2.2 Seleksi Alam, dan Sintasan Yang Paling Layak
Darwin juga mengemukakan hipotesa lain yakni, antar mahluk hidup di alam memperebutkan kondisi hidup yang sangat terbatas demi kelangsungan hidupnya (seperti habitat, makanan, pasangan, dan lain-lain), sehingga terbentuklah kompetisi untuk bertahan hidup. Atau disebut juga dengan “seleksi alam” (natural selection, red.)
Darwin berpendapat, dalam kompetisi bertahan hidup, dan melalui seleksi alam, individu mahluk yang lebih mampu beradaptasi akan lebih mudah bertahan hidup, juga lebih besar kemungkinannya menghasilkan lebih banyak keturunan. Inilah yang disebut sebagai prasyarat hipotesa dalam seleksi alam, atau sintasan yang paling layak.
3. “Silogisme” Penelitian Ilmiah Klasik
Leluhur ilmu pengetahuan empiris modern yakni Francis Bacon yang merupakan seorang filsuf Inggris pada abad ke-17 sekaligus ilmuwan dalam bukunya “Novum Organum” mengemukakan, pembentukan sistem ilmiah apapun harus mengikuti metodologi ilmiah*3)
Dalam metodologi ilmiah, pembentukan sistem ilmiah apapun mulai dikemukakan sampai terbukti kebenarannya setidaknya harus melalui tiga tahapan: Pertama adalah observasi fenomena; kedua adalah merangkum teori atau hipotesis; dan ketiga adalah eksperimen untuk memverifikasi teori atau hipotesis tersebut.
Benar atau tidaknya suatu teori, pertama-tama harus melihat apakah observasi fenomena sebagai tahap pertama apakah tepat, objektif, dan lengkap, lalu harus dilihat rangkuman pada tahap kedua apakah rasional, semuanya itu harus memenuhi syarat fundamental, juga masih dibutuhkan tahap ketiga untuk pembuktian. Jika hanya ada dua tahap dan tidak ada tahap ketiga sebagai pembuktian, maka itu bukanlah suatu teori yang benar-benar tepat. Jika orang dari generasi berikutnya gagal membuktikannya, kemungkinan teori tersebut bisa digulingkan atau direvisi.
Ilmu pengetahuan modern dan biologi modern yang dibangun atas dasar sistem ilmu empiris juga mengikuti aturan yang serupa.
Sebagai contoh, Isaac Newton, fisikawan Inggris dengan mengamati fenomena jatuhnya buah apel kemudian menyimpulkan tiga hukum gerak Newton*4), yang setelah itu dibuktikan, dan menjadi landasan perkembangan ilmu fisika klasik. Kemudian seiring dengan perkembangan zaman, orang-orang menemukan bahwa Hukum Newton tak mampu menjelaskan pola gerak partikel mikroskopis, maka itu para ilmuwan mendobrak batasan dalam Hukum Newton, dan dengan mengamati, merangkum, dan membuktikan, maka muncullah mekanika kuantum*5), yang menjadi pilar penting dalam ilmu fisika modern.
Ilmu hayati modern termasuk dalam kategori ilmu empiris, yang juga terus menerus melalui sirkulasi logika pengamatan, asumsi dan pembuktian serta terus memperbaharui pemahaman manusia terhadap fenomena kehidupan, berapa banyak lagi teori yang pernah satu per satu digulingkan orang lain, diperbaharui menjadi pemahaman yang lebih tepat, dan lebih mendekati kebenaran.
Contohnya, penemu ilmu genetik modern dulu adalah Dr. Gregor Johann Mendel (1822-1884) yang merupakan Kepala Biara sebuah Biara Katolik Austria. Pada 1866 setelah ia mengemukakan fenomena genetik biometrik dapat diwariskan dari induk kepada keturunannya berdasarkan hasil observasinya terhadap kacang polong dari warna bunga hasil persilangan*6), umat manusia mulai memasuki era biogenetika.
