalahkan tiga raja lainnya satu demi satu dan menjadi penguasa tunggal di kekaisaran Romawi.

Tahun 313 Masehi Konstantinus mengumumkan “Titah Milan”, yang melegalkan agama Kristen dan sebagai agama yang bebas untuk dianut.

  1. Yerusalem Menjadi Tanah Suci Agama Kristen

Di tahun 326, Helena yang kala itu berusia 76 tahun pergi ke Yerusalem untuk mencari lokasi di mana Yesus dianiaya, serta menapak-tilas segala sesuatu yang terkait dengan Yesus. Hal ini sangat tidak mudah, karena Yerusalem setelah dipugar total di tahun 135 Masehi pada masa kekuasaan kaisar Hadrianus, kondisi di kota telah berubah sepenuhnya. (baca serial ini di bagian IV “Yerusalem kota Yesus”)

Golgota yang dulunya merupakan arena hukuman (Golgota artinya tanah tengkorak), oleh Hadrianus telah diubah menjadi kuil untuk memuja Dewi Venus.

Sejak bangkitnya Yesus hingga 100 tahun kemudian saat Hadrianus berkuasa, tempat ini selalu menjadi tujuan ziarah bagi umat Kristen. Untuk menghalangi arus massa ziarah yang kian hari kian banyak, Hadrianus pun membangun kuil untuk memuja dewi Romawi yang paling dipujanya tepat di atas tempat suci bagi umat Kristen itu.

Berkat bantuan uskup setempat, Helena berhasil menemukan tempat Yesus disalib dan dimakamkan, selain itu secara ajaib juga ditemukan kayu salib dan juga paku yang digunakan untuk menghukum Yesus. Dia pun membagi kayu salib itu menjadi tiga bagian, satu bagian dibawa kembali ke kota Roma (kini terpajang di Basilica St. Peter berdekatan dengan patung St. Helena), bagian kedua diantarkan ke ibukota baru yang dibangun putranya yakni “Roma Baru” (kemudian dinamakan Konstantinopel, yakni ibukota Turki saat ini Istambul) dan bagian ketiga ditinggalkan di Yerusalem).

Untuk menyimpan dan melindungi tempat dan benda-benda yang terkait dengan Yesus, sebuah gereja yang dibangun menghabiskan waktu 10 tahun telah menggantikan Kuil Venus yang sebelumnya didirikan untuk menutupi tempat ini, meliputi lokasi disalibkannya Yesus, dan juga makam Yesus yang berjarak sekitar 40 meter darinya.

Gereja Makam Suci rampung pada tahun 335 Masehi, dan merupakan gereja Kristen pertama hampir menyamai Gereja Natal di Betlehem (rampung pada tahun 333 Masehi), keduanya rampung dibangun pada masa kekuasaan kaisar Konstantin.

Kaisar Konstantin hanya menjadikan agama Kristen menjadi agama yang boleh dianut secara bebas, dan tidak menetapkannya sebagai agama nasional, atau mendorong warganya untuk beralih meyakini Yesus. Walau demikian, efek popularitas ini membuat agama Kristen berkembang pesat hanya dalam beberapa dekade berikutnya, dari sebuah agama yang dianut oleh sedikit orang dan ditindas menjadi sebuah agama arus utama yang memiliki kekuatan kolosal.

Sebagai kota tempat Yesus disalibkan dan tempat Yesus bangkit, terlebih lagi dengan begitu banyak gereja dan bangunan peringatan lainnya, telah menjadikan Yerusalem sebagai kota Kristen.

Tahun 380 Masehi, Kaisar Romawi Theodosius I (tahun 347~395 Masehi) menetapkan agama Kristen sebagai agama nasional. Setelah ia wafat, kekaisaran Romawi terpecah menjadi dua. Kerajaan Romawi Barat runtuh pada tahun 476 Masehi karena diserang oleh suku barbar dari utara, salah satu tempat suci agama Kristen di Roma itu pun mengalami kerusakan parah.

Wilayah Palestina yang merupakan afiliasi dari kekaisaran Romawi Timur (disebut juga Kerajaan Bizantium) berhasil selamat, Yerusalem terus berkembang di tengah perdamaian dan menjadi tempat suci yang terpenting bagi agama Kristen, yang dikunjungi banyak peziarah dari berbagai negara.

