Wang He
2024, Tiongkok dan dunia akan memasuki tahun dengan ketidakpastian tinggi, dengan risiko dan krisis sebagai kata kuncinya. Penulis berpendapat bahwa semua lapisan masyarakat di daratan Tiongkok harus memperhatikan tiga misteri besar di Tiongkok berikut ini dan seyogyanya membuat rencana yang matang untuk menghadapinya.
Pertama, apakah wabah berskala besar akan terjadi lagi di Tiongkok?
Meskipun, keadaan darurat pandemi COVID-19 telah berakhir di lingkup internasional (diumumkan oleh WHO pada 5 Mei 2023). Namun, situasi epidemi di Tiongkok sangat berbeda dengan di negara lain.
Dimulai sekitar Oktober 2022 lalu (dalam rangka Kongres Nasional Partai Komunis Tiongkok ke-20), epidemi ini merebak di Tiongkok, dengan tingkat infeksi mencapai 80% hingga 90%, jauh lebih tinggi daripada rata-rata dunia, dan tiga kali lipat dari Amerika Serikat; terlebih lagi, jumlah korban tewas sangat besar, krematorium sibuk selama 24 jam sehari, dan hingga saat ini PKT tidak mengumumkan jumlah kematian. Anehnya, hingga Januari 2023, epidemi tersebut sepertinya telah mereda secara tiba-tiba. Lantas pada 16 Februari 2023, Komite Tetap Biro Politik Komite Sentral PKT buru-buru mengklaim bahwa mereka telah “mencapai kemenangan besar yang menentukan dalam pencegahan dan pengendalian epidemi”.
Namun sesungguhnya, epidemi ini belum pernah hengkang dari Tiongkok, virus tersebut hanya bertiarap untuk sementara waktu. Mulai Agustus 2023, rumah sakit anak-anak di seluruh Tiongkok kembali mengalami lonjakan jumlah pasien; gelombang “yang sangat dahsyat” mulai muncul pada awal Oktober, dan fenomena rumah sakit yang penuh sesak selama pandemi telah muncul lagi di banyak tempat. Pada 22 November 2023, WHO mengajukan permintaan resmi ke Tiongkok untuk memberikan detail kondisi mengenai penyakit pernapasan pada anak-anak dan peningkatan kasus pneumonia cluster pada anak-anak yang dilaporkan.
Program Pengawasan Penyakit Baru (ProMED), sebuah organisasi yang memantau wabah penyakit global, telah dua kali mengeluarkan peringatan, dan dengan jelas menyatakan bahwa wabah di Tiongkok adalah “penyakit pernapasan yang tidak teridentifikasi”, yang berbeda dari “pneumonia mikoplasma”, sebutan resmi dari pemerintah RRT. Pakar virus asing juga terus mengingatkan: PKT kembali menyembunyikan realita. Sebuah sumber internal yang dekat dengan para petinggi Partai Komunis Tiongkok menyatakan bahwa untuk menutupi epidemi ini, pemimpin PKT secara eksplisit memerintahkan agar media tidak diperbolehkan menyebut penyakit itu sebagai “virus corona baru”. Oleh karena itu, pengujian patogen yang dilakukan pada pasien di banyak rumah sakit RRT tidak menggolongkannya sebagai “virus corona baru” sama sekali.
Pada awal epidemi (tahun 2020), masih ada mendiang dr. Li Wenliang, Fang Bin dan lainnya yang “melaporkan” dan mengungkap kebenaran, dan pekerja medis Tiongkok juga memberikan sejumlah besar data dalam makalah penelitian ilmiah yang diterbitkan di jurnal internasional; namun, selama tiga tahun ini, PKT telah memperketat lebih lanjut blokade informasinya, dan semakin maha sulit bagi pihak luar untuk memperoleh informasi. Bagaimana epidemi ini akan berkembang di Tiongkok pada tahun 2024 ini? Bagaimanakah situasi sebenarnya? Ini adalah misteri terbesar. Dari sudut pandang tertentu, situasi masyarakat Tiongkok lebih berbahaya dibandingkan tahun 2020 lalu.