Sebelum 1950, ilmuwan pernah berasumsi protein adalah zat genetik yang paling mungkin, alasan utamanya adalah protein terbentuk dari 20 jenis asam amino, tingkat kerumitannya sepertinya lebih tinggi daripada DNA yang hanya terbentuk dari 4 jenis nukleotida. Tetapi kemudian setelah melalui uji coba pembuktian selama puluhan tahun, ditemukan asumsi tersebut sepenuhnya adalah salah, maka digulingkanlah asumsi tersebut. Bagaimanakah cara menggulingkannya?
Waktu ditelusuri hingga 1928, pakar mikrobiologi dan bakteriologi Inggris yakni Dr. Frederick Griffith (1879-1941) telah menemukan fenomena transformasi Pneumokokus*7), dan mendapati adanya semacam zat genetik yang tahan panas, dan disebut “Tranforming Growth Factor” (TGF).
Kemudian pada 1944, tiga orang pakar bakteriologi AS yakni Dr. Oswald Theodore Avery (1877-1955), Dr. Colin Munro Macleod (1909-1972), dan Dr. Maclyn J. McCarthy (1911-2005) setelah melalui penelitian lebih mendalam, untuk pertama kalinya membuktikan bahwa “Transforming Growth Factor” yang ditemukan oleh Dr. Griffith yang memiliki pengaruh genetik itu adalah DNA*8), dan bukan protein.
Kemudian setelah delapan tahun berlalu yakni pada 1952, ahli biologi molekuler AS yakni Dr. Alfred Day Hershey (1908-1997) dengan Isotopic Tracer Method memastikan bahwa DNA adalah pembawa materi genetik*9), yang memberikan landasan bagi penelitian generasi selanjutnya terhadap asam nukleat, sehingga membuatnya meraih hadiah Nobel dalam bidang fisiologi atau kedokteran pada 1969.
Tahun 1953, Prof. Dr. James Dewey Watson (1928- …)*10) dari Harvard University bersama fisikawan Dr. Francis Harry Compton Crick (1916-2004)*11) dari Laboratory of Molecular Biology (LMB), Cambridge, Inggris, lebih lanjut mendapati struktur heliks ganda pada DNA, yang menjadi tonggak pencapaian yang baru bagi perkembangan pesat bagi biologi molekuler modern, keduanya kemudian meraih hadiah Nobel bidang fisiologi atau kedokteran pada 1962*12). Sejak saat itu, umat manusia pun memasuki era penelitian biologi molekuler modern.
Menengok kembali sejarah penelitian terhadap materi genetik biologis selama hampir sembilan dasawarsa ini, tak sulit kita melihat: Hipotesis ilmiah apapun, dimulai dari dikemukakan sampai dengan dibuktikan, dibutuhkan sebuah proses yang sangat panjang, dan acap kali dibutuhkan pembuktikan berulang-ulang untuk bisa diakui. Jika terbukti tidak benar, maka hipotesa semula akan digulingkan atau digantikan oleh teori lainnya, itu adalah hal yang juga sering terjadi.
Begitulah ilmu pengetahuan berkembang. Tak terkecuali teori evolusi Darwin, seharusnya juga menyesuaikan aturan umum dalam metodologi ilmiah.
Selama 13 tahun (1859-1872) setelah “On the Origin of Species” pada teori evolusi dikemukakan oleh Darwin, telah diterbitkan sebanyak enam edisi*13), dan setiap edisi mengalami perubahan, tetapi perubahan itu dilakukan Darwin hanya untuk berkompromi serta merevisi dengan adanya pandangan dari berbagai pihak, konsep dan kerangka secara keseluruhannya tidak terlalu banyak perubahan.
Walaupun Darwin berharap generasi penerus dapat memberikan bukti untuk membuktikan kebenarannya, tetapi sangat disayangkan, sejak 1859 hingga lebih dari 160 tahun kemudian, uji coba ilmiah dan temuan dalam riset tak hanya tidak memberikan bukti untuk membuktikan kebenarannya, sebaliknya justru terbentuk keraguan dan tantangan yang tajam terhadap hipotesanya tersebut.
Dengan kata lain, teori evolusi Darwin pada dasarnya tetap berada dalam fase hipotesa, dan tidak lolos dari pembuktian tahap ketiga, dan sangat kekurangan akan bukti. Dengan kata lain, ia adalah suatu “hipotesa” yang tidak terbukti.