Sebagai kota suci bagi agama Kristen, masa kedamaian kota Yerusalem hanya sampai abad ke-6 saja. Pada tahun 614 Masehi, Dinasti Sasania dari Persia berhasil menduduki kota Yerusalem berkat bantuan orang Yahudi dalam pertempuran Bizantium.

Pada tahun 313 Raja Konstantin melegalkan agama Kristen, juga mengijinkan orang Yahudi masuk ke kota Yerusalem pada hari keruntuhan Yerusalem setiap tahunnya, agar bisa berdoa dan meratap di Tembok Barat. Setelah itu Kerajaan Romawi Timur (Bizantium) membuat kebijakan yang lebih longgar, yakni sejak abad ke-5 mengijinkan bangsa Yahudi berdiam di Palestina, dan tidak memaksa bangsa Yahudi mengubah keyakinan mereka.

Namun bangsa Yahudi yang terdesak oleh agama Kristen yang tadinya dikucilkannya yang justru kemudian menjadi agama arus utama di kota agama Yahudi, merasa tidak rela dengan didudukinya kota kelahirannya oleh agama lain, ditambah lagi dengan adanya perasaan baik dan balas budi pada bangsa Persia yang pernah membebaskan tawanan Babilonia, membuat orang Yahudi memilih untuk membantu Persia dalam pertempuran Bizantium, dan berharap dapat terbebas dari kondisi terjajah tersebut dan kembali memperoleh kedaulatan atas Yerusalem.

Setelah Yerusalem jatuh ke tangan pasukan Persia, banyak umat Kristen yang ditawan dibawa ke negeri Persia, dan kota itu diberikan bagi bangsa Yahudi, pada saat itu terjadilah penghancuran terhadap gereja Kristen dan dibunuhnya para penganut Kristen, diperkirakan sekitar 90.000 orang menjadi korban.

Bangsa Yahudi pun buru-buru ingin cepat membangun kembali kuil suci, bahkan mengembalikan tradisi persembahan kurban Yahudi. Serangkaian aksi radikal dan kerusuhan membuat Persia menurunkan titah pada tahun 617 Masehi, kembali melarang orang Yahudi memasuki kota Yerusalem.

Tahun 629 Kerajaan Bizantium merebut kembali Yerusalem, walaupun sang kaisar berjanji tidak akan membalas dendam, namun tetap saja terjadi aksi balas dendam oleh bangsa Yunani yang membunuh bangsa Yahudi.

Agama Yahudi dan agama Kristen sama-sama memuja Jehovah, namun tidak bisa akur, bahkan bentrok kedua belah pihak baru bisa diredakan setelah umat Muslim menduduki kota Yerusalem. (SUD/WHS/asr)

Bersambung

Penantian Ilahi di Kota Suci — Kisah 4000 Tahun Yerusalem (1)

Penantian Ilahi di Kota Suci — Kisah 4000 Tahun Yerusalem (2)

Penantian Ilahi di Kota Suci – Kisah 4000 Tahun Yerusalem (3)

Penantian Ilahi di Kota Suci- Kisah 4.000 Tahun Yerussalem (4)

 

Inggris Serukan Maskapai Penerbangan untuk Tidak Menyerah oleh Tekanan Politik Tiongkok

0

Apakah Taiwan merupakan bagian dari wilayah Tiongkok adalah pertanyaan yang harus dijawab oleh 44 maskapai internasional sejak rezim Tiongkok mengeluarkan permintaan pada bulan April untuk menghapus semua penyebutan tentang Taiwan dari situs web dan materi-materi promosi mereka.

Lebih dari 20 maskapai penerbangan sejak saat itu telah menyetujui permintaan Beijing dan menghapus pennyebutan apapun tentang Taiwan sebagai negara dari opsi menu situs-situs web mereka. Taiwan disebut sebagai “Chinese Taipei” atau “Taiwan, Tiongkok.”

Pemerintah Inggris menentukan sikapnya atas kejelasan masalah tersebut pada 10 Juli melalui pernyataan dari menteri luar negerinya untuk kawasan Asia-Pasifik.