Kedua, akankah pemimpin PKT mengalami sesuatu yang tidak terduga?
Ada dua kemungkinan terjadinya sesuatu yang tak terduga pada pemimpin Partai Komunis Tiongkok. Salah satunya adalah kudeta mendadak, dan pemecatan sang pemimpin partai. Pada Kongres Nasional ke-20 Oktober 2022, Xi “menghabisi faksi Liga Pemuda Komunis” dan mengusir mantan pimpinan PKT Hu Jintao (2002-2012) sebagai pemimpin faksi Liga Pemuda Komunis, dari dalam gedung kongres, maka sejak saat itu faksi Kroni Xi mendominasi Biro Politik Komite Sentral dan tampaknya telah mencapai puncak kekuasaan.
Akan tetapi, pada tahun berikutnya, situasi politik RRT menjadi sangat kacau, mulai dari perekonomian Tiongkok yang berantakan hingga tim Dewan Negara baru PM Li Qiang yang tidak berdaya, hingga pembersihan tingkat tinggi Angkatan Roket serta pemecatan Menteri Pertahanan Li Shangfu, Menteri Luar Negeri Qin Gang yang karirnya melejit hingga “dihilangkan” dan dipecat, dan lain lain, ini menunjukkan bahwa telah terjadi pertarungan besar di dalam internal faksi Kroni Xi, rasa curiga yang berlebihan dari Xi Jinping membuat semua orang merasa ketar-ketir, dan kekuatan anti-Xi diam-diam telah bekerja sama serta menunggu peluang, semakin lama drama kudeta ini tertunda, maka kemungkinan akan semakin bergejolak.
Kedua, ketua partai sakit parah atau meninggal mendadak. Beberapa tahun terakhir, kondisi kesehatan Xi Jinping berulang kali menarik perhatian dunia luar. Misalnya, pada Mei 2022 lalu, media Inggris mengabarkan bahwa Xi Jinping menderita aneurisma otak dan sebagai akibat dari pendarahan otak harus dilarikan ke rumah sakit untuk perawatan darurat, namun, ia bersikeras tidak mau menjalani operasi dan hanya bersedia menerima pengobatan tradisional Tiongkok; contoh lainnya adalah pada Agustus 2023, Xi Jinping menghadiri KTT BRICS, ketika turun dari pesawat, ia nampak “terhuyung-huyung aneh”, dan wajahnya kuyu, serta tiba-tiba membatalkan pidato malam harinya. Sebagai negara otoriter, kondisi fisik pemimpin puncak adalah rahasia tertinggi negara, dan sulit bagi dunia luar untuk mengetahui secara pasti. Namun, dilihat dari pertarungan terbuka dan terselubung antara PM Li Qiang dan Cai Qi (Sekretaris Komite Partai mewakili Beijing dan anggota Politbiro Partai Komunis Tiongkok yang belakangan ini karirnya menanjak, Red.), kemungkinan besar pertarungan “penerus/suksesor” telah dimulai secara diam-diam di dalam faksi Kroni Xi.
Dari sisi lain, di bawah trend “Langit memusnahkan PKT”, Xi Jinping bertekad untuk melindungi partai dan hingga saat ini masih melanjutkan pelanggaran berat HAM yakni penganiayaan terhadap Falun Gong, yang mempraktikkan Sejati – Baik – Sabar, apabila pada 2024 ini tindakannya semakin berlawanan dengan hukum Tuhan, padahal ada peribahasa Tiongkok yang berbunyi “perhitungan manusia tidak se-sempurna perhitungan Tuhan” dan “Jika manusia tidak mengurus, Tuhanlah yang akan mengurus”, betapapun canggihnya iptek ilmu kedokteran modern, juga tidak dapat mencegah manusia jatuh sakit dan meninggal akibat ulahnya sendiri.