Referensi:
1. Darwin, Charles. On the origin of species by means of natural selection, or, The preservation of favoured races in the struggle for life . London: J. Murray, 1859. https://www.vliz.be/docs/Zeecijfers/Origin_of_Species.pdf
2. Darwin, C., & Barlow, N. (2005). The autobiography of Charles Darwin, 1809-1882: with original omissions restored. Edited with Appendix and notes by his grand-daughter Nora Barlow. Collins. St James’s Place, London 1958. http://darwin-online.org.uk/content/frameset?itemID=F1497&viewtype=text&pageseq=1; https://www.academia.edu/37956477/Darwin_autobiography_sc
3. Francis Bacon. Novum Organum; Or, True Suggestions for the Interpretation of Nature by Bacon. EDITED BY JOSEPH DEVEY, M.A. NEW YORK. P. F. COLLIER & SON MCMII. https://www.gutenberg.org/ebooks/45988
4. Britannica, The Editors of Encyclopaedia. “Newton’s laws of motion”. Encyclopedia Britannica, 27 Mar. 2023, https://www.britannica.com/science/Newtons-laws-of-motion. Accessed 29 May 2023
5. Bohr, Niels, 1885-1962. Title, On the Quantum Theory of Line-Spectra, Part 1 and 2. Language, English. LoC Class, QC: Science: Physics.https://www.gutenberg.org/ebooks/47167
6. Miko, I. 2008 Gregor Mendel and the principles of inheritance. Nature Education 1(1):134. https://www.nature.com/scitable/topicpage/gregor-mendel-and-the-principles-of-inheritance-593/
7. Lacks S. A. (2003). Rambling and scrambling in bacterial transformation–a historical and personal memoir. Journal of bacteriology, 185(1), 1–6. https://doi.org/10.1128/JB.185.1.1-6.2003
8. Avery, O. T., Macleod, C. M., & McCarty, M. (1944). STUDIES ON THE CHEMICAL NATURE OF THE SUBSTANCE INDUCING TRANSFORMATION OF PNEUMOCOCCAL TYPES : INDUCTION OF TRANSFORMATION BY A DESOXYRIBONUCLEIC ACID FRACTION ISOLATED FROM PNEUMOCOCCUS TYPE III. The Journal of experimental medicine, 79(2), 137–158. https://doi.org/10.1084/jem.79.2.137
9. HERSHEY, A. D., & CHASE, M. (1952). Independent functions of viral protein and nucleic acid in growth of bacteriophage. The Journal of general physiology, 36(1), 39–56. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2147348/; https://sci-hub.st/; https://doi.org/10.1085/jgp.36.1.39
10. The Nobel Prize in Physiology or Medicine 1962 James Watson – Facts. https://www.nobelprize.org/prizes/medicine/1962/watson/facts/
11. The Nobel Prize in Physiology or Medicine 1962. Francis Crick Biographical. https://www.nobelprize.org/prizes/medicine/1962/crick/biographical/
12. The Nobel Prize in Physiology or Medicine 1962. Francis Crick, James Watson, Maurice Wilkins.https://www.nobelprize.org/prizes/medicine/1962/summary/
13. http://darwin-online.org.uk/EditorialIntroductions/Freeman_OntheOriginofSpecies.html
Edisi pertama(1859):http://darwin-online.org.uk/content/frameset?viewtype=text&itemID=F401&pageseq=1
Edisi ke 2 (1860):http://darwin-online.org.uk/content/frameset?itemID=F376&viewtype=image&pageseq=1
Edisi ke 3(1861):http://darwin-online.org.uk/content/frameset?itemID=F381&viewtype=image&pageseq=1
Edisi ke 4(1866):http://darwin-online.org.uk/content/frameset?itemID=F385&viewtype=image&pageseq=1
Edisi ke 5(1869):http://darwin-online.org.uk/content/frameset?itemID=F387&viewtype=image&pageseq=1
Edisi ke 6(1872):http://darwin-online.org.uk/content/frameset?itemID=F391&viewtype=image&pageseq=1
Bersambung