Meskipun Taiwan adalah negara yang memiliki pemerintahan dengan pemerintah yang dipilih secara demokratis, mata uang, dan militer sendiri, Beijing telah mengklaim sebagai provinsi Tiongkok yang memberontak yang suatu hari akan disatukan dengan daratan, menggunakan kekuatan militer jika diperlukan. Baru-baru ini, rezim komunis telah meningkatkan tekanan pada pemerintah-pemerintah asing untuk mengadopsi “satu kebijakan Tiongkok” dan hanya mengakui Beijing.

Tiongkok juga menuntut penyebutan untuk Hong Kong dan Makau, bekas koloni Eropa yang kini menjadi bagian dari Tiongkok tetapi dijalankan secara otonom, juga diubah.

Pemerintah AS telah menyebut permintaan Tiongkok sebagai “omong kosong Orwellian” dan “bagian dari kecenderungan yang sedang tumbuh oleh Partai Komunis Tiongkok untuk memaksakan pandangan politiknya pada para warga negara Amerika dan perusahaan-perusahaan swasta.”

Setelah Amerika Serikat membuat posisinya jelas, maskapai Amerika American Airlines, Delta Air Lines, dan United Airlines tidak membuat perubahan apapun tentang penyebutan untuk Taiwan di situs web mereka.

Pada bulan Mei, British Airways telah membuat perubahan tentang penyebutan untuk Taiwan, menurut Kantor Berita Pusat Taiwan, ketika pulau tersebut menjadi “Taiwan-Tiongkok” di situs webnya.

Dua anggota Parlemen Inggris, Andrea Jenkyns dan Bob Blackman, memposting pertanyaan-pertanyaan untuk Mark Field, menteri negara Inggris untuk Asia dan Pasifik di Kantor Luar Negeri dan Persemakmuran (Foreign and Commonwealth Office).

“Apa maksud tujuannya … mendukung kebijakan-kebijakannya untuk Tiongkok (a) menekan British Airways dan maskapai lain untuk menggunakan sistem pemberian namanya (nomenklatur) untuk Taiwan di situs-situs web mereka dan (b) mencampuri dengan cara-cara lain dalam operasi bisnis internasional yang bebas,” dua anggota parlemen bertanya melalui situs web Parlemen Inggris.

Sebagai tanggapan, Field menulis bahwa “kebijakan jangka panjang” pemerintah Inggris adalah merujuk tentang Taiwan hanya sebagai “Taiwan.” Selanjutnya, ketika Taiwan dimasukkan di antara daftar tempat, akan disebut dengan judul inklusif, seperti “negara/teritori” atau “lokasi-lokasi dunia.”

“Organisasi-organisasi dan perusahaan-perusahaan swasta harus dapat memutuskan terminologi yang mereka gunakan untuk daftar tempat-tempat tujuan,” tulis Field. Dia menambahkan, “Perusahaan-perusahaan Inggris seharusnya tidak ditempatkan di bawah tekanan politik untuk membuat perubahan-perubahan.”

Field juga mengatakan pejabat-pejabat Kantor Luar Negeri dan Persemakmuran (serupa dengan departemen luar negeri) telah menyampaikan keprihatinan mereka pada pihak-pihak berwenang Tiongkok.

Menanggapi komentar Field, Li Xian-zhang, juru bicara Kementerian Luar Negeri Taiwan, berterima kasih kepada pemerintah Inggris karena sikapnya yang bersahabat terhadap Taiwan, menurut Kantor Berita Pusat Taiwan.

Li menambahkan bahwa sementara Taiwan tidak akan pernah menerima perilaku “menguasai dan tidak beralasan” dari rezim Tiongkok untuk menekan maskapai-maskapai penerbangan, ia akan terus secara proaktif menjangkau negara-negara lain yang berbagi nilai-nilai Taiwan dan “membela demokrasi, kebebasan, dan nilai-nilai universal bersama.”

Para nasionalis, atau anggota Kuomintang, mundur ke Taiwan pada tahun 1949 setelah mengalami kekalahan di tangan Partai Komunis Tiongkok (PKT) selama Perang Sipil Tiongkok. Sejak itu, Tiongkok tetap berada di bawah kekuasaan otoriter, sementara Taiwan beralih ke demokrasi multipartai, dimana negara pulau tersebut mengadakan pemilihan presiden pertamanya pada tahun 1996.

Rejim Tiongkok telah bekerja untuk mengurangi kedudukan negara pulau itu di kancah internasional, seperti dengan menekan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk melarang Taiwan mengirim perwakilan ke pertemuan tahunannya, World Health Assembly (WHA).

Juni Teufel Dreyer, profesor ilmu politik di University of Miami, dalam sebuah artikel baru-baru ini diterbitkan di majalah The National Interest, menunjukkan bahwa Departemen Pekerjaan Front Persatuan Partai Komunis Tiongkok telah membuat upaya-upaya pencapaian persetujuan dengan subversi (tindakan terencana untuk menjatuhkan kekuasaan) di dalam Taiwan, seperti mendanai Partai Komunis Taiwan dan Partai Baru, yang mendukung persatuan dengan Tiongkok.

Departemen Pekerjaan Front Persatuan (United Front Work Department) bertugas menyebarkan propaganda PKT di luar negeri dengan merekrut mata-mata dan menyusup ke komunitas-komunitas Tionghoa di luar negeri.

Partai Komunis Taiwan secara resmi dibubarkan pada bulan Juni, menyusul diberlakukannya undang-undang baru di Taiwan yang membatasi partai-partai politik yang gagal memiliki anggota yang terpilih untuk jabatan publik. (ran)

ErabaruNews

Korban Meninggal Dunia Akibat Banjir di Jepang Mendekati 200 Orang

Epochtimes.id- Suhu panas dan kekurangan air menimbulkan kekhawatiran terjadinya wabah penyakit pasca Jepang barat dilanda banjir. Korban tewas dari bencana cuaca terburuk selama 36 tahun terakhir mendekati 200 jiwa.

Lebih dari 200.000 rumah tangga tidak memiliki pasokan air selama seminggu setelah hujan lebat menyebabkan banjir dan membuat tanah longsor di Jepang barat. Banjir menyebabkan korban jiwa dan kehancuran rumah-rumah yang telah dibangun selama puluhan tahun.

Jumlah korban tewas meningkat menjadi 195, dengan belasan orang lainnya masih hilang seperti dilaporkan otoritas Jepang pada Kamis (12/07/2018).

Tayangan televisi menunjukkan seorang wanita tua mencoba tidur berlutut dengan tubuh bagian atasnya di kursi kursi lipat, lengan diletakkan atas matanya untuk menghindari cahaya.

Sejumlah warga di pusat-pusat evakuasi, banyak yang selamat mencoba mendinginkan diri mereka sendiri dengan kipas kertas.

Pasokan air yang terbatas berarti menunjukkan banyak orang-orang tidak mendapatkan cukup cairan dan terancam bahaya menderita heatstroke. Orang-orang juga enggan menggunakan air yang mereka miliki untuk mencuci tangan mereka, menimbulkan kekhawatiran epidemi.

“Tanpa air, kita tidak bisa benar-benar membersihkan apa pun. Kami tidak bisa mencuci apa pun, ”kata seorang pria kepada televisi NHK.

Pemerintah telah mengirim truk air ke daerah bencana, tetapi persediaan masih terbatas.

Lebih dari 70.000 aparat militer, polisi, dan petugas pemadam kebakaran bekerja keras melalui puing-puing dalam pencarian bagi warga yang hilang.

Beberapa tim menyekop lumpur ke dalam karung dan menumpuk karung-karung ke dalam truk. Lainnya menggunakan penggali dan gergaji melalui tanah longsor dan bangunan yang rusak.

Banyak wilayah yang terkubur dalam lumpur berbau seperti limbah dan mulai mengeras, membuat pencarian menjadi lebih sulit.

Bencana yang disebabkan oleh hujan lebat telah menjadi lebih sering di Jepang, mungkin dikarenakan pemanasan global. Puluhan orang tewas setelah hujan yang sama menyebabkan banjir yang sama tahun lalu.

“Ini adalah fakta yang tidak dapat disangkal bahwa bencana semacam ini karena hujan deras, belum pernah terjadi sebelumnya menjadi lebih sering dalam beberapa tahun terakhir,” kata Kepala Sekretaris Kabinet Yoshihide Suga pada konferensi pers di Tokyo.

“Melestarikan kehidupan dan eksistensi ketentraman warga negara kami adalah tugas terbesar pemerintah. Kami menyadari bahwa ada kebutuhan untuk melihat langkah-langkah yang dapat kami ambil untuk mengurangi kerusakan dari bencana seperti ini bahkan sedikit,” tambahnya. (asr)

Oleh Kiyoshi Takenaka dan Issei Kato-Reuters via The Epochtimes

Uni Eropa dan Jepang Dukung Perhitungan Akhir Dagang AS dengan Tiongkok di WTO

oleh Xu Jian

Ketika perang dagang antara Amerika Serikat dengan Tiongkok semakin berkembang, Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) menggelar pertemu di Jenewa pada Rabu (11/07/2018) untuk meninjau kebijakan perdagangan Tiongkok dan menilai apakah dan bagaimana Tiongkok mempertahankan aturan perdagangan multilateral.

Pada hari Rabu, Presiden Trump menerima pernyataan dukungan dari negara sekutu Barat atas kebijakan perdagangan yang ia terapkan kepada Tiongkok. Dalam pertemuan Organisasi Perdagangan Dunia di Jenewa, perwakilan Amerika Serikat mengusulkan untuk melakukan perhitungan terhadap praktik perdagangan tidak adil Tiongkok.

Usulan tersebut langsung didukung oleh Uni Eropa dan Jepang. Tiongkok sekarang berada di bawah tekanan internasional yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Amerika Serikat: “Melakukan perhitungan akhir dengan PKT tidak dapat ditunda lagi”

Organisasi Perdagangan Dunia sedang melakukan peninjauan rutin setiap dua tahunan terhadap kebijakan perdagangan Tiongkok, Ini adalah peninjauan yang ketujuh kalinya sejak Tiongkok bergabung dengan WTO.

Dennis Shea, Wakil Perwakilan Perdagangan Amerika Serikat dan Kepala Misi Jenewa menuduh Tiongkok gagal menerapkan prinsip perdagangan bebas dan menyebabkan “kerugian serius” bagi mitra dagang dunia.

“Mengingat perdagangan internasional sangat terpengaruh oleh kebijakan perdagangan Tiongkok dan itu terus berkembang, serta metode pendekatan perdagangan dan investasi  merkantilis yang dipimpin oleh negara dan PKT telah merugikan para mitra dagang, sehingga dipandang perlu untuk segera membersihkan perilaku tersebut,” kata Dennis.

Dennis Shea mengkritik pemerintah Tiongkok yang memanipulasi ekonomi Tiongkok dan menciptakan hambatan bagi pelaku bisnis di Tiongkok atau perusahaan asing yang bersaing. Beijing menggunakan berbagai cara untuk mendistorsi lingkungan yang kompetitif.

Dennis juga menunjukkan bahwa WTO memiliki keterbatasan, sistem penyelesaian sengketa WTO hanya berfokus pada kebijakan tertentu, dan tidak bisa berbuat banyak jika kebijakan dipimpin pemerintah. Jadi di bawah struktur WTO, butuh waktu lama untuk mengatasi masalah tersebut. “WTO hingga kini belum memberikan solusi untuk mengatasi situasi ini” kata Dennis Shea.

Uni Eropa, Jepang, Australia dan lainnya mengkritik PKT

Laporan Bloomberg menyebutkan bahwa ketika perwakilan AS menuduh PKT mencuri  kekayaan intelektual dan melakukan perdagangan yang tidak adil, UE, Jepang dan negara lainnya menyatakan dukungan.

Dennis Shea mengatakan : “Tiongkok memandfaatkan keanggotaan WTO untuk menjadi salah satu pedagang terbesar di dunia”, “Ini merugikan kepentingan AS dan anggota WTO lainnya”

Duta Besar Uni Eropa untuk WTO, Marc Vanheukelen mengatakan : “Bisnis Uni Eropa terus menghadapi berbagai tindakan tidak adil dari Tiongkok, termasuk menghadapi perampasan hak kekayaan intelektual”

Ia juga menambahkan bahwa masalah hak kekayaan intelektual ini perlu ditekankan, “Karena dengan meningkatnya perhatian Beijing terhadap inovasi dan produksi teknologi tinggi, maka kaitan masalahnya semakin erat”

“Uni Eropa khawatir kalau langkah-langkah ini luas cakupannya, yang mungkin memiliki dampak diskriminatif terhadap perusahaan asing di Tiongkok” kata Marc Vanheukelen.

Amerika Serikat, Jepang, dan Uni Eropa juga menyatakan bahwa peraturan keamanan cyber Tiongkok mengandung unsur diskriminasi terhadap perusahaan asing.

“Transmisi data lintas batas merupakan kondisi penting untuk melakukan bisnis global. Jepang sangat khawatir tentang tanggung jawab pelokalan data dan penilaian keamanan di bawah peraturan keamanan cyber dari pemerintah Tiongkok, karena dapat menyebabkan hambatan pada aliran data yang bebas,” kata pihak Jepang.

Perwakilan Australia menyatakan bahwa pelanggaran hak kekayaan intelektual, terutama menyangkut produk palsu di Tiongkok sampai sekarang masih terus terjadi. (Sin/asr)

Importir Berpeluang Membeli Kedelai AS dengan Harga Rendah Akibat Tiongkok Menolak

oleh Qing Yufei

Epochtimes.id- Tiongkok menaikkan tarif impor terhadap kedelai AS sebagai pembalasan, menekan harganya yang memberikan peluang kepada importir negara lain untuk membelinya dengan harga lebih murah.

Reuters melaporkan bahwa pembeli kedelai Tiongkok sejauh ini hanya menyita 17% dari total pembelian kedelai AS di musim gugur, dibandingkan dengan rata-rata 60% selama dekade terakhir.

Pembeli Tiongkok beralih ke kedelai Brasil, yang sekarang harganya adalah USD. 1,50 per bushel, sementara harga kedelai berjangka AS telah jatuh dalam enam minggu terakhir.

Menurut data Departemen Pertanian AS, kesenjangan harga ini memicu importir dari negara-negara seperti Meksiko, Pakistan, dan Thailand untuk berebut membeli.

Meskipun pembeli Tiongkok memilih mundur, tetapi hingga bulan Juni, jumlah importir asing yang membeli kedelai AS melonjak 27% dibandingkan tahun lalu pembelian mencapai 8 juta metrik ton.

Perubahan dalam pola pembelian kedelai terjadi sejak perang dagang antara AS dengan Tiongkok. Pekan lalu, pemerintah Tiongkok memberlakukan tarif baru yang naik terhadap komoditas AS senilai USD. 34 miliar, komiditasnya termasuk kedelai, kapas, mobil dan lainnya sebagai pembalasan atas kenaikan tarif yang diterapkan oleh Amerika Serikat.

Menurut asosiasi eksportir Anec, eksportir kedelai nomor satu dunia Brazil juga sedang mempersiapkan untuk membeli kedelai dari AS untuk memasok perusahaan pengolah kedelai dalam negeri karena Brasil mengekspor kedelainya ke Tiongkok dengan harga murah. Brasil diperkirakan dapat mengimpor 1 juta ton kedelai dari Amerika Serikat.

Perusahaan pengolah kedelai Brazil mengolah kacang kedelai menjadi minyak nabati dan pakan ternak, biasanya tanpa perlu membeli kedelai AS. Tapi dengan segera, mereka mungkin menemukan bahwa harga kedelai impor dari Amerika Serikat Tengah Barat masih jauh lebih murah daripada membeli kedelai lokal.

“Tampaknya ini tidak masuk akal, tetapi jika harga kedelai berjangka Chicago mendekati level USD. 8,- maka (membeli kedelai dari AS) adalah mungkin,” kata Alessandro Reis, kepala bidang logistik perusahaan CJ Selecta, sebuah perusahaan pengolahan dan perdagangan kedelai Brasil.

Jim Sutter, kepala eksekutif Asosiasi Ekspor Kedelai AS mengatakan bahwa perwakilan dari asosiasi telah bertemu pembeli Asia dan Eropa untuk mendorong mereka membeli kedelai AS.

Sejak awal musim semi tahun ini, Asosiasi Ekspor telah melakukan upaya untuk meningkatkan permintaan kedelai AS di negara-negara seperti Indonesia. Di masa lalu, negara-negara ini biasanya membeli kedelai dari Brasil.

Tiongkok dulu membeli dua pertiga dari ekspor kedelai global dan membeli setengah dari ekspor kedelai AS.

Asosiasi Ekspor Kedelai AS mengundang lebih banyak pembeli dari Eropa, Timur Tengah dan Afrika Utara untuk berpartisipasi dalam konferensi impor dan ekspor tahunan bulan depan.

Harga kedelai Brazil yang melonjak telah mendorong importir Eropa untuk membeli lebih banyak kedelai AS.

Seorang pedagang kedelai Jerman mengatakan bahwa kedelai AS yang dikirim ke Eropa Utara pada bulan Juli dihargai sekitar 372-378 dolar AS per ton, jauh lebih rendah dari harga kedelai Brasil yang 405 dolar AS per ton.

“Cukup besar permintaan kedelai AS secara global. Saya pikir tren ini masih akan berlanjut pada sisa waktu tahun 2018 ini,” katanya. (Sin/asr)

Pemimpin Pasifik Sepakati Skema Kabel Internet Australia, Halangi Tiongkok Masuk

0

SYDNEY — negara-negara Pasifik Papua Nugini dan Kepulauan Solomon telah menandatangani kontrak proyek kabel internet bawah laut bersama, yang didanai sebagian besar oleh Australia, yang mencegah rencana-rencana raksasa telkom Tiongkok Huawei memasang jaringan-jaringannya sendiri.

Pakta yang ditandatangani pada 11 Juli tersebut terjadi ketika Tiongkok mendorong pengaruhnya di wilayah yang dilihat Australia sebagai halaman belakangnya, di tengah hubungan yang memburuk setelah Perdana Menteri Malcolm Turnbull menuduh Beijing ikut campur dalam urusan-urusan negara tersebut tahun lalu.

Australia akan membayar dua pertiga dari biaya proyek, sebesar AU$136,6 juta (US$100 juta), berdasarkan kesepakatan, telah ditandatangani selama kunjungan ke Brisbane oleh Perdana Menteri Solomon Rick Houenipwela dan Perdana Menteri Papua Nugini Peter O’Neill.

“Kami menghabiskan miliaran dolar per tahun untuk bantuan luar negeri dan ini adalah cara yang sangat praktis untuk berinvestasi dalam pertumbuhan ekonomi masa depan dengan para tetangga kami di Pasifik,” kata Turnbull kepada wartawan tentang kesepakatan tersebut.

Proyek, di mana perusahaan telekomunikasi Australia, Vocus Group akan membangun kabel, akan menghubungkan kedua negara tersebut ke daratan Australia, selain menghubungkan ibu kota Solomon Honiara dengan pulau-pulau terluar kepulauan itu.

Selama bertahun-tahun, badan-badan intelijen Barat mengkhawatirkan hubungan Huawei dengan rezim Tiongkok dan kemungkinan bahwa peralatannya dapat digunakan untuk spionase.

Huawei sebagian besar telah ditutup dari pasar raksasa AS atas masalah keamanan nasional. Bisnisnya melayani operator-operator telekomunikasi kecil di pedesaan sekarang beresiko setelah anggota parlemen AS mengangkat masalah tersebut selama sidang Kongres pada bulan Juni.

Australia, memiliki cara yang tenang dan percaya diri untuk melarang Huawei dari jaringan seluler 5G domestiknya atas saran layanan intelijennya, juga telah membatalkan tawaran Huawei untuk pemasangan kabel ke Kepulauan Solomon atas risiko keamanan nasional.

Layanan 5G negara tersebut akan membutuhkan jaringan menara padat yang kemudian akan disewakan ke para penyedia seluler lokal seperti perusahaan telekomunikasi Telstra.

Badan-badan intelijen Australia khawatir jika operator seluler bergantung pada peralatan Huawei, perusahaan Tiongkok dapat mengembangkan cara mengumpulkan data atau bahkan merusak stabilitas jaringan. Undang-undang Tiongkok mengharuskan organisasi-organisasi dan para warga negara untuk mendukung, membantu, dan bekerja sama dengan intelijen Beijing jika diminta. (ran)

ErabaruNews