Mantan pimpinan PKT Jiang Zemin (1989-2002) dan mantan PM Li Keqiang keduanya meninggal satu demi satu, apakah tidak ada yang berikutnya? Peramal Inggris Parker berkata: “(2024) Xi Jinping sakit parah dan dirahasiakan, tetapi hal itu menyebabkan “revolusi kedua”, kemudian partai komunis terpecah, timbul kekacauan, dan Xi Jinping lengser! Tapi ia tidak mati.”
Ketiga, akankah PKT merebut Taiwan?
Pada 15 November 2023 lalu, dalam kesempatan KTT APEC, Tiongkok dan Amerika Serikat mengadakan pertemuan Xi dan Biden. Menurut pejabat senior di pemerintahan Biden, Xi Jinping menyatakan: “Saya mendengar laporan dari media AS bahwa Tiongkok berencana mengambil tindakan militer (untuk menyatukan Taiwan) pada tahun 2027 atau 2035”, “tidak ada rencana seperti itu. Juga tidak pernah ada orang yang mengatakan seperti ini kepada saya.” Namun, Kantor Berita Xinhua melaporkan bahwa Xi Jinping juga menekankan: “Tiongkok pada akhirnya akan bersatu kembali dan pasti akan bersatu kembali.”
Dalam pesan Tahun Baru 2024 yang disampaikan pada Malam Tahun Baru, Xi Jinping menegaskan bahwa persatuan adalah sebuah kepastian sejarah. Ini ada banyak penafsiran. Namun, baik Reuters maupun Associated Press percaya bahwa kata-kata Xi mengenai Taiwan lebih keras dibandingkan tahun lalu, dan Voice of America percaya bahwa “waktunya juga cukup sensitif.” Karena Taiwan akan mengadakan pemilihan presiden dan legislatif lagi pada 13 Januari, dan hasil pemilihan tersebut mungkin memiliki dampak yang menentukan terhadap hubungan Taiwan-Daratan Tiongkok. Perhatian dan keterlibatan (cawe-cawei) Partai Komunis Tiongkok dalam pemilu ini belum pernah terjadi sebelumnya. Namun, jika hasil pemilu merupakan sesuatu yang tidak ingin dilihat oleh PKT, maka, apakah PKT lantas akan menggunakan kekuatan militer?
Dari perspektif pengambilan keputusan yang rasional, penggunaan kekuatan militer oleh Partai Komunis Tiongkok terhadap Taiwan adalah sama dengan bunuh diri: (1) Dalam hal kekuatan militer RRT tidak yakin bisa menang; (2) Kendali Xi Jinping terhadap militer tidak bersifat mutlak (karena misalnya, Kongres Rakyat Nasional baru-baru ini memecat 9 Jenderal); (3) Militer AS kemungkinan besar akan membantu Taiwan; (4) Sanksi internasional yang lebih berat daripada Rusia akan menjadikan “Rencana Lima Tahun ke-14” PKT, Visi 2035, dan Tujuan Seratus Tahun 2049 menjadi berantakan.
Namun, dari sudut pandang pengambilan keputusan yang tidak rasional, kemungkinan merebut Taiwan pada tahun ini tidak bisa dikesampingkan. Selain itu, dalam sejarah PKT, banyak keputusan penting diputuskan secara tidak rasional, seperti Ketika Mao Zedong mengobarkan Revolusi Kebudayaan, pembantaian “4 Juni” yang dilakukan Deng Xiaoping, dan penganiayaan Jiang Zemin terhadap Falun Gong, bukannya tidak mungkin, Xi Jinping juga akan melakukan kesalahan yang sama.
Kesimpulan
Ada ungkapan Tiongkok yang berbunyi: “Segala sesuatu akan berhasil jika direncanakan terlebih dahulu, dan akan hancur jika tidak direncanakan terlebih dahulu”. Tren “Langit (akan) memusnahkan PKT” dan rahasia Langit “Virus (Covid 19) datang untuk menarget PKT” telah terungkap. Jika PKT tetap masih ingin merebut Taiwan (terlepas dari berhasil atau tidaknya), maka hal itu dipastikan adalah bunuh diri. Tahun 2024 mungkin akan menyambut suatu era yang hebat. (Lin/Whs)