Pada malam tanggal 4 Juli 1947, tiba-tiba dia mendengar ledakan yang lebih keras dari guntur. Saat itu, dia merasa sangat ganjil. Keesokan paginya, dia segera memeriksa ladangnya dan menemukan banyak pecahan logam tak dikenal berserakan di sekeliling ladangnya. seketika dia merasa ada yang tidak beres dan melaporkan ke sheriff setempat.Pejabat Sheriff setempat kemudian segera melaporkannya ke pihak militer setelah mendapat laporan itu. Tak lama kemudian, militer AS segera mengirim petugas profesional untuk memeriksa, yaitu mayor Jesse Marcel.
Serangan Udara Rusia di Kiev Memakan Banyak Korban Jiwa, Carlson Mewawancarai Putin
Rusia pada Rabu (7 Februari) melancarkan serangan udara besar-besaran di ibu kota Ukraina, Kiev, dan kota-kota lain, menewaskan setidaknya lima orang dan melukai hampir 50 orang lainnya
NTD
Pada Rabu pagi, rudal-rudal Rusia menghantam sebuah bangunan tempat tinggal berlantai 18 di Kiev, memicu kebakaran yang menewaskan empat orang.
“Sejauh ini, 40 orang telah dievakuasi, delapan di antaranya berhasil diselamatkan dari reruntuhan,” kata Pavlo Petrov, juru bicara Layanan Darurat Nasional Ukraina.
Pasukan Rusia juga mengebom kota Nikolaev di bagian selatan, meninggalkan kawah besar yang menewaskan seorang warga dan menghancurkan lebih dari puluhan rumah.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan kepada sebuah grup telegram bahwa enam wilayah di negara itu telah diserang oleh pasukan Rusia.
Panglima Angkatan Bersenjata Ukraina Valerii Zaluzhnyi mengatakan bahwa Rusia menembakkan 44 rudal selama serangan tersebut, 29 di antaranya berhasil dicegat oleh pasukan Ukraina, bersama dengan 15 drone.
Sehari setelah serangan tersebut, Perwakilan Tinggi Uni Eropa untuk Urusan Luar Negeri dan Kebijakan, Josep Borrell dan Walikota Kiev, Vitali Klitschko, mengunjungi gedung-gedung dan tempat penampungan yang dihantam rudal. Borelli mengunjungi Ukraina pada 6 Februari untuk mendiskusikan bantuan militer dengan Presiden Zelensky.
Menanggapi serangan tersebut, militer Rusia mengatakan bahwa serangan udara yang diluncurkan pada Rabu menargetkan fasilitas militer dan industri Ukraina, dan membantah menyerang warga sipil Ukraina.
Kremlin mengonfirmasi pada Selasa (6 Februari) bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin telah diwawancarai oleh Tucker Carlson, seorang tokoh media Amerika Serikat yang terkenal.
Carlson mengatakan bahwa wawancara ini akan memberikan gambaran kepada masyarakat Amerika Serikat mengenai pandangan Rusia mengenai perang tersebut. Dia juga berharap untuk mewawancarai Presiden Ukraina Zelenskyy. (hui)
Aksi Pemogokan Lufthansa Berdampak pada 100.000 Penumpang, Menambah Keterpurukan Ekonomi Jerman
Qiao An – NTD
Awak pesawat Lufthansa, maskapai penerbangan terbesar di Eropa, menggelar mogok kerja hingga membatalkan hampir 1.000 penerbangan dan berdampak pada 100.000 penumpang. Perekonomian Jerman berada dalam masalah besar.
Sejak pukul 04.00 pagi pada Rabu (7/2) Pagi, staf maskapai Lufthansa mogok kerja di bandara-bandara utama di Jerman, termasuk Bandara Brandenburg Berlin, Bandara Frankfurt, Bandara Munich, Bandara Hamburg, dan Bandara Dusseldorf, untuk memberikan tekanan kepada serikat pekerja agar bernegosiasi dengan Lufthansa untuk putaran negosiasi upah berikutnya.
Pemogokan ini akan berakhir pada pukul 7.40 pagi Kamis (8/2), namun sekitar 100.000 penumpang terdampak selama sekitar 20 jam pemogokan, dengan 80-90% dari 1.000 penerbangan yang dimulai pada Rabu (7/2) dibatalkan.
