18 tahun sejak rezim Tiongkok melancarkan kampanye penganiayaan terhadap praktisi spiritual Falun Gong, penganutnya masih disiksa di penjara hanya karena keyakinan mereka.
Ibu Jiao Lili, 47, telah mengalami berbagai macam penyiksaan selama bertahun-tahun ditahan di beberapa lokasi, terakhir di Penjara Wanita Gansu, di mana dia telah dipenjara sejak Mei 2016.
Jiao, penduduk sebuah desa di Kota Qingyang, Provinsi Gansu yang terletak di Tiongkok tengah, adalah seorang praktisi Falun Gong.
Pada bulan November 2001, dia dijatuhi hukuman di Penjara Wanita Gansu setelah dia meletakkan spanduk Falun Gong di tempat umum, menurut situs Minghui.org, yang berfungsi sebagai clearinghouse untuk mendapatkan informasi tentang penganiayaan terhadap Falun Gong.
Setelah dibebaskan, Jiao meninggalkan daerah setempat dan pindah ke Kota Lanzhou dalam upaya untuk melarikan diri dari pihak berwenang.
Pada tahun 2003, dia dijatuhi hukuman lima tahun di Lanzhou Women’s Prison. Dia disiksa di sana dengan tongkat listrik sampai dia pingsan.
Pada tahun 2010, dia kembali ditangkap di Kota Lanzhou. Setelah 36 hari dianiaya, dia dijatuhi hukuman satu setengah tahun di kamp kerja paksa. Namun, kesehatannya sangat buruk sehingga kamp kerja paksa menolak untuk menerimanya.
Pada bulan September 2014, saat dia meninggalkan rumah temannya dimana dia tinggal, polisi setempat membawanya pergi.
Dia kemudian ditahan saat menunggu hukuman di pengadilan. Pada bulan Oktober 2015, dia dijatuhi hukuman delapan tahun penjara di Penjara Wanita Gansu.
Sejak tiba di penjara pada Mei 2016, Jiao telah disiksa dengan berat oleh sesama narapidana atas perintah penjaga penjara.
Pengawal telah memberi para narapidana tersebut sebuah insentif untuk menyiksa praktisi Falun Gong: dengan imbalan hukuman yang dikurangi, narapidana dapat menggunakan metode apa pun yang mereka pilih untuk meminta informasi dari praktisi. Secara khusus, para penjaga menginginkan agar pengikut Falun Gong memberikan nama-nama orang lain di lokasi dimana berlatih Falun Gong. Pihak berwenang kemudian dapat menemukan dan menangkap mereka.
Akibatnya, narapidana akan sering mendorong dan menendang Jiao, memukuli kepala dan punggungnya berulang kali.
Narapidana memaksanya untuk berjongkok di tanah untuk jangka waktu yang lama, menyebabkan kakinya menjadi sangat bengkak. Jika dia sedikit bergerak dari posisinya, narapidana akan mulai memukul dan membentaknya.
Ketika Jiao mengatakan bahwa dia tidak dapat lagi bertahan dalam posisi tersebut, penjaga kemudian menggunakan tongkat listrik tegangan tinggi untuk memukulinya, mengakibatkan luka bakar parah di pinggangnya. Setiap hari, penjaga akan memaksanya untuk menulis kalimat yang mencemarkan nama baik Falun Gong, dalam usaha untuk secara psikologis memaksanya menyerahkan keyakinannya.
Awal tahun ini, saat Jiao bangkit dari tempat tidur, dia jatuh karena kelelahan secara fisik dan emosional, dan sempat mengalami koma.
Jiao dibawa ke rumah sakit penjara untuk pemeriksaan. Tanpa perawatan apapun, dia dibawa kembali ke selnya.
Dia tidak bisa melihat lagi, dan setengah wajahnya ditutupi dengan memar hitam dan biru, lapor Minghui.
Falun Dafa, juga dikenal sebagai Falun Gong, adalah praktik perbaikan diri kuno yang melibatkan meditasi dan hidup sesuai dengan prinsip Sejati, Baik, Sabar. Manfaat praktik terhadap kesehatan fisik dan mental menyebabkan popularitasnya meluas, dengan lebih dari 70 juta pengikut di Tiongkok pada tahun 1999, menurut sebuah survei kenegaraan. Praktisi mengatakan jumlahnya mencapai lebih dari 100 juta.
Karena popularitas Falun Gong dianggap sebagai ancaman bagi ideologi otoriter Partai Komunis Tiongkok. Rezim Tiongkok melancarkan penganiayaan praktisi Falun Gong secara nasional pada bulan Juli 1999. Pusat Informasi Falun Dafa memperkirakan bahwa jutaan pengikut Falun Gong telah ditangkap dan ditahan sejak penganiayaan dimulai.
Penindasan terus berlanjut. Menjelang acara politik besar Tiongkok, Kongres Nasional ke-19, Minghui melaporkan bahwa lebih dari 200 praktisi Falun Gong di Kota Harbin di Tiongkok timur laut telah dilecehkan oleh polisi.
Sementara itu, Minghui mengatakan bahwa situasi Jiao menjadi perhatian besar. (ran)
ErabaruNews