Serikat pekerja menuntut Lufthansa untuk memberikan kenaikan gaji sebesar 12,5% kepada 25.000 karyawannya selama 12 bulan ke depan dan membayar tunjangan inflasi sebesar €3.000. Namun demikian, Lufthansa kini telah memberikan janji kenaikan gaji sebesar 13 persen selama tiga tahun.
“Kami akan mengadakan putaran pembicaraan berikutnya dengan Lufthansa pada 12 Februari dan akan terlihat jelas apakah Lufthansa telah memahami sinyal yang kami kirimkan hari ini. Jika mereka tidak menyiapkan penawaran yang lebih baik, para karyawan akan memperpanjang pemogokan,” kata juru bicara serikat pekerja Marvin Reschinsky.
Lufthansa meminta para penumpang yang terkena dampak untuk tidak melakukan perjalanan ke bandara, melainkan memesan ulang penerbangan mereka melalui telepon atau online.
“Dapat dimengerti jika mereka melakukan pemogokan, tetapi tetap saja mengganggu. Banyaknya pemogokan di Jerman benar-benar mengganggu. Saya pikir pemerintah dan perusahaan harus mencari solusi,” kata penumpang asal Jerman, Marco Schmidt.
Perekonomian Jerman telah menderita akibat serangkaian pemogokan dalam beberapa minggu terakhir, dimulai dari kereta api dan transportasi umum, dan sekarang menyebar ke maskapai penerbangan, membuat pemerintah Jerman berada di bawah tekanan yang lebih besar untuk bertahan dalam pemerintahan. (Hui)
Perang Gaza Berkecamuk! Hamas Ajukan Sejumlah Syarat Hingga Israel Bertekad Menghancurkannya
Chen Qian – NTD
Saat perang di Gaza berkecamuk, Qatar dan Mesir secara aktif menjadi penengah dan mengajukan serangkaian tawaran. Hamas telah merespons dengan rencana gencatan senjata selama tiga tahap selama 135 hari.
Rencana gencatan senjata Hamas terdiri dari tiga fase, masing-masing berlangsung selama 45 hari.
Selama 45 hari pertama, Hamas akan membebaskan semua sandera perempuan Israel, sandera laki-laki di bawah usia 19 tahun, serta orang tua dan orang sakit.
Sebelum fase kedua dimulai, kedua belah pihak harus menyelesaikan “negosiasi tidak langsung untuk menyepakati kondisi yang diperlukan untuk mengakhiri operasi militer bilateral dan pemulihan ketenangan secara menyeluruh”.
Sandera laki-laki yang tersisa akan dibebaskan pada tahap kedua, yang akan mengharuskan penarikan penuh Israel dari seluruh Gaza; jenazah korban tewas akan dipertukarkan pada tahap ketiga.
Pada akhir tahap ketiga, Hamas berharap kedua belah pihak akan mencapai kesepakatan untuk mengakhiri perang.
Di bawah rencana gencatan senjata ini, Hamas akan membebaskan sandera yang tersisa yang diculik pada 7 Oktober tahun lalu, sebagai gantinya Israel akan membebaskan para tahanan Palestina. Rekonstruksi Gaza akan dimulai, pasukan Israel akan ditarik sepenuhnya, dan jenazah korban tewas akan dipertukarkan.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken tiba di Israel pada Selasa malam dan kemudian mendiskusikan tawaran tersebut dengan Netanyahu, namun masih ada perbedaan yang signifikan.
Israel sebelumnya telah menegaskan bahwa mereka tidak akan menarik diri dari Gaza atau mengakhiri perang hingga Hamas dihancurkan.
Blinken : “Ada begitu banyak pria, wanita, dan anak-anak tak berdosa yang menderita akibat serangan Hamas, dan kini mereka terjebak dalam baku tembak dengan Hamas. Kita semua berkewajiban untuk melakukan segala yang kita bisa untuk memberikan bantuan yang diperlukan bagi mereka yang sangat membutuhkan.”
Israel melancarkan serangan militer ke Gaza setelah militan teroris yang dikendalikan Hamas di Gaza menewaskan 1.200 orang dan menyandera 253 orang di Israel selatan pada 7 Oktober tahun lalu. Sejauh ini, hanya ada satu gencatan senjata sementara. (Hui)
Kebijakan NATO Trump — Kontroversi, Motif, dan Tujuan
DR Xie Tian
Langkah mantan Presiden AS Donald Trump untuk kembali lagi ke Gedung Putih semakin besar, aspirasi warga AS untuk kembali ke tradisi dan paham konservatif juga semakin jelas.
Dalam beberapa bulan ke depan, pemilu primer Partai Republik pada sebagian besar negara bagian akan berakhir, setelah Trump menjadi capres resmi dari Partai Republik, pada saat berhadapan dengan capres dari Partai Demokrat, kebijakan dalam maupun luar negeri Trump, mulai dari ekonomi, sosial, militer, akan dikeluarkan satu demi satu.
Tapi, sebelum Trump mempublikasikan program politiknya secara resmi, sebagian kebijakan luar negeri dan pandangannya terhadap NATO telah menimbulkan gejolak. Mengklarifikasi maksud tujuan dari kebijakan NATO Trump, kontroversi di seputar kebijakannya, memastikan motif Trump, dan memahami tujuan akhir kebijakan Trump, seharusnya mutlak untuk dilakukan.
Pada 12 Februari lalu Trump mengkritik keras NATO, mengatakan pada masa pemerintahannya di Gedung Putih, ia pernah membuat NATO menjadi sekuat sekarang ini, dengan memaksa anggota NATO membayar lebih banyak untuk mencapai sasaran anggaran belanja pertahanan negara NATO. Ia mendesak anggota NATO memiliki “kedudukan yang setara, dulunya seperti itu, sekarang pun tetap seperti itu”.
Dalam situsnya “Truth Social” Trump mengunggah artikel, “Waktu itu, saya memberitahukan 20 negara yang masih menunggak pembayaran iuran keanggotaannya untuk harus membayar, bila tidak maka mereka tak akan memperoleh perlindungan militer dari AS, setelah itu uang pun terus mengalir masuk.”
Yang sangat disayangkan adalah, pemandangan indah yang tampak setelah bertahun-tahun AS menanggung biaya itu, tidak bertahan lama. Di masa pemerintahan Biden, tidak ada orang memaksa negara Eropa untuk membayar, dana di dalam kas NATO pun kembali menyusut drastis.
Selama Trump menjabat, beberapa kali ia mengancam akan mundur dari NATO dan beberapa kali menekan negara anggota NATO, dan menuntut mereka agar menganggarkan 2% dari PDB negaranya untuk anggaran pertahanan negara berdasarkan kesepakatan NATO.
Tetapi dari 31 negara NATO sebanyak 20 anggotanya belum merealisasikan target ini, hal ini yang selama ini menjadi akar ketegangan antara AS dengan NATO, padahal selama ini angkatan bersenjata AS adalah kekuatan utama NATO. Berdasarkan penuturan NATO, hanya 11 negara anggota yang mencapai sasaran anggaran belanja itu.
Sekjend NATO Jens Stoltenberg baru-baru ini menyatakan, dari 31 negara anggota setidaknya setengahnya diperkirakan akan mencapai angka ini pada tahun 2024, sedangkan pada 2022 lalu hanya 7 negara yang mencapai angka tersebut.
Dilihat dari angka terakhir ini (2023), anggaran militer AS sebesar 3,49% dari PDB, jauh melampaui rata-rata anggota NATO lain yang berpendapatan tinggi. Di antara negara yang paling kaya dan makmur, angka yang paling mendekati AS adalah Inggris yakni 2,07%, telah melampaui level 2% persyaratan NATO.
Negara lain yang memenuhi standar mayoritas malah negara Eropa Timur yang tingkat kemakmurannya agak rendah, seperti Polandia (3,9%), Yunani (3,01%), Rumania (2,44%), dan Hungaria (2,43%). Jerman yang makmur hanya 1,57% dan Italia hanya 1,46%. Walaupun belum kembali ke Gedung Putih, tapi Trump telah secara langsung memperingatkan, jelas telah berefek.
Sekjend NATO Jens Stoltenberg pada 14 Februari lalu menyatakan, diperkirakan sebanyak 18 negara NATO akan merealisasikan anggaran belanja militernya sampai 2% dari PDB negaranya, hal ini pun mendapat sambutan positif dari Kemenlu AS.
Di kota-kota dan lingkungan komunitas di AS, distrik kepolisian yang memiliki anggota polisi dan penjaga keamanan dengan anggaran yang memadai dan jumlah personel yang cukup dengan perlengkapan yang baik dan terawat, selalu lebih aman dan membuat warganya lebih tenang, dibandingkan distrik yang terbatas dalam hal anggaran, personalia, dan perlengkapan, Perlindungan keamanan membutuhkan biaya, hasilnya akan berbanding lurus dengan investasi. Memerintah negara besar ibarat memasak kuliner, prinsip yang sama juga berlaku bagi lingkungan komunitas, bagi kota, juga bagi negara.
Dalam pidato kampanyenya Trump memberitahukan massanya bahwa seorang pemimpin negara anggota NATO pernah menyatakan kepadanya, jika belum memenuhi kewajiban finansialnya terhadap NATO, maka saat negara tersebut diserang oleh Rusia apakah tetap akan mendapatkan perlindungan NATO? Menjawab pertanyaan ini, Trump mengatakan tidak hanya tidak akan melindungi negara tersebut, bahkan akan mendorong Rusia “berbuat sekehendak hati”.
Mulai dari Sekjend NATO sampai juru bicara Gedung Putih, dari Presiden Dewan Eropa sampai Menhan Polandia, dengan cara berbeda semuanya mengkritik pernyataan Trump tersebut. Judul di surat kabar New York Times lebih heboh lagi, “Lebih berpihak pada musuh daripada sahabat, Trump mengancam menggulingkan ketertiban dunia.” Trump sama sekali tidak sungkan, juga tidak mengalah, pada platform media sosialnya secara gamblang ia menjelaskan, “Di bawah kondisi tiada harapan memperoleh imbalan, atau tidak ada syarat tambahan”, AS tidak akan membantu negara manapun dengan uang!
Pandangan Trump terhadap NATO selama bertahun-tahun ini telah membuat masyarakat dunia memahaminya. Trump berpendapat, banyak negara sekutu AS yang “kurang setia kawan”, tidak menghargai persahabatan dan tidak tulus menjalankan perjanjian aliansi, kebijakan sejumlah negara terhadap NATO bahkan dicemooh Trump, banyak di antara negara sekutu yang dianggap “kurang setia kawan” oleh Trump, juga berada dalam aliansi militer NATO.
Para negara sekutu yang “kurang setia kawan” itu telah memanfaatkan pengorbanan AS, kekuatan AS, dan perlindungan AS, tapi tidak mau memberikan balasan apapun, sebaliknya dalam masalah besar, mereka justru diam-diam berkonspirasi atau berpihak pada PKT untuk menentang AS.
NATO memang bukan aliansi yang dibangun berdasarkan iuran negara anggotanya, ini adalah pakta militer terbesar dalam sejarah, yang didirikan untuk menghadapi ancaman rezim komunisme Uni Soviet; pondasinya adalah pertahanan bersama, dimana apabila suatu negara diserang berarti telah menyerang semua negara anggota, inilah prinsip pada artikel ke-5 perjanjian NATO.
Namun di mata penulis, niat awal didirikannya NATO adalah untuk melawan Pakta Warsawa, melawan ekspansi komunisme di seluruh dunia dan ancamannya terhadap masyarakat Barat. Tetapi Pakta Warsawa telah bubar, rezim sosialisme Eropa Timur dan bekas Uni Soviet juga telah runtuh, setelah pusat komunisme global beralih ke PKT yang berada di Timur, NATO tidak segera melakukan penyesuaian strategi, melainkan masih terus mengarahkan ujung tombaknya terhadap Rusia yang sudah bukan negara komunis lagi, dan seakan tak melihat ancaman yang lebih besar dan lebih menyeluruh dari rezim komunisme PKT, bahkan masih berdansa bersama PKT di bawah godaaan keuntungan ekonomi di Tiongkok. Setelah memahami hal ini, maka akan bisa menyelami ketidakpuasan Trump terhadap NATO, sebenarnya ini memiliki latar belakang sejarah internasional yang lebih mendalam.
Opini sayap kiri secara keliru telah memotivasi, keamanan Eropa “ditentukan oleh keberhasilan Ukraina”, atau setidaknya ditentukan oleh “kemampuan Eropa dalam mencegah dan mengikis kekuatan serangan Rusia yang berkesinambungan”.
Orang-orang yang mulai berpikiran jernih, dan tidak lagi tertipu oleh berita palsu yang sengaja dibuat oleh para media massa arus utama, telah semakin menyadari satu hal bahwa dua negara (AS dan Rusia) yang memiliki gudang senjata nuklir terbesar di dunia tidak mungkin akan mengalami konflik, karena begitu terjadi konflik, akan meningkat dengan cepat, akan berubah menjadi perang nuklir global, dan akan membuat seluruh manusia menjadi musnah. Selama beberapa dekade, perjanjian “Kepastian Saling Menghancurkan” (MAD) antara AS dengan Uni Soviet di masa Perang Dingin, hingga kini masih tetap begitu nyata.
Bahkan media massa arus utama sayap kiri pun mengakui, Moskow tidak akan, juga tidak mungkin akan berinisiatif melakukan invasi menyeluruh terhadap pakta militer terbesar dalam sejarah yakni NATO, Rusia juga tidak akan tiba-tiba membombardir Inggris atau Prancis.
Banyak akademisi Barat yang berakal sehat, seperti akademisi Inggris Mark Galeotti yang mendukung Ukraina juga mengakui, Rusia tidak berniat menginvasi Polandia atau tiga negara Laut Baltik atau negara Uni Eropa lainnya.
Putin mungkin tengah menjajaki, memprovokasi, dan menguji garis merah lawannya, serta menguji persiapan perang negara-negara di garis depan NATO, tapi tujuan strategi utamanya adalah bertahan.
Tujuan NATO adalah mencegah Rusia berekspansi ke barat, dan tujuan Rusia adalah mencegah NATO berekspansi ke timur. Di dalam keseimbangan militer dan konfrontasi strategis seperti ini, yang tercipta justru adalah kerangka global yang paling aman.
Tetapi ibarat rubah menangkap kelinci, harimau sudah mengincar rubah dari belakang, Rusia bukan rezim komunisme, paling-paling hanya suatu pemerintah otoriter yang memiliki taring berupa senjata nuklir, dan rasa nasionalisme yang berlebihan, NATO dan AS yang telah salah membidik sasaran, jika masih terus berseteru dengan Rusia, maka mereka akan melewatkan ancaman terbesar dan terakhir bagi masyarakat manusia, yakni rezim komunis Tiongkok.
Saat ini, konflik Rusia-Ukraina yang diprovokasi oleh Deep State dan kubu pan-internasionalisme telah mulai menginjak tahun ketiga, Putin telah berhasil menyelaraskan fokus ekonomi dan sosial dalam kondisi perang, dan Rusia telah memasuki pola ekonomi perang seperti periode PD-II dulu, bisa mendukung operasi militernya dalam jangka panjang dengan sumber dayanya yang besar, kemampuan risetnya, potensi militernya, serta kedalaman strategisnya. Kemajuan Rusia berikutnya di Zaporizhia, mungkin akan membuat Rusia memasuki Kherson, lalu Kharkiv, Nikolaev, dan Odesa di pesisir Laut Hitam, sehingga akan menyisakan Ukraina benar-benar menjadi negara yang terkurung daratan.
Ketidakpuasan AS dengan anggaran militer sekutu NATO di Eropa yang lebih rendah dari level 2% dari PDB, bukan masalah yang baru muncul beberapa tahun terakhir ini saja, beberapa presiden AS terdahulu juga sedikit banyak telah menyinggungnya, hanya saja pernyataan Trump-lah yang lebih lugas dan terang-terangan.
AS tidak bersedia menanggung berlebihan beban pertahanan negara sekutu Eropa, hal ini sangat dipahami oleh pihak Eropa, sehingga muncullah ungkapan NATO telah “mati otak” dari Presiden Prancis Emmanuel Macron pada 2019 lalu. Faktanya untuk AS mundur dari NATO, juga harus ada persetujuan DPR.
Pada Desember 2023 lalu, DPR AS telah meloloskan undang-undang, untuk mencegah Presiden AS memutuskan keluar dari NATO. Presiden harus memperoleh persetujuan dari dua pertiga anggota kongres, atau kedua kamar kongres mengesahkan undang-undang, barulah AS bisa meninggalkan aliansi militer ini.
Garis besar program kebijakan pemerintahan baru Trump telah terlihat. Seiring dengan semakin dekatnya Trump dengan pencalonan dirinya pada Partai Republik, menurut penuturan nara sumber, Trump telah membentuk tim kerjanya, menetapkan kebijakan baru setelah terpilih menjadi presiden. Berita di Associated Press menyebutkan, kebijakan baru Trump terutama meliputi:
1. Menghancurkan Deep State secara tuntas, puluhan ribu staf federal akan diberhentikan, khususnya birokrasi korup di dalam sistem peradilan AS yang dipersenjatai, serta para pelaku korup di dalam lembaga keamanan nasional dan badan intelijen AS. Trump akan menuntut para staf federal harus lulus ujian pegawai negeri, serta memberantas para pejabat yang membocorkan rahasia;
2. Merombak kebijakan imigran, melakukan aksi pengusiran imigran gelap berskala terbesar sepanjang sejarah AS, memberlakukan kembali larangan perjalanan terhadap negara yang terlibat terorisme;
3. Menginisiasi kembali perang dagang terhadap RRT, memberlakukan tarif masuk 10% terhadap mayoritas produk impor dari negara asing, dan memberlakukan tarif masuk hingga 60% bahkan lebih tinggi lagi terhadap produk impor dari Tiongkok. Cara ini akan secara bertahap mengeliminasi produk impor dari RRT, termasuk produk elektronika, besi baja, dan obat-obatan;
4. Trump akan berusaha menghentikan perang Rusia-Ukraina, dan mengakhiri aliran kekayaan AS ke Ukraina; 5. Trump akan meninjau kembali visi dan misi NATO, menilai kebutuhan eksistensinya dan apabila akan dilanjutkan, akan ditetapkan kembali sasaran yang benar.
Tujuan Trump yang lain juga termasuk menjadikan AS sebagai negara dengan biaya sumber energi dan listrik termurah di dunia, akan memperbanyak eksplorasi minyak bumi di lahan publik, dan akan memberikan pengurangan pajak bagi produsen penghasil gas alam dan batu bara; menggulingkan subsidi pemerintahan Biden untuk mobil listrik, mengundurkan diri dari “Persetujuan Paris”, dan berhenti memberi subsidi tenaga angin; mendorong pengiriman pasukan Garda Nasional ke kota-kota besar di AS yang kerap terjadi tindak kekerasan; serta membuat pemerintah federal mengambil alih kawasan Washington, untuk membersihkan tuntas “perangkap kematian yang kotor dan kriminalitas yang merajalela itu”.
Bisa dilihat bagaimana kebijakan NATO Trump itu memicu “kontroversi”, yang pada dasarnya adalah pembicaraan konyol, yang hanya dijadikan sebagai alasan baru bagi kaum sayap kiri radikal untuk menyerang Trump dan menyerang kaum konservatif.
Motif kebijakan Trump terhadap NATO, adalah bagian dari konsep pengabdian pemerintahannya untuk membuat AS menjadi kuat lagi, adalah sikap AS untuk melindungi kedaulatan AS, membuat pemerintahan AS kembali bersih, dan perekonomian AS kembali makmur, agar musuh-musuh AS tidak mengambil keuntungan ekonomi dari AS, membuat bangkrut permasalahan iklim pemerintah dunia yang absurd, supaya dunia kita ini lebih damai, hanya itu saja.
Sedangkan tujuan akhir Trump adalah, sekarang sepertinya terlihat semakin jelas, yakni membuat AS menjadi kuat, membuat Eropa meningkatkan kekuatannya sendiri, dan menyapu bersih pengaruh kaum sayap kiri yang ugal-ugalan, serta membuat PKT musnah. (sud/whs)
AS Kembali Memveto Rancangan Resolusi Dewan Keamanan PBB Tentang Gencatan Senjata Israel – Hamas
oleh Xia Yu
Amerika Serikat pada Selasa (20 Februari) kembali memveto rancangan resolusi Dewan Keamanan PBB mengenai gencatan senjata antara Israel dengan Hamas, malah mendesak Dewan Keamanan untuk meminta Hamas segera melepaskan sandera.
Tiga belas anggota Dewan Keamanan memberikan suara pada hari Selasa untuk mendukung rancangan resolusi gencatan senjata yang awalnya diusung oleh Aljazair. Sementara itu Inggris abstain dalam pemungutan suara tersebut, sedangkan AS untuk ketiga kalinya memveto resolusi tersebut.
Linda Thomas-Greenfield, Dubes AS untuk PBB mengatakan pada Sabtu (17 Februari) bahwa Amerika Serikat akan memveto rancangan resolusi tersebut karena khawatir rancangan resolusi ini akan membahayakan perundingan antara Amerika Serikat, Mesir, Israel dan Qatar yang bertujuan untuk menengahi moratorium perang dan pembebasan sandera.
Dia mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB pada hari Selasa bahwa resolusi yang diusulkan oleh Aljazair akan berdampak negatif terhadap negosiasi sensitif yang sedang berlangsung di wilayah tersebut.
Linda Thomas-Greenfield mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB sebelum pemungutan suara dimulai : “Menuntut gencatan senjata segera dan tanpa syarat tanpa perjanjian yang mengharuskan Hamas melepaskan sandera tidak akan menghasilkan perdamaian yang langgeng. Sebaliknya, hal itu dapat memperpanjang konflik antara Hamas dengan Israel”.
Resolusi yang dirancang oleh Aljazair dan diveto oleh Amerika Serikat tidak mengaitkan gencatan senjata dengan pembebasan sandera. Perjanjian tersebut memisahkan antara gencatan senjata kemanusiaan dengan pembebasan semua sandera secara langsung dan tanpa syarat.
“Hanya menyerukan gencatan senjata, sebagaimana resolusi ini, tidak akan mencapai tujuan tersebut,” kata Barbara Woodward, Dubes Inggris untuk PBB kepada Dewan Keamanan PBB usai pemungutan suara.
“Cara untuk menghentikan pertempuran dan berpotensi mencegah terjadinya lagi pertempuran adalah dengan terlebih dahulu menghentikan tembakan untuk menyelamatkan para sandera dan memberikan bantuan,” katanya.
Amerika Serikat telah mengusulkan rancangan resolusi yang menyerukan gencatan senjata sementara dalam perang Israel dengan Hamas dan menentang serangan darat besar-besaran Israel di Rafah, menurut teks yang dilihat oleh Reuters pada hari Senin. Rancangan resolusi AS ini mengusulkan pemberikan waktu untuk negosiasi dan tidak akan terburu-buru melakukan pemungutan suara.
Presiden Joe Biden melakukan panggilan telepon dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pekan lalu, dan rancangan resolusi AS sejalan dengan himbauan Biden.
Rancangan resolusi AS akan meminta Dewan Keamanan untuk “menekankan dukungan bagi gencatan senjata sementara yang cepat di Gaza, berdasarkan pembebasan semua sandera, dan menyerukan penghapusan semua hambatan yang terjadi terhadap pengiriman bantuan kemanusiaan”.
Usai pemungutan suara hari Selasa, Linda Thomas-Greenfield mengatakan : “Melakukan pemungutan suara hari ini hanyalah angan-angan dan tidak bertanggung jawab, jadi meskipun kami tidak dapat mendukung resolusi yang akan membahayakan negosiasi sensitif, kami berharap dapat terlibat dalam rancangan resolusi lainnya yang kami yakini ini dapat mengatasi lebih banyak masalah yang menjadi perhatian kita semua.”
Ini adalah kedua kalinya sejak 7 Oktober tahun lalu, Amerika Serikat mengajukan resolusi versi AS dalam menangani masalah Gaza ke Dewan Keamanan. Akhir bulan Oktober tahun lalu, Tiongkok dan Rusia telah memveto resolusi pertama AS tersebut. (sin)
Pilot Helikopter Tempur Rusia yang Membelot ke Ukraina Mati Tertembak Berkali-Kali di Spanyol
NTD
Selama perang Rusia – Ukraina, seorang pilot Rusia yang membelot ke Ukraina dengan helikopter tahun lalu kemudian tinggal di Spanyol dengan nama samaran dan paspor Ukraina. Pekan lalu ia ditemukan tewas dengan tubuh penuh lubang peluru di tempat parkir bawah tanah sebuah gedung apartemen.
Sesosok jenazah ditemukan di Villajoyosa, sebuah kota kecil dekat kota Alicante Spanyol selatan. Polisi Spanyol awalnya mengira kasus ini terkait dengan perselisihan antar geng dan tidak merinci identitas mendiang.
Belakangan baru mengetahui bahwa identitas dan latar belakang pria tersebut tidak biasa. Sumber Guardia Civil Spanyol mengatakan kepada Reuters bahwa pria tersebut mungkin tinggal di Spanyol dengan identitas palsu.
Mendiang adalah Maxim Kuzminov, seorang pilot Rusia yang tiba di Ukraina dengan helikopter tempur Mi-8 pada bulan Agustus tahun lalu kemudian memilih tinggal di Spanyol dengan nama samaran juga paspor Ukraina.
Surat kabar Inggris “The Guardian” mengutip laporan media Rusia dan Spanyol memberitakan bahwa Maxim Kuzminov meninggal dunia karena ditembak 12 kali oleh pria bersenjata yang belum diketahui. Menurut laporan media Rusia, Kuzminov ditembak dan dibunuh dengan sedikitnya lima peluru di tubuhnya.
“La Informacion” adalah surat kabar Spanyol yang pertama kali melaporkan insiden tersebut, menyebutkan bahwa para penyelidik sedang mencari dua tersangka yang melarikan diri dengan mobil kemudian ditemukan terbakar di kota terdekat.
Media Ukraina “Ukrainska Pravda” juga melaporkan bahwa Maxim Kuzminov mengalami penembakan dan tewas.
Pembelotan Kuzminov ke Ukraina tahun lalu dianggap sebagai keberhasilan bagi pemerintah Kiev. Badan Intelijen Kementerian Pertahanan Ukraina pada saat itu menjelaskan proses yang menyebabkan pembelotannya. Dan operasi ini tidak hanya melibatkan perolehan helikopter Mi-8, tetapi juga dokumen berharga dan peralatan teknis rahasia.
Jika kematian Kuzminov terkonfirmasi, mungkin pelakunya adalah Kremlin Rusia.
Di waktu lalu, para pembunuh bayaran Kremlin telah melakukan berbagai misi pembunuhan di seluruh Eropa. Pemimpin oposisi Rusia Alexei Navalny meninggal dalam penjara Arktik pekan lalu. Penyebab kematiannya belum dapat diketahui. Pada 19 Februari, Jandanya Yulia Navalnaya menuduh Presiden Rusia Vladimir Putin melakukan pembunuhan terhadap suaminya.
Beberapa komentator Rusia yang dekat dengan Kementerian Pertahanan Rusia mengklaim bahwa berita tentang penembakan dan kematian Maxim Kuzminov adalah dibuat-buat oleh badan intelijen Ukraina. (sin)
G7 Bahas Isu Krisis Laut Merah, Uni Eropa Meluncurkan Operasi Pengawalan Kapal
NTD
Pada Selasa (20 Februari), menteri transportasi negara-negara anggota G7 mengadakan pertemuan online untuk membahas isu krisis jalur pelayaran kapal perdagangan di Laut Merah karena meningkatnya serangan kelompok bersenjata Houthi, Yaman. Belum lama ini, Uni Eropa mengumumkan partisipasinya dalam operasi keamanan dengan kubu penjaga perairan di Laut Merah.
Menurut Voice of America, pada 20 Februari pukul 12 siang GMT, menteri transportasi negara-negara anggota G7 mengadakan pertemuan online untuk membahas isu krisis Laut Merah dan dampaknya terhadap pelayaran. Negara-negara yang berpartisipasi dalam pertemuan tersebut termasuk Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Perancis, Italia, Kanada dan Jepang.
Menurut laporan Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, Transportasi dan Pariwisata Jepang, bahwa para pejabat dari negara-negara G7 yang menghadiri pertemuan tersebut telah berbagi informasi dan mendiskusikan kemungkinan pernyataan dalam rangka mengatasi kejadian tersebut bersama-sama dengan Uni Eropa, Organisasi Maritim Internasional dan Forum Transportasi Internasional.
Sehari sebelumnya (19 Februari), Uni Eropa mengumumkan peluncuran “operasi pertahanan keamanan maritim” (Eunavfor Aspides) yang akan mengambil tindakan praktis untuk memulihkan dan menjaga kebebasan navigasi di Laut Merah.
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell mengatakan dalam sebuah pernyataan : “Uni Eropa sedang mengambil tindakan cepat yang diperlukan guna memulihkan keamanan dan kebebasan navigasi di jalur laut yang sangat strategis.”
Menurut pernyataan itu, rencana operasional tersebut akan mencakup, dalam lingkup tugas pertahanan, memberikan informasi kepada kapal-kapal di jalur air mengenai situasi maritim, serta “mengawal kapal dan melindungi mereka dari kemungkinan serangan multi-ranah di laut.”
Operasi tersebut akan diterapkan di sepanjang jalur komunikasi laut utama di Selat Bab al-Mandab dan Selat Hormuz, serta di perairan internasional Laut Merah, Teluk Aden, Laut Arab, Teluk Oman dan Teluk Persia.
Pernyataan itu tidak merinci berapa banyak kapal yang akan dilibatkan dalam operasi tersebut. Namun, menurut Voice of America, diplomat Uni Eropa sebelumnya pernah mengungkapkan bahwa sebagai bagian dari “Kebijakan Keamanan dan Pertahanan Bersama” (CSDP) UE, tiga kapal yang dikomandoi Uni Eropa pada awalnya akan dilibatkan langsung dalam operasi yang disebutkan di atas.
Dalam kenyataannya, sejak awal bulan Februari tahun ini, Jerman telah mengirimkan fregat antipesawat untuk ikut bertugas menjaga perairan di Laut Merah. (